Rabu, 17 Februari 2016

Thailand Hari Ketiga (Friday/Jumat, 25 September 2015) : Bangkok (Grand Palace, Wat Pho dan Wat Arun)



By Aidil espeogeh
The Next Destination...
Family Vacation Lets Goooooooo to Thailand


Chakri Maha Prasat Hall, Grand Palace, Bangkok, Thailand

Hai semuanya.... Berjumpa kembali dalam blog ini. Senang rasanya bisa menulis kembali cerita lanjutan jalan-jalan keluarga kami kali ini. Setelah kepergian saya sebagai Tour guide sejak tanggal 1-5 Februari 2016 kemarin ke Bangkok, Thailand (again), akhirnya tulisan yang tertunda ini bisa saya selesaikan. Baiklah, tanpa panjang lebar lagi mari kita mulai cerita perjalanan keluarga kami ke Bangkok Negeri 1000 Pagoda.
Wat Phra Kaew (The Temple of the Emerald Buddha), Grand Palace, Bangkok, Thailand   

Bangkok merupakan Destinasi Wisata Sejarah, Bangkok sering disebut sebagai Negeri 1000 Pagoda, karena di Bangkok ditandai dengan adanya  lebih dari 31.200 kuil Buddha yang menyebar di seluruh Thailand, Luar biasa. Untuk perjalanan hari ini sekitar jam 07.00 kami semua sudah siap-siap keluar dari kamar hotel dan segera sarapan pagi. Menu sarapan pagi hari ini adalah sarapan bubur ayam yang kami beli disekitaran halaman hotel. Bedanya bubur ayam di Bangkok ini dengan di Indonesia adalah bubur ayam di Bangkok ini di sertai taburan irisan jahe segar, jadi saat di makan akan terasa pedas tanpa harus menggunakan cabe. Selesai sarapan kami segera cabut dari hotel untuk segera berkelana mengelilingi kota Bangkok. Hari ini akan kami habiskan dengan berkeliling kota Bangkok sampai tuntas...tas...tas...tas... Perjalanan hari ini akan sedikit panjang, kami berencana pergi ke Grand Palace, Wat Pho, dan Wat Arun
 Tempat-tempat wisata yang menjadi landmark handalan kota Bangkok, Thailand 

Perjalanan kami hari ini dimulai dengan menuju ke stasiun BTS Skytrain Sukhumvit Line Ratchathewi yang letaknya langsung berada di lantai 2 Asia Hotel. Selanjutnya kami akan menuju ke tempat-tempat wisata yang menjadi landmark handalan kota Bangkok. 
Stasiun BTS Skytrain Sukhumvit Line Ratchathewi, Bangkok, Thailand

Rencannya perjalanan hari ini adalah kombinasi naik kereta BTS dan naik Chao Phraya Express Boat. Pertama kami berencana mengunjungi Grand Palace. Rute untuk menuju ke Grand Palace dari Asia Hotel adalah : 
1. Dari hotel kami jalan kaki ke BTS Skytrain Ratchathewi (N1)
2. Lalu dari BTS Skytrain Ratchathewi ambil Sukhumvit Line ke arah Bearing dan turun di stasiun Siam (CEN)
3. Keluar dari stasiun Siam kami berganti naik BTS Skytrain Silom line kearah Bang Wa lalu turun di stasiun Saphan Taksin (S6), dari Ratchathewi ke Saphan Taksin Total 34 Baht
4. Keluar dari stasiun Saphan Taksin, lalu kami melanjutkan perjalanan naik Chao Phraya Express Boat dengan bendera orange dari Sathorn (Taksin) Pier / Central Pier sampai ke Tha Chang Pier untuk menuju ke Grand Palace. Caranya untuk naik Chao Phraya Express Boat adalah setelah turun ke bawah stasiun BTS Saphan Taksin, langsung ikuti petunjuk arah menuju ke tepi sungai dan menunggu kapal di Sathorn (Taksin) Pier / Central Pier. Petunjuk arahnya cukup jelas, cukup ikuti petunjuk arah dari stasiun BTS Saphan Taksin ke Sathorn (Taksin) Pier, Chao Phraya Express Boat (Exit 2). Nanti tunggu Chao Phraya Express Boat yang menuju ke arah kanan sungai.
Gambar Rute Kereta dari Asia Hotel ke Saphan Taksin 
Gambar Rute Chao Phraya Express Boat dari Saphan Taksin ke Grand Palace, Wat Pho, dan Wat Arun
Map BTS Saphan Taksin Station
Petunjuk arah dari stasiun BTS Saphan Taksin ke Sathorn (Taksin) Pier, Chao Phraya Express Boat (Exit 2)

Lalu setelah dari Grand Palace kami berencana jalan kaki untuk menuju ke Wat Pho, kemudian lanjut jalan kaki lagi ke Tha Tien Pier, lalu naik cross-river ferries menyebrang ke Wat Arun Pier untuk menuju ke Wat Arun, lalu dari Wat Arun Pier balik lagi naik cross-river ferries ke Tha Tien Pier, lalu naik Chao Phraya Express Boat dari Tha Tien Pier menuju ke Sathorn (Taksin) Pier dan terakhir naik BTS Skytrain dari stasiun Saphan Taksin ke Ratchathewi untuk kembali pulang menuju hotel. Melihat rute perjalanan yang sedikit panjang ini, maka si mama memutuskan untuk tidak ikut jalan bersama kami dan memilih untuk bershopping ria di Mah Boon Krong alias MBK mall. Karena hari ini kami pergi menggunakan kombinasi BTS (Bangkok Mass Transit System) dan Chao Phraya Express Boat, maka sebelum berangkat ke Bangkok kami sudah mempelajari moda transportasi ini terlebih dahulu. Dan hari ini adalah hari ujiannya. Hehehehehe..... Untuk rute dan cara naik BTS sudah saya tulis pada tulisan saya yang berjudul Thailand Hari Kedua (Thursday/Kamis, 24 September 2015) : Pattaya (Mini Siam, Pattaya View Point, Wat Phra Yai, Walking Street, Pattaya Beach). Dan untuk hari ini akan saya jelaskan mengenai Chao Phraya Express Boat. 
Naik Chao Phraya Express Boat, Bangkok, Thailand

Chao Phraya Express Boat
Untuk diketahui bahwa Chao Phraya Express Boat adalah transportasi publik pilihan paling populer di Bangkok. Chao Phraya Express Boat ini merupakan aquatic bus yang bisa naik turun untuk menikmati sungai Chao Phraya. Chao Phraya merupakan sungai sepanjang 372 km yang membelah kota Bangkok mulai dari Rajsingkorn yang terus jalan ke arah utara sampai ke Nonthaburi. Keberadaan Sungai Chao Praya, seakan tidak bisa dipisahkan dari Bangkok. Iya sangat benar, anda belum dinyatakan ke Bangkok namanya, kalau Anda tidak menikmati suasana dan menyusuri sungai di ibukota Negeri Gajah Putih ini. Sungai Chao Phraya, bukan sungai biasa. Tidak hanya sekadar sungai, Chao Phraya juga menjadi destinasi wisata yang 'wajib' traveler datangi saat berlibur ke Negeri Gajah Putih. Untuk mengitari Sungai Chao Praya maka kita bisa menaiki Chao Phraya Express Boat.
Naik Chao Phraya Express Boat, Bangkok, Thailand
Perlu diketahui bahwa di dermaga Sathorn (Taksin) Pier / Central Pier, banyak turis yang antri mau naik kapal. Naik Chao Phraya Express Boat ini terdiri dari bermacam-macam kapal dengan tanpa bendera, bendera biru, bendera kuning, bendera hijau dan bendera orange. Naik kapal bendera orange (harga 15 Baht, beroperasi setiap hari dari jam 06.00-19.00) merupakan pilihan terbaik karena bisa melalui semua jalur wisata di Chao Phraya River, sehingga bisa singgah di banyak tempat wisata yaitu Wat Pho, Wat Arun, Grand Palace dan Khao San Road. Kapalnya juga cukup cepat. Kapal paling cepat sebenarnya adalah kapal berbendera kuning (harga 19-28 Baht), beroperasi senin-jumat jam 06.15-08.10 dan 15.30-18.05, tetapi kapal ini tidak berhenti dibanyak tempat paling populer untuk wisata yaitu di Tha Tien Pier untuk ke Wat Pho tidak berhenti, juga tidak berhenti di Tha Chang Pier untuk ke Grand Palace dan tidak berhenti juga di Phra Arthit Pier untuk ke Khao San Road. Ada juga kapal tanpa bendera (harga 9-13 Baht) yang berhenti  di setiap dermaga dan beroperasi setiap hari senin-jumat dari jam 06.20- 08.05 dan jam 15.00-17.30, kapal ini pada saat jam sibuk akan selalu penuh dan jalannya lambat banget. Ada juga kapal yang khusus buat tourist yang berbendera biru (harga 40 Baht untuk sekali jalan dan 150 Baht untuk one day pass) yang di lengkapi dengan komentator berbahasa Inggris sebagai guide di kapal. Pada saat kami naik Chao Phraya Express Boat ini, kami memilih menaiki kapal dengan bendera orange. Naik Chao Phraya Express Boat ini, bayar tiketnya di lakukan diatas kapal langsung. Nanti ada kondektur alias orang yang memeriksa karcis dan menarik ongkos, layaknya seperti naik angkot metro mini di Jakarta. Dan rata-rata kondekturnya adalah perempuan. 
Naik Chao Phraya Express Boat, Bangkok, Thailand
Oh ya, sebuah ide yang baik saat perjalanan dengan Chao Phraya Express Boat adalah untuk duduk menghadap tepi timur (duduk disebelah kanan kapal) pada saat perjalanan menyusuri sungai dan kemudian duduk menghadap tepi barat (duduk disebelah kanan kapal juga) pada saat perjalanan kembali pulang. Anda akan melihat pemandangan dua sisi sungai yang berbeda. Ingatlah untuk mengatur kamera Anda untuk pengaturan 'sports' saat Anda berada di kapal bergerak dan membutuhkan kecepatan untuk pengambilan gambar. Sangat-sangat perlu diingat, bahwa Chao Phraya Express Boat beroperasi sampai jam 19.30 saja, kadang jam 19.00 juga sudah susah menunggu yang lewat. 
Siap-siap turun dari Chao Phraya Express Boat di Tha Chang Pier, Bangkok, Thailand

Perjalanan kami naik Chao Phraya Express Boat dari Sathorn (Taksin) Pier sampai ke Tha Chang Pier untuk menuju ke Grand Palace hanya memakan waktu 30 menit. Kapal ini pada saat pergi tidak terlalu penuh, jadi kami masih bisa mendapat tempat duduk dan sempat mendokumentasikan perjalanan kami dengan Chao Phraya Express Boat. Mungkin ini dikarenakan kami berangkat masih pagi. 


Grand Palace
Grand Palace ini termasuk dalam daftar tempat yang wajib dikunjungi bila kita jalan-jalan ke Bangkok. Istana ini dulunya dibangun  sebagai tempat kediaman keluarga raja tetapi sejak awal abad ke 20, istana ini tidak didiami lagi.
Wat Phra Kaew (The Temple of the Emerald Buddha), Grand Palace, Bangkok, Thailand 

Rute jalan kaki dari Tha Chang Pier ke Grand Palace adalah :
1. Sesampainya di Tha Chang Pier, ikuti saja arus para turis yang terus berjalan lurus tanpa ada berbelok. Kita akan melalui pasar tradisional kurang lebih 100 meter. Dan tepat keluar dari pasar tersebut akan tampak tembok luar dari Grand Palace yang berwarna putih. 
2. Lalu kita akan berada di persimpangan empat jalan, bila ke kanan (ke selatan) akan menuju ke Thanon Maha Rat yang nantinya akan menuju ke Wat Pho, dan bila kita berjalan lurus (ke timur) maka kita akan berada di Thanon Na Phra Lan yang merupakan tempat gerbang masuk ke Grand Palace. Pintu gerbang Grand Palace berada kurang lebih 200 meter di sebelah kanan kita di jalan Thanon Na Phra Lan. 
Rute jalan kaki dari Tha Chang Pier ke Grand Palace 

Grand Palace adalah kompleks bangunan istana Raja di kota Bangkok, Thailand.  Istana ini berfungsi sebagai kediaman resmi Raja-raja Thailand. Untuk sekitar 150 tahun, Grand Palace tidak hanya rumah Raja dan istananya, tetapi juga pusat seluruh administratif pemerintahan Thailand. Raja Thailand berhenti tinggal di Grand Palace sekitar pergantian abad kedua puluh. Sebelumnya raja-raja Thailand dari abad ke-18 dan seterusnya pernah tinggal di istana ini. Pembangunan istana dimulai pada 6 Mei 1782, pada masa pemerintahan Raja Rama I yaitu Buddha Yodfa Chulaloke, ketika ia memindahkan ibu kota kerajaan menyeberang sungai dari Thonburi ke Bangkok. Istana ini telah diperluas beberapa kali dan bangunan-bangunan tambahan telah dibangun seiring waktu perkembangannya. Meskipun tetap bergelar Istana Raja, tetapi Raja Thailand yang sekarang yaitu Raja Rama IX, Raja Bhumibol Adulyadej tidak berdiam di istana ini, dia tinggal di Istana Chitralada. Ketika Raja Rama I Buddha Yodfa Chulaloke memutuskan untuk memindahkan ibu kota Siam dari Thonburi di bagian barat Bangkok ke tepi Timur sungai Chao Phraya, ia menghendaki sebuah istana yang agung dan megah sebagai kediaman raja sekaligus pusat pemerintahan. Akan tetapi kawasan yang dipilih raja saat itu dihuni oleh pedagang China, maka sang raja segera memerintahkan pengosongan lahan dan memindahkan para pedagang China ke daerah Yaowarat. Pembangunan menara dimulai pada 6 Mei 1782. Semula istana hanya terdiri dari beberapa bangunan kayu yang dilindungi pagar benteng tinggi pada keempat sisinya. Benteng ini berukuran panjang 1.500 meter dangan kawasan tertutup seluas 218.400 meter persegi. Segera raja memerintahkan pembangunan Kuil Buddha besar, sebagai kuil pribadi keluarga raja sekaligus kuil kerajaan. Setelah istana rampung, Raja Rama I menggelar upacara penobatan pada 13 Juni 1785. 
Peta Grand Palace 

Untuk masuk ke Grand Palace ini hanya terdapat satu pintu masuk, gerbang masuk utama Grand Palace ini terletak dijalan Thanon Na Phra Lan, sedangkan untuk pintu keluarnya terdapat di beberapa tempat. Staf Grand Palace akan menegur ketika Anda datang menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan peraturan. Untuk memasuki Grand Palace terdapat dress code, Anda tidak diizinkan untuk memakai atasan tanpa lengan (sleeveless shirt), rompi (vests), celana pendek, pakaian tembus terawang, rok pendek di atas lutut, sandal, sandal jepit. Jika pakaian Anda tidak sesuai dengan standar yang diberlakukan, Anda akan diminta untuk pergi didekat gerbang masuk utama. Didekat gerbang ini terdapat penyewaan pakaian bagi pengunjung yang pakaiannya dianggap kurang sopan. Harga sewanya gratis, hanya perlu deposit 200 Baht per item. Tetapi pengunjung yang antri untuk menyewa begitu banyak. Maka gunakanlah pakaian yang sopan dan rapi berupa celana panjang, baju berlengan dan bersepatu, sehingga kita tidak membuang waktu hanya untuk mengantri meminjam pakaian. 
Tanda informasi mengenai dress code untuk masuk ke Grand Palace

Harga tiket masuk Grand Palace adalah 500 Baht, buka setiap hari dari jam 08.30-15.30, kecuali  digunakan untuk acara negara, tetapi ini cukup jarang dan langka sekali. Tiket masuknya berlaku satu minggu untuk dapat masuk ke tempat wisata lainnya yang terdiri dari :
1. Tiket masuk ke Grand Palace.
2. Tiket masuk ke Wat Phra Kaew (The Temple of the Emerald Buddha).
3. Tiket masuk ke The Pavillion of Regalia, Royal Decorations and Coins.
4. Tiket masuk ke Vimanmek Mansion Museum.
5. Tiket masuk ke Support Museum Abhisek Dusit Throne Hall.
6. Tiket masuk ke Sanam Chandra Palace.
7. Tiket masuk ke Arts of The Kingdom Exhibition at Ananta Samakhom Throne Hall.

Tiket harus digunakan pada hari yang sama untuk nomor 1-3, karena memang terletak di dalam satu kompleks, sedangkan untuk no. 4-7 bisa dikunjungi di hari lain asalkan masih dalam jangka waktu 7 hari, karena memang letaknya di satu kompleks yang terpisah juga. Oh ya pada saat mau masuk ke area Grand Palace dan sebelum membeli tiket semua barang bawaan diperiksa secara ketat oleh petugas yang berjaga. Pada saat membeli tiket masuk Grand Palace ini jangan anda terkaget ya, karena turis yang datang cukup rame dan datang dengan rombongan travel dalam jumlah besar, jadi harus sabar mengantri untuk membeli tiket masuknya. Di Grand Palace ini juga mengadakan tour guide gratis keliling istana pada jam-jam tertentu. Gratis tour dengan bahasa Inggris tersedia pada pukul 10.00, 10.30, 01.30 dan 02.00. Anda juga bisa menyewa sebuah panduan audio 100 Baht untuk deposit ditambah paspor atau kartu kredit untuk keamanan kembalinya alat tersebut.
Tiket masuk ke Grand Palace dan Tiket masuk ke Wat Phra Kaew (The Temple of the Emerald Buddha)

The Pavilion of Regalia, Royal Decorations and Coins

Baiklah, setelah tiket masuk berhasil diperoleh, mari kita mulai tour di Grand Palace. Secara garis besar Grand Palace ini terbagi dalam 4 wilayah, yaitu Outer Court, Wat Phra Kaew (The Temple of the Emerald Buddha), Middle Court dan Inner Court. Tempat yang indah ini meliputi area yang sangat luas sehingga diperlukan waktu 2-3 jam untuk mengelilingi semua tempat ini.

A. Outer Court 
Outer Court atau Khet Phra Racha Than Chan Na (เขต พระ ราชฐาน ชั้น หน้า) dari Grand Palace terletak di barat laut dari istana (timur laut dari The Temple of the Emerald Buddha). Masuk melalui Gerbang utama Visetchaisri (Glorious Victory), The Temple of the Emerald Buddha terletak di sebelah kiri, dengan banyak bangunan publik yang terletak di sebelah kanan. Bangunan ini termasuk markas dan pusat informasi centre dari Grand Palace, Biro Royal Rumah Tangga (The Bureau of the Royal Household) dan Kantor Pribadi Sekretaris Utama Mulia Raja (The Office of His Majesty's Principal Private Secretary). 
Wat Phra Kaew (The Temple of the Emerald Buddha) dari pelataran luar, Grand Palace, Bangkok, Thailand  

Bangunan penting lainnya di Outer Court ini adalah Sala Sahathai Samakhom (ศาลา ส หทัย สมาคม), digunakan untuk resepsi dan pertemuan penting. Ada juga Sala Luk Khun Nai (ศาลา ลูกขุน ใน) adalah sebuah kantor untuk perumahan dan bangunan dari berbagai departemen. Kantor utama dari Royal Institute of Thailand juga sebelumnya terletak di sini. Di Outer Court ini juga terdapat museum yaitu Museum of The Emerald Buddha Temple dan juga The Pavilion of Regalia, Royal Decorations and Coins. Berjalan lurus terus kedepan akan menemukan The Phimanchaisri Gate, yang merupakan pintu masuk utama dari Outer Court ke Middle Court untuk menuju ke Chakri Maha Prasat Throne Hall. Di Outer Court ini kami tidak berlama-lama, mengingat hari sudah semakin siang dan kami tidak singgah masuk ke The Pavilion of Regalia, Royal Decorations and Coins, meskipun telah memiliki tiketnya, karena mengingat masih luasnya istana yang perlu dieksplore. Kami pun langsung menuju masuk ke kompleks Wat Phra Kaew (The Temple of the Emerald Buddha).   
  
Peta Outer Court 

B. Wat Phra Kaew (The Temple of the Emerald Buddha)
Phra Si Rattana Chedi, Phra Mondop (The Library) dan Prasat Phra Thep Bidon, Temple of the Emerald Buddha, Grand Palace, Bangkok, Thailand

Wat Phra Kaew (วัด พระ แก้ว) atau The Temple of the Emerald Buddha atau secara resmi dikenal sebagai Wat Phra Si Rattana Satsadaram (วัด พระ ศรีรัตนศาสดาราม) adalah kompleks kuil kerajaan yang terletak di dalam tembok istana. Dibangun pada tahun 1783, dianggap sebagai kuil Budha paling suci di Thailand. Ini adalah simbol religi-politik yang kuat dari masyarakat Thailand. Kuil ini dikelilingi dinding empat sisi dengan tujuh gerbang yang berbeda. Seperti kuil-kuil kerajaan kuno Sukhothai dan Ayutthaya, kompleks Wat Phra Kaew dipisahkan dari tempat tinggal raja. 
Peta Wat Phra Kaew (The Temple of the Emerald Buddha)
Wat Phra Kaew (The Temple of the Emerald Buddha)

Terdapat beberapa struktur bangunan yang berbeda di kawasan Wat Phra Kaew untuk dijelajahi. Di kompleks Wat Phra Kaew ini terdapat bangunan sejarah yang cukup terkenal dan sudah cukup tua yang di bangun sejak Raja Rama I berkuasa (6 April 1782 – 7 September 1809). Disaat masuk dari Outer Court The Grand Palace, Anda melihat sisi barat yang merupakan bagian belakang dari Ubosot, Wat Phra Kaew. Mari kita memasuki dan menjelajah kawasan Wat Phra Kaew. 

1. Ubosot dan Emerald Buddha
Ubosot, Temple of the Emerald Buddha, Grand Palace, Bangkok, Thailand

Ubosot merupakan bangunan utama di  Wat Phra Kaew dan merupakan tempat diletakkannya  patung Emerald Buddha. Emerald Buddha di Ubosot, Wat Phra Kaew, Grand Palace ini dipasang  pada tahun 1784 ketika Raja Rama I mendirikan Bangkok sebagai ibukota Thailand. Menurut legenda, Emerald Buddha ini berasal dari India dan diramalkan bahwa Emerald Buddha ini akan membawa kemakmuran dan keunggulan masing-masing negara di mana ia berada. Emerald Buddha didewakan di Wat Phra Kaew, karena itu sangat dihormati dan sebagai pelindung negara Thailand. 
Dekorasi eksternal Ubosot, Temple of the Emerald Buddha, Grand Palace, Bangkok, Thailand
Dekorasi eksternal Ubosot, Temple of the Emerald Buddha, Grand Palace, Bangkok, Thailand

Emerald Buddha merupakan patung hijau tua dengan tinggi sekitar 66 cm, diukir dari sebuah batu giok tunggal. Kecuali untuk Raja Thailand dan sebagai penggantinya, Putra Mahkota, tidak ada orang lain yang diizinkan untuk menyentuh patung itu. Raja mengubah jubah patung tiga kali setahun, sesuai dengan musim, ada musim panas, musim hujan dan musim dingin. Baju musim panas (mulai dipakai tiap tanggal 1 Maret), baju musim hujan (mulai dipakai tiap tanggal 1 Juli) dan baju musim dingin  (mulai dipakai tiap tanggal 1 November). Pada saat tanggal yang ditunjuk, raja sendiri yang akan turun tangan mengganti baju Emerald Buddha melalui upacara penggantian yang cukup unik. Ritual penting ini dilakukan untuk mengantar nasib baik untuk negara selama setiap musim. Tetapi sayang, pada saat kita masuk ke dalam Ubosot kita hanya boleh melihat-lihat saja, kita tidak boleh mengambil gambar dan mengabadikan Emerald Buddha nya. 
Emerald Buddha, tampak kecil dari pelataran luar Ubosot 
Emerald Buddha (Gambar dari berbagai sumber hasil googling)

Disekitaran Wat Phra Kaew pada sisi utara dari Ubosot terdapat platform yang ditinggikan (teras) dengan tiga bangunan lain yang juga cukup besar dan terkenal yaitu Phra Si Rattana Chedi, Phra Mondop (The Library), Prasat Phra Thep Bidon dan juga terdapat Model Angkor Wat yang juga terletak di utara Ubosot. 
Phra Si Rattana Chedi, Phra Mondop (The Library) dan Prasat Phra Thep Bidon, Temple of the Emerald Buddha, Grand Palace, Bangkok, Thailand
Phra Si Rattana Chedi, Phra Mondop (The Library) dan Prasat Phra Thep Bidon, Temple of the Emerald Buddha, Grand Palace, Bangkok, Thailand

2. Phra Si Rattana Chedi
Phra Si Rattana Chedi adalah sebuah stupa yang terletak di ujung barat di atas teras disekitaran Wat Phra Kaew. Dibangun oleh Raja Rama IV pada pertengahan abad ke-19 yaitu pada tahun 1855. Phra Si Rattana Chedi dibangun untuk mengingatkan pagoda monumental yang ada di ibukota tua di Ayutthaya. Stupa ini dibangun meniru salah satu dari tiga stupa di Wat Phra Si Sanphet yang ada di ibukota lama Ayutthaya. Di bagian dalam interior berongga terdapat stupa kecil yang berisi relik Buddha suci. Oleh Raja Rama V bagian eksterior ditutupi dengan ubin mosaik emas yang diimpor dari Italia, sehingga akan tampak lebih bersinar dari pagoda lainnya.

Phra Si Rattana Chedi, Temple of the Emerald Buddha, Grand Palace, Bangkok, Thailand

3. Phra Mondop (The Library)
Phra Mondop adalah bangunan pertama yang dibangun di atas teras disekitaran Wat Phra Kaew. Terletak ditengah di antara Phra Si Rattana Chedi dengan Prasat Phra Thep Bidon. Awalnya Ho Phra Monthien Tham, semacam perpustakaan berdiri di situs ini, tetapi kemudian terbakar oleh kembang api segera setelah situs ini dibangun. Kemudian Raja Rama I memutuskan untuk memiliki kembali Mondop, yang kemudian  dibangun di tempat Ho Phra Monthien Tham untuk edisi revisinya. Phra Mondop adalah salinan dari mondop yang menutupi Footprint Buddha di provinsi Saraburi. Dinding Phra Mondop ditutupi cermin hijau dengan hiasan emas dan dasar dinding dilapisi dengan dua baris kecil malaikat penjaga berlapis emas, yang masing-masing sedikit berbeda. Di empat sudut dari Phra Mondop terdapat patung Buddha berukir dalam gaya Jawa abad kesembilan. Terdapat empat pasang penjaga yang berjaga di atas tangga, sepasang di setiap pintu masuk, yang merupakan karya seni pada masa Raja Rama I dan dianggap sebagai yang paling sempurna dan proporsional dari semua patung klasik yang ada. Terdapat enam belas pilar dengan dua belas pilar yang terpojok mendukung atap multi-tier yang rumit dari Phra Mondop ini. Phra Mondop tidak pernah terbuka untuk umum.
Phra Mondop, Temple of the Emerald Buddha, Grand Palace, Bangkok, Thailand

4. Prasat Phra Thep Bidon (The Royal Pantheon)  
Prasat Phra Thep Bidon disebut juga Royal Pantheon adalah bangunan terbesar yang terdapat di atas teras disekitaran Wat Phra Kaew. Bangunan ini terletak di ujung timur di atas teras disekitaran Wat Phra Kaew, sebelah Phra Mondop. Prasat Phra Thep Bidon dibangun pada masa pemerintahan Raja Rama IV pada tahun 1855. Pada awalnya Prasat Phra Thep Bidon oleh Raja Rama IV dimaksudkan untuk rumah Emerald Buddha. Sayangnya, bangunan ini tidak selesai sampai setelah kematiannya. 
Prasat Phra Thep Bidon, Temple of the Emerald Buddha, Grand Palace, Bangkok, Thailand

Oleh penggantinya, Raja Rama V, bangunan ini dianggap terlalu kecil untuk Emerald Buddha dan juga terlalu kecil untuk menampung warga di upacara kerajaan, sehingga Emerald Buddha tidak ditempatkan di gedung ini. Sebuah stupa emas kecil milik Raja Rama IV ditempatkan di gedung ini sebagai gantinya. Pada masa pemerintahan Raja Rama V tahun 1903, bangunan ini hancur terbakar oleh api. Kemudian Raja Rama VI merenovasi bangunan ini dan didedikasikan sebagai Royal Pantheon dari Dinasti Chakri. Di dalamnya terdapat patung dari raja-raja Dinasti Chakri. 
Prasat Phra Thep Bidon, Temple of the Emerald Buddha, Grand Palace, Bangkok, Thailand

Royal Pantheon ini diapit oleh dua chedi (pagoda) yang disepuh emas yang dibangun oleh Raja Rama I. Satu chedi dikhususkan untuk ayahnya dan yang satunya untuk ibunya. Bangunan ini hanya terbuka untuk umum pada satu hari dalam setahun yaitu pada saat Chakri Day, yang jatuh pada tanggal 6 April setiap tahun. 
Dekorasi eksternal chedi (pagoda) yang disepuh emas, Prasat Phra Thep Bidon, Temple of the Emerald Buddha, Grand Palace, Bangkok, Thailand

5. Model Angkor Wat
Kompleks Wat Phra Kaew juga berisi Model Angkor Wat (kuil paling suci dari semua kuil di Kamboja) yang terletak di sisi utara di atas teras disekitaran Wat Phra Kaew. Pada tahun 1860, Raja Mongkut (Raja Rama IV) memerintahkan jenderalnya untuk memimpin 2.000 pria untuk membongkar Angkor Wat dan membawanya ke Bangkok, dengan maksud bahwa Raja ingin menunjukkan bahwa Siam masih mengendalikan Kamboja. Pada saat itu Perancis juga berusaha untuk menjajah Kamboja. Namun, perintah raja tidak dapat terpenuhi. Sebuah catatan kerajaan yang ditulis oleh Lord Thiphakorawong (Kham Bunnag), mencatat bahwa banyak pria Thailand jatuh sakit setelah memasuki belantara Kamboja. Catatan juga menyatakan bahwa orang-orang Khmer yang tinggal di hutan menyergap tentara Thailand, yang menewaskan banyak jenderal terkemuka. Raja Mongkut kemudian memerintahkan pembangunan Model Angkor Wat didalam Wat Phra Kaew, karena tidak bisa membawa Angkor Wat ke Bangkok. Mongkut meninggal sebelum dia bisa melihat Model Angkor Wat. Pembangunannya selesai pada masa pemerintahan anaknya yaitu Raja Chulalongkorn (Raja Rama V). 
Model Angkor Wat, Temple of the Emerald Buddha, Grand Palace, Bangkok, Thailand

6. Hermit Statue
Hermit Statue adalah patung perunggu pertapa yang diletakkan di sisi barat kuil dekat gerbang masuk. Hermit Statue diyakini memiliki kekuatan penyembuhan dan dianggap oleh rakyat Thailand sebagai bapak obat herbal.
Hermit Statue, Temple of the Emerald Buddha, Grand Palace, Bangkok, Thailand

7. Eight Towers
Di sisi timur Wat Phra Kaew terdapat delapan menara atau prang. Masing-masing prang didekorasi dengan warna yang berbeda dari porselen Cina. Prang ini didirikan pada masa pemerintahan Raja Rama I dan mewakili delapan elemen Buddhisme.  
Eight Towers, Temple of the Emerald Buddha, Grand Palace, Bangkok, Thailand

Lebih ke utara dari teras Wat Phra Kaew terdapat tiga bangunan yang lebih kecil, yaitu Ho Phra Nak, Wiharn Yod dan Ho Phra Monthien Tham. Ho Phra Nak terletak di sudut barat laut dari halaman Wat Phra Kaew yang digunakan sebagai rumah tempat menyimpan abu bangsawan. Wiharn Yod terletak tepat dibagian tengah sisi utara Wat Phra Kaew. Ditandai dengan dekorasi eksterior dengan warna berkilauan yang berasal dari porselen Cina. Wiharn Yod selalu tertutup untuk umum. Sedangkan di sudut timur laut Wat Phra Kaew ada Ho Phra Monthien Tham, yaitu perpustakaan tambahan, di mana teks Buddha disimpan. Bangunan ini juga tidak pernah terbuka untuk umum. 
Wiharn Yod, Temple of the Emerald Buddha, Grand Palace, Bangkok, Thailand

Sooooo..... jika Anda berkesempatan jalan ke Wat Phra Kaew (Temple of the Emerald Buddha), Grand Palace, Bangkok, Thailand Anda akan menemukan beberapa struktur bangunan yang sangat menarik untuk dilihat dan berkesempatan untuk mendokumantasikannya. Selesai mengitari Outer Court Grand Palace dan Wat Phra Kaew (The Temple of the Emerald Buddha), kini saatnya kami masuk untuk mengeksplore Middle Court dari Grand Palace.


C. Middle Court
Area yang terluas dan yang paling penting di Grand Palace, Bangkok, Thailand adalah Middle Court atau Khet Phra Racha Than Chan Klang (เขตพระราชฐานชั้นกลาง) yang terletak di bagian tengah dari Grand Palace, di mana bangunan perumahan dan kenegaraan yang penting berada disini. Middle Court adalah tempat kediaman raja dan ruang untuk melakukan bisnis negara. Anda diijinkan untuk melihat bagian depan bangunan di Middle Court ini, tetapi hanya dua dari throne halls yang terbuka untuk umum dan terbuka hanya pada hari kerja saja. Jadi sangat disayangkan untuk beberapa tempat di Middle Court ini pengunjung dibatasi hanya boleh sampai di pelataran luar saja, karena bangunan tersebut juga digunakan untuk rumah departemen pemerintahan. 
Peta Middle Court

Keluar dari area Temple of the Emerald Buddha, Anda akan langsung menuju ke Middle Court, Grand Palace. Middle Court ini dibagi lagi menjadi empat kelompok bangunan utama atau Throne Hall (Phra Thinang; พระที่นั่ง) yang dapat dilihat dari pelataran luar dan dua telah ada sejak pemerintahan Raja Rama I.  Keempat Throne Hall  tersebut yaitu The Borom Phiman Mansion, Phra Maha Monthien group, Phra Thinang Chakri Maha Prasat group dan The Dusit Maha Prasat Throne Hall. 
4 Throne Hall di Middle Court Grand Palace

1. The Borom Phiman Mansion
Bangunan pertama yang akan Anda lihat dan juga bangunan yang terbaru, yang sangat bergaya arsitektur Eropa Perancis adalah Phra Thinang Boromphiman. Phra Thinang Boromphiman dibangun pada tahun 1897 oleh Raja Rama V untuk anak dan ahli warisnya Putra Mahkota Vajiravudh (Raja Rama VI). Raja berikutnya juga sudah pernah berada di rumah ini di berbagai kesempatan. 
Phra Thinang Boromphiman, Grand Palace, Bangkok, Thailand

Bangunan ini dirancang di bawah pengawasan seorang arsitek asing yaitu German C. Sandreczki, sehingga mengapa tampak begitu seluruhnya dalam gaya Eropa. Phra Thinang Boromphiman menjadi bangunan paling modern dalam Grand Palace. Sebagian besar dekorasi interior didalamnya berasal dari waktu Raja Rama VI yang menduduki istana setelah naik tahta. Bangunan Phra Thinang Boromphiman saat ini berfungsi sebagai wisma kerajaan untuk kunjungan kepala negara dan tamu kerajaan. Bangunan Phra Thinang Boromphiman ini tidak pernah terbuka untuk umum. 


2. Phra Maha Monthien Group
Phra Maha Monthien Group adalah kelompok bangunan tertua di kompleks istana ini. Terletak di sebelah dari Borom Phiman Mansion. Kelompok bangunan ini dibangun untuk menjadi tempat tinggal, ruang makan, ruang santai dan ruang pertemuan utama untuk raja. 
Phra Maha Monthien Group, Grand Palace, Bangkok, Thailand

Bangunan utama dari kelompok ini, nyaris tidak terlihat untuk wisatawan, adalah Chakraphat Phiman Hall. Itu adalah tempat tinggal utama dari tiga raja pertama dari dinasti Chakri, dan masih tetap untuk raja-raja baru untuk menghabiskan setidaknya satu malam tinggal di sini setelah penobatan mereka. Terdapat juga beberapa bangunan menarik lainnya dan paviliun mengelilingi throne hall ini. Di depan Chakraphat Phiman Hall adalah Phaisan Thaksin Hall. Ini adalah tempat di mana raja makan, santai dan diadakan acara informal. Penobatan Raja Rama II diadakan di sini, dan telah menjadi tradisi bagi raja-raja baru menerima undangan untuk mengambil tahta di aula ini. Di tengah aula ini adalah Phra Siam Devadhiraj, simbol negara yang di berikan oleh Raja Rama IV. Bangunan lain yang letaknya di depan dan yang paling terlihat adalah The Amarin Winichai Hall. Ini adalah ruangan yang paling penting dalam kelompok bangunan. The Amarin Winichai Hall adalah salah satu bangunan yang masih tersisa dari pemerintahan Raja Rama I, yang dibangun pada tahun 1784. Di The Amarin Winichai Hall biasanya diadakan acara-acara formal dan The Amarin Winichai Hall terbuka untuk umum pada hari kerja saja. 


3. The Chakri Maha Prasat Hall 
The Chakri Maha Prasat Hall adalah bangunan paling besar dan paling mengesankan yang terletak tepat di tengah-tengah kompleks dan mendominasi pelataran Middle Court, Grand Palace. Dibangun pada tahun 1882 pada masa pemerintahan Raja Rama V, dalam bentuk arsitektur Renaissance Italia dengan menara Thailand. Desainnya yang tidak biasa adalah karena beberapa kontroversi campuran gaya bangunannya selama konstruksi. 
The Chakri Maha Prasat Hall, Grand Palace, Bangkok, Thailand 

Arsitek aslinya adalah warga Inggris yang bekerja di Singapura yang bernama John Clunich. Raja Rama V ingin tampilan yang sama sekali bergaya barat pada rumah barunya, tetapi juru nasehat dalam istana berpendapat bahwa tahta, tempat tinggal dan aula raja harus mencerminkan motif siam. Sehingga atap kubah digantikan oleh atap bergaya Thailand. Sehingga tidak mengejutkan bahwa julukan orang Thailand untuk bangunan ini adalah Farang Sai Chada atau orang Barat dengan topi Thailand (westerner with a Thai hat). The Chakri Maha Prasat Hall saat ini digunakan untuk perjamuan negara dan penerimaan duta besar asing. Pada tanggal 13 Juni 2006, sebanyak 25 raja dan ratu, pangeran dan putri sebagai tamu kerajaan di aula besar ini untuk perjamuan negara untuk merayakan ulang tahun ke-60 dari pemerintahan Mulia Raja Rama IX. Karena bangunan ini masih digunakan untuk kepentingan negara, sehingga tidak terbuka untuk pengunjung. Tetapi pada dasar bangunan, terdapat rumah penjaga kerajaan dan koleksi senjata kuno yang ditampilkan di arcade sepanjang depan bangunan. Tampilan ini terbuka untuk umum pada hari kerja saja. Pada hari Sabtu dan Minggu, Anda dapat melihat beberapa pameran, tapi tidak dapat masuk untuk melihat lebih dekat.


4. The Dusit Maha Prasat Throne Hall
The Dusit Maha Prasat Throne Hall adalah bangunan kedua yang tersisa dari pemerintahan Raja Rama I. Bangunan putih menyilaukan dalam bentuk T ini dibangun pada 1789. The Dusit Maha Prasat Throne Hall ini terletak di sebelah Barat dari Tha Chakri Maha Prasat Hall. Bangunan ini salah satu bangunan publik yang paling elegan di Middle Court, Grand Palace. 
The Dusit Maha Prasat Throne Hall, Grand Palace, Bangkok, Thailand. Tampak juga Aphornphimok Pavilion yang begitu indah 

Di sebelah utara The Dusit Maha Prasat Throne Hall terdapat teras yang dikenal sebagai Busabok yang digunakan oleh raja saat memberikan pengumuman kepada khalayak umum. Ke sisi baratnya terdapat semacam taman kecil yang mewakili Gunung Krailas. Taman itu sebagai tempat upacara mencukur ubun-ubun raja, ketika anak laki-laki mencukur kepala mereka untuk pertama kalinya. Ini juga umumnya saat anak laki-laki harus meninggalkan istana, karena tidak ada orang lain selain raja diizinkan untuk tinggal di sana. Di sisi timur dari The Dusit Maha Prasat Throne Hall, Raja Rama IV membangun Aphornphimok Pavilion, paviliun kecil yang indah ini dibangun sebagai tempat dimana raja dan para tamu kerajaan diangkat dengan tandu untuk tiba atau berangkat berpergian. Lapisan emas halus pada Aphornphimok Pavilion dianggap sebagai seni sangat tinggi Thailand. Raja Rama V mencintai bangunan ini, sehingga begitu banyak dia buat replikanya di istana Bang Pa In. Sebuah replika juga pernah ditampilkan pada tahun 1958 di Worlds Fair di Brussels. The Dusit Maha Prasat Throne Hall terbuka untuk umum pada hari kerja saja. Menghadap The Dusit Maha Prasat Throne Hall adalah bangunan dari Museum The Temple of the Emerald Buddha. Anda dapat keluar dari istana melalui pintu gerbang sebelah museum ini. Oh ya, satu area lagi didalam  Grand Palace ini tidak dapat kita masuki adalah Inner Court dari Grand Palace. 

D. Inner Court
Inner Court ini terletak di belakang dari Middle Court. Inner Court adalah tempat permaisuri kerajaan dan putra putri raja hidup. Inner Court ini seperti sebuah kota kecil dengan seluruhnya dihuni oleh anak perempuan dan anak laki-laki di bawah usia pubertas. Meskipun tidak ada anggota kerajaan saat ini yang berada di Inner Court, tetapi  Inner Court  ini masih benar-benar tertutup untuk umum. Dari perjalanan ke Grand Palace di Bangkok, Thailand ini dapat saya simpulkan bahwa pemerintahan Thailand tetap mempertahankan warisan Rattanakosin dan dinasti Chakri. Meskipun Bangkok telah tumbuh menjadi metropolis modern yang berkembang, warisan budaya para pendiri tetap terjaga utuh. Oh ya... taman-taman di sekitar Grand Palace ditanam oleh orang-orang jawa yang di bawa dan di pekerjaan oleh Raja Rama V. Jadi di sekitar daerah Grand Palace ini juga terdapat kawasan kampung Jawa juga loh. Selesai mengitari Outer Court Grand Palace, Wat Phra Kaew (The Temple of the Emerald Buddha) dan Middle Court Grand Palace, maka kami memutuskan untuk mengakhiri kunjungan ke Grand Palace ini. Karena hampir semua tempat yang ada di dalam Grand Palace sudah kami dokumentasikan, selain itu juga matahari sudah cukup terik. Jadi sekarang adalah waktunya untuk rehat dan makan siang. Kami meninggalkan Grand Palace dari gerbang tempat awal kami masuk juga, yaitu gerbang di jalan Thanon Na Phra Lan, lalu kami berbelok kearah kiri (ke barat), maka pada sisi kiri kita adalah tembok Grand Palace dan di sisi kanan kita banyak terdapat toko penjual makanan dan souvenir. Kami menyempatkan singgah makan siang di salah satu restoran di jalan Thanon Na Phra Lan ini dengan pilihan menu makan siang tom yam dan thai iced tea.  Selesai makan siang kami melanjutkan perjalanan untuk menuju ke Wat Pho dan menyebrang ke Wat Arun. Sebelumnya kami menyempatkan singgah belanja buah segar di pasar tradisional di Tha Chang Pier. Satu yang perlu diingat, bahwa belanja buah di Thailand dijamin ketagihan, karena selain dijamin manis, juga semuanya serba baru langsung dikupas dihadapan kita saat kita beli. 
Pasar tradisional di Tha Chang Pier, Bangkok, Thailand 
Belanja buah segar Thailand

Wat Pho
Wat Pho ini termasuk dalam daftar destinasi dan landmark yang wajib dikunjungi selain dari Grand Palace bila kita jalan-jalan ke Bangkok.
The Reclining Buddha, Wat Pho, Bangkok, Thailand 

Rute jalan kaki dari Grand Palace ke Wat Pho adalah :
1. Keluar dari gerbang Grand Palace yang berada di jalan Thanon Na Phra Lan, kemudian jalan kembali ke arah barat atau ke arah kiri ikuti tembok putih dari Grand Palace sampai di perempatan Thanon Maha Rat
2.  Sampai di perempatan ini lalu belok kiri ke arah selatan dan susuri Thanon Maha Rat ini sepanjang kurang lebih 700 meter, tetap ikuti saja tembok putih dari Grand Palace
3. Sampai di ujung jalan terdapat perempatan, lalu belok kearah timur (kiri) menyusuri Thanon Thai Wang
4. Kemudian pintu gerbang Wat Pho berada kurang lebih 100 meter di sebelah kanan di jalan Thanon Thai Wang
Rute jalan kaki dari Grand Palace ke Wat Pho

Wat Pho salah satu kuil tertua dan terbesar di Bangkok yang mempertahankan warisan dari empat raja dari dinasti Chakri. Wat Pho dibangun sejak hari Ayutthaya pada abad ke 17, jauh sebelum Bangkok didirikan sebagai ibukota. Kemudian Raja Rama I memperluas dan merenovasi kuil. Dalam catatan sejarah menunjukkan bahwa butuh tujuh tahun, lima bulan dan 28 hari untuk selesai pada tahun 1801. Wat Pho diperluas lebih lanjut pada tahun 1832 pada masa pemerintahan Raja Rama III yang juga memerintahkan pembangunan patung Budha tidur (Reclining Buddha). Pada masa pemerintahan Raja Rama V, di Wat Pho dikembangkan lebih lanjut praktek pengobatan tradisional Thailand. Sehingga Wat Pho juga dikenal sebagai pusat pengobatan tradisional di Thailand bahkan di dunia. Kompleks Wat Pho ini berdinding empat sisi dengan pintu masuk di setiap sisinya kita dapat menemukan Prajurit Cina raksasa mengapit pintu. Ini merupakan refleksi dari pengaruh Cina pada masa pemerintahan Raja Rama III.
Peta Wat Pho
Peta Wat Pho

Berkunjung ke kompleks Wat Pho wisatawan harus berpakaian dengan sopan dan rapi, sama seperti masuk ke Grand Palace, gunakanlah pakaian berupa celana panjang, baju berlengan dan bersepatu. Tidak ada celana pendek, tidak ada baju tidak berlengan (bahu tidak boleh terlihat), tidak ada rok atau gaun di atas lutut. Sangat sopan untuk melepas sepatu, sandal dan membawanya dalam kantong kain yang sudah disediakan didepan pintu masuk setiap bangunan. Tiket masuk ke Wat Pho sejak 1 Januari 2015 adalah 100 Baht dan dapat penukaran gratis air mineral 300 ml yang super dingin. Wat Pho buka setiap hari antara jam 08.00-17.00. 
Tiket masuk ke Wat Pho

Baiklah, setelah tiket masuk berhasil diperoleh, mari kita mulai tour untuk melihat beberapa struktur utama dalam kompleks Wat Pho. Kompleks Wat Pho ini terdiri dari lebih 20 bangunan dengan luas sekitar 10 hektar. Secara garis besar bangunan di Wat Pho ini terbagi dalam 4 bangunan utama, yaitu The Reclining Buddha, Chedi of The Four Kings, Mondop dan Ubosot (Ordination Hall). Berkunjung ke tempat yang indah dan luas ini diperlukan waktu 2-3 jam untuk mengelilingi semua tempatnya.
bangunan utama di Wat Pho, Bangkok, Thailand

A. The Reclining Buddha
The Reclining Buddha, Wat Pho, Bangkok, Thailand 

Wat Pho menjadi pusat atraksi dan destinasi wajib dikunjungi di Bangkok karena memiliki patung Budha tidur (The Reclining Buddha) yang terletak di sudut barat dari Wat Pho. Ini adalah bangunan pertama sekali yang akan terlihat pada saat kita masuk dari jalan Thanon Thai Wang. 
One way pedestrian di dalam Reclining Buddha, Wat Pho, Bangkok, Thailand
Untuk melihat The Reclining Buddha ada sistem pejalan kaki satu arah (one way pedestrian) di sekitar lorong yang panjang dari Reclining Buddha. Masuk dari arah depan kepalanya dan berjalan lurus ke arah  kakinya lalu Anda akan berjalan balik dari bagian belakang punggungnya untuk menuju ke pintu keluar yang ada di belakang kepalanya. 
The Reclining Buddha, Wat Pho, Bangkok, Thailand
Reclining Buddha di Wat Pho ini merupakan salah satu Reclining Buddha terpanjang di dunia. Reclining Buddha ini memiliki panjang 46 m dengan tinggi dibagian muka 15 m dan masing-masing kaki memiliki tinggi 3 m dan panjang 5 m. Reclining Buddha ini terbuat dari bata, gips dan lapisan emas. 
The Reclining Buddha, Wat Pho, Bangkok, Thailand

Telapak kaki Reclining Buddha ini dilapisi dengan 108 lakshana (lambang suci Budha) yang terbuat dari mutiara dan merupakan suatu karya seni yang luar biasa. Telapak kaki dengan 108 simbol keberuntungan Buddha ini bisa kita lihat di penghujung pintu keluar sebelum kita jalan balik ke arah punggung Reclining Buddha.
The Reclining Buddha, Wat Pho, Bangkok, Thailand 

Di koridor pada bagian belakang punggung patung ini terdapat 108 mangkuk perunggu yang melambangkan sifat-sifat keberuntungan Budha, sehingga menjatuhkan koin di mangkuk ini dipercaya dapat membawa keberuntungan. 108 mangkuk perunggu yang menunjukkan 108 karakter menguntungkan dari Buddha ini tersusun rapi dan kita harus mengantri teratur kalau mau menjatuhkan koin ke dalam mangkuk tersebut. Berhubung masih banyak lagi tempat yang akan di kunjungi, maka kami segera berjalan keluar dari area The Reclining Buddha. 
108 mangkuk koin perunggu, The Reclining Buddha, Wat Pho, Bangkok, Thailand 

Di dalam tempat ini terdapat juga karya seni lain yang jarang diperhatikan oleh pengunjung yang biasanya sudah terpesona dengan Reclining Buddha. Yaitu adanya mural rumit yang ditarik menghiasi semua bagian dalam dinding vihara. Mural di dinding mencapai 30 m sampai ke atas atap. Mural yang berusia hampir 200 tahun ini, menceritakan sebuah kisah menarik tentang pertempuran kerajaan, intrik pengadilan, cinta pribadi dan kecemburuan. Pada tahun 2000, karena kerusakan akibat waktu dan cuaca, upaya restorasi ulang lengkap telah dibuat. Sehingga Mural tua yang berusia 200 tahun dan sudah mengalami restorasi ini sekarang sudah bisa kita nikmati ke indahannya. 
Tampak mural di semua dinding Reclining Buddha, Wat Pho, Bangkok, Thailand 

Setelah selesai mengelilingi Reclining Buddha, kami pun keluar dan segera kami menukarkan tiket kami dengan sebotol air mineral dingin sambil duduk santai. Selesai bersantai, kami pun melanjutkan perjalanan ke Chedi yang didedikasikan untuk Empat Raja Rama (Chedi of The Four Kings), lalu ke Mondop dan Ubosot (Ordination Hall). Kita masuk melalui gerbang kecil, yang di depan pintu gerbang pada sisi kanan kiri nya terdapat Prajurit Cina.
Tampak Prajurit Cina raksasa mengapit pintu masuk ke Ubosot (Ordination Hall)Wat Pho, Bangkok, Thailand 

B. Chedi of The Four Kings
Tahukah Anda apa sebenarnya perbedaan antara Chedi dengan Prang  ??? Chedi adalah pagoda bulat sementara Prang adalah pagoda dengan basis persegi panjang atau persegi. Kedua versi berjenjang, tertanam dengan ubin berwarna dan lancip ke atas.
Chedi of The Four Kings, Wat Pho, Bangkok, Thailand

Anda tentu tidak akan melewatkan untuk melihat chedi di Wat Pho ini yang didedikasikan untuk ke Empat Raja. Empat pagoda bulat besar dibangun untuk memperingati pemerintahan Raja Rama. Raja Rama I ( hijau ), Raja Rama II ( putih ), Raja Rama III ( kuning ) dan Raja Rama IV ( biru tua ).
Chedi of The Four Kings, Wat Pho, Bangkok, Thailand
Chedi of The Four Kings, Wat Pho, Bangkok, Thailand

C. Mondop
Wat Pho, Bangkok, Thailand

Perhentian kami berikutnya adalah Phra Mondob (Scripture Hall) dekat dinding barat. Gedung ini berdinding dan memiliki display patung Buddha. 
Wat Pho, Bangkok, Thailand

D. Ubosot (Ordination Hall)
Ubosot (Ordination Hall), Wat Pho, Bangkok, Thailand

Di ubosot atau bot (Ordination Hall) ini patung Buddha utama disimpan. Patung emas dalam posisi duduk di atas sebuah alas emas tinggi 3 m. Abu Raja Rama I disimpan di bawah alas ini. Kalau di Bot Wat Arun disimpan abu Rama II, dalam Bot Wat Pho tersimpan abu jenazah Rama I yang tersimpan dibawah patung emas besar yang menggambarkan Budha sedang bermeditasi. 
Ubosot (Ordination Hall), Wat Pho, Bangkok, Thailand

Di halaman luar kuil ini juga terdapat kurang lebih 100 Chedi yang ke 71 diantaranya digunakan untuk menyimpan abu jenazah keluarga kerajaan. 
Ratusan Chedi, Wat Pho, Bangkok, Thailand
Ratusan Chedi, Wat Pho, Bangkok, Thailand

Tepat di belakang ubosot atau kapel utama ini terdapat Museum Temple. Pada tahun 1988, selama pemulihan Wat Pho, petugas menemukan relik suci yang diabadikan dalam Chedi dan didedikasikan untuk Empat Raja. Ini peninggalan yang tidak ternilai dan dilakukan penggandaan, salinan dikembalikan ke chedi sementara asli yang ditampilkan di Museum Temple. 
Museum Temple, Wat Pho, Bangkok, Thailand
Museum Temple, Wat Pho, Bangkok, Thailand

Selain terkenal dengan patung Budha tidurnya, Wat Pho juga dikenal sebagai pusat pengobatan tradisional (terdapat Medicine Pavilion) dan sekolah tradisional Thai massage (Traditional Thai Massage School). Bangunan ini terletak di timur dekat Sanam Chai Road. Sebuah perpustakaan untuk praktek pengobatan tradisional juga didirikan sebagai dasar untuk pusat pembelajaran. Dan sejak tahun 1960-an telah dibuka sekolah pemijatan terbaik di Thailand. Jadi kalau kaki sudah pegal bisa singgah untuk urut kaki yang banyak di tawarkan di dalam komplek Wat Pho ini. Hampir dua jam kami menjelajahi Wat Pho, sekarang saatnya kami melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya yaitu ke Wat Arun yang terletak di sebelah barat kota. Wat Arun ini tepat berada di seberang Wat Pho, keduanya dibatasi oleh Sungai Chao Praya sehingga kita perlu lagi naik kapal feri (cross-river ferries) untuk mengunjungi Wat Arun.  


Wat Arun
Wat Arun adalah salah satu landmark sungai legendaris yang paling mencolok di Bangkok dan ikon abadi di sungai Chao Phraya yang berumur setidaknya 500 tahun. 
The Famous Prang, Wat Arun di sore hari, Bangkok, Thailand

Rute jalan kaki dari Wat Pho ke Tha Tien Pier adalah :
1. Keluar Wat Pho dari gerbang tempat masuk tadi juga, yaitu gerbang yang ada di jalan Thanon Thai Wang. 
2. Dari gerbang di jalan Thanon Thai Wang ini belok dan berjalanlah ke arah kiri (ke Barat) kurang lebih 100 meter. 
3. Sampai di perempatan, sebrangi jalan lalu jalan lurus kedepan kurang lebih 100 m akan sampai di Tha Tien Pier.  

Orientasi singkat jalanan disekitar Wat Pho yaitu: Timur dibatasi Sanam Chai Road, Utara dibatasi oleh Thai Wang Road, Selatan oleh Chetuphon Road dan Barat dibatasi  Maha Rat Road. 
Rute jalan kaki dari Wat Pho ke Tha Tien Pier

Menuju ke Tha Tien Pier ini kita juga akan melewati pasar tradisional yang banyak menjajakan makanan dan souvenir. Disini kami sempat singgah makan dan alhamdulilah ditempat makan ini tertulis jelas "Halal". Saya lupa apa nama tempat makan ini, tapi  letaknya pas paling ujung dekat gerbang masuk ke Tha Tien Pier. Disini kami makan nasi goreng seafood dan membeli aneka masakan bakar-bakaran seafood berupa udang dan gurita bakar serta minum air kelapa Thailand dingin, segeeeeer....segeeeeer....segeeeeer..... 
Tampak Cross-river ferries untuk menyeberang ke Wat Arun 

Selesai makan kami langsung menuju ke Tha Tien Pier untuk menyebrang ke Wat Arun. Saat kami di Tha Tien Pier ini tampak dari kejauhan Wat Arun sedang dalam restorasi
Tampak The Famous Prang Wat Arun sedang dalam restorasi, Bangkok, Thailand

Di Tha Tien Pier ini terdapat dua buah dermaga, yaitu satu Tha Tien Pier sendiri untuk naik Chao Phraya Express Boat yang berada disisi kanan dan paling ramai antriannya dan tidak punya loket karcis, sedangkan satu lagi adalah dermaga cross-river ferries untuk menyeberang ke Wat Arun Pier untuk menuju ke Wat Arun, yang ditandai dengan terdapat loket karcis dan harus bayar 2,5 Bath per orang sebelum masuk ke dermaga. Jadi jangan salah masuk dermaga ya. 
Jalur Cross-river ferries untuk menyeberang ke Wat Arun 
         
Setelah sampai di Wat Arun Pier, segera turun dari kapal dan berbelok kearah kiri gerbang yang pertama dapat. Disini kita akan menemukan taman yang cukup besar yang menghadap ke sungai Chao Phraya dan berjalan 50 meter kita akan menemukan banyak toko-toko penjual souvenir dan penjual buah segar. " Silahkan belanja... belanja, murah-murah harganya dan bagus-bagus barangnya" teriak seorang pedagang wanita di Pasar Wat Arun, Bangkok, Thailand, saat melihat banyak pengunjung yang berasal dari Indonesia. Wat Arun selain terkenal dengan prang (menara) yang tinggi juga memang sangat  terkenal sebagai pusat belanja oleh-oleh. Mendengar Bahasa Indonesia di negeri orang itu sangat aneh. Tetapi mayoritas pedagang di Wat Arun yang merupakan warga asli Thailand, sangat fasih menjajakan dagangannya dengan bahasa IndonesiaTidak itu saja, di pasar tradisional yang lokasinya satu kompleks dengan Pagoda Wat Arun tersebut, bisa berbelanja menggunakan uang pecahan rupiah. Para pedagang Pasar Wat Arun selain fasih berbahasa Indonesia, juga menguasai Bahasa Mandarin, Jepang dan Inggris. Mereka melihat, wisatawan dari empat negara pemilih bahasa itu banyak yang datang. Sayang kalau mereka tidak mengerti bahasa, kemudian gagal proses jual belinya karena miskomunikasi. Tidak itu saja, para pedagang mempermudah cara berdagang dengan menerima mata uang Rupiah, Yuan, Yen, bahkan Dolar sebagai antisipasi turis yang kehabisan Baht. Jadilah sebelum masuk kedalam kompleks Wat Arun kami menyempatkan cuci mata sambil belanja sedikit oleh-oleh. Tidak terlalu lama, kemudian kami mulai memasuki kompleks Wat Arun. Masuk ke Wat Arun, Anda akan menemukan dua patung raksasa, yang menjaga gerbang Ordination Hall. Tepat di depan pintu masuk Ordination Hall terdapat dua patung raksasa yang menarik perhatian, satu berwarna putih bernama Sahassadecha (kanan) dan yang berwarna hijau bernama Thossakun (kiri). Dua patung raksasa ini adalah penjahat dalam drama Ramakien, versi Thailand dalam cerita Hindu Ramayana. 
Masih tampak The Famous Prang Wat Arun sedang dalam restorasi (saat kepergian saya 04 Feb 2016), Bangkok, Thailand

Wat Arun terbuka untuk umum setiap hari dari jam 08.30-17.30. Tiket masuk ke Wat Arun ini adalah 50 baht. Sebagian besar pengunjung akan langsung menuju prang yang tinggi, tapi sebenarnya bangunan lain di kompleks candi ini dengan struktur dan dekorasi interior yang indah masih banyak bisa kita jumpai. Urutan tour yang disarankan di Wat Arun adalah Ubosot – Ordination Hall, Viharn – Prayer Hall, Mondop – Buddha’s Footprint, Prang dan Monument King Rama II. Karena berhubung waktu sudah mulai sore dan kami pun sudah mulai kelelahan, maka kami pun langsung menuju ke The Famous Prang nya Wat Arun. Nama Wat Arun atau Temple Of Dawn berasal dari Aruna (Dewa Fajar). Meskipun dijuluki sebagai Kuil Fajar, justru pemandangan terbaik Wat Arun terpancar saat matahari terbenam di belakang prang (menaranya). Ada satu prang besar dengan tinggi 81 meter dengan ukiran yang rumit dikelilingi oleh 4 prang yang lebih kecil yang ditempatkan di empat sudut prang utama dengan gaya bangunan Khmer. Berbeda dengan kebanyakan Wat yang didominasi warna emas, Wat Arun justru didominasi warna putih mutiara dengan dekorasi terbuat dari kerang dan potongan keramik yang dulunya banyak digunakan sebagai pemberat bagi kapal-kapal yang berlayar dari Cina ke Bangkok. Ratusan keping porselen yang tertanam di sisi prang memberikan gemerlapnya prang di bawah sinar matahari. Prang utama di Wat Arun ini sangat tinggi dan tangga untuk menaikinya sangat curam dan sempit. Tetapi hal tersebut tidak menghambat orang untuk bersusah payah mendaki karena pemandangan indah yang dapat kita lihat bila sudah sampai diatasnya.  Ada empat tingkat untuk prang tersebut, dua yang pertama adalah relatif mudah untuk didaki. Tingkat ketiga dan keempat akan dicapai dengan langkah-langkah yang curam dengan sudut kemiringan yang hampir 60 derajat. Anda harus menarik diri dengan bantuan pegangan pagar. Bayangkan saja Anda menarik diri dilereng curam dengan bantuan tali. Hal ini pasti sepadan dengan usaha dan hasil pemandangan yang indah. Ketika Anda turun, coba untuk tidak berjalan seperti Anda berjalan menuruni anak tangga. Tapi turun secara terbalik dan dengan tahanan pagar untuk mengontrol turun Anda. Anda akan merasakan sensasi menuruni lereng curam dengan tali. Selamat mencoba ya.... Di halaman Wat Arun ini juga banyak ditawarkan jasa pemotretan menggunakan baju khas Thailand, dengan tarif 50.000 per orang. Selesai mengeksplore Wat Arun, kami pun jalan balik ke dermaga. Pulang dari Wat Arun ini kami kembali menuju ke Wat Arun Pier, balik lagi naik cross-river ferries untuk ke Tha Tien Pier, lalu naik Chao Phraya Express Boat dari Tha Tien Pier menuju ke Sathorn (Taksin) Pier. Di Tha Tien Pier ambil Chao Phraya Express Boat dengan bendera orange yang ke arah kiri ya.
Tampak Chao Phraya Express Boat dengan bendera orange yang sangat penuh, Tha Tien Pier,  Bangkok, Thailand

Saat sore naik Chao Phraya Express Boat sangat-sangat penuh loh, jauh beda dengan tadi pagi saat kami naik, karena semua wisatawan menuju pulang dan semua rata-rata menuju ke Sathorn (Taksin) Pier. Kemudian dari Sathorn (Taksin) Pier kami menuju ke stasiun BTS Skytrain Saphan Taksin masuk dari gate 2. Selanjutnya kami naik BTS Skytrain dari stasiun Saphan Taksin ke stasiun Ratchathewi untuk kembali pulang menuju Asia hotel. Alhamdulilah semua perjalanan hari ini berjalan lancar dan sekarang saatnya kami berberes untuk istirahat dan makan malam. 
Stasiun BTS Skytrain Saphan Taksin Gate 2, Bangkok, Thailand