Jumat, 02 Oktober 2015

Japan Hari Keenam (Saturday/Sabtu, 23 May 2015 ) : Kyoto (Kinkakuji, Ginkakuji, Kiyomizudera) dan Berdandan dengan Kimono



By Aidil espeogeh 
The Next Destination...
Family Vacation Lets Goooooooo to Japan.


Kinkakuji (Golden Pavilion), Kyoto, Japan

Berhubung tadi malam untuk pertama kalinya kami mencoba tidur dengan Japanese Style yang menyediakan Futon, istirahat kami cukup nyaman, jadi mencoba Futon ini kami rekomendasikan. Terbangun di Sabtu pagi ini, udara di Kyoto cukup sejuk dan awan pun cukup cerah. Pagi ini kami akan melanjutkan perjalanan untuk keliling Kyoto, jadi harus tetap bersemangat tidak boleh bermalas-malasan, caiyoooo mare berangkat....Pertama yang kami lakukan adalah balik lagi ketempat kemarin pagi kami sarapan (abis enak sich...) untuk sarapan pagi. setelah selesai sarapan waktu sudah menunjukkan jam 08.30 dan kami langsung menuju ke Kyoto station. Secara garis besar rute keliling Kyoto hari ini adalah Kinkakuji, Ginkakuji, Gion dan Kiyomizudera


Kyoto Sightseeing Spots

Untuk berkeliling Kyoto hari ini kami membeli tiket Kyoto City Bus One-Day Pass. Tiket ini bisa dibeli di resepsionis hotel. Pass ini memberikan akses tanpa batas penggunaan bus dalam sehari. Hampir semua hotel di Kyoto menyediakan berbagai macam pass transportasi seperti ini. Harga beli pass ini di hotel maupun di Kyoto station sama. Kelemahannya, hotel biasanya tidak memberi peta rute busnya sedangkan kalau beli di Kyoto station peta rute bus secara otomatis akan diberikan. Jadi kami memilih untuk beli di Kyoto station. Sampai di Kyoto station kami langsung mencari informasi untuk membeli Kyoto City Bus One-Day Pass ini. Kalau mau beli tiket ini di Kyoto stasiun, terdapat counter penjualan tiket bus di pintu keluar Karasuma (north side of station). Dari berbagai moda transportasi yang ada di Kyoto, kami memilih bus karena hampir seluruh tempat wisata yang ada di Kyoto dilalui oleh jalur bus. Untuk naik Kyoto City Bus kita harus pergi ke City Bus Terminal, terminalnya sendiri berada tepat didepan Hotel New Hankyu. 

City Bus Terminal dan Bus Ticket Center

Biasanya untuk pemakaian city bus, harga normal adult: 230 yen, children: 120 yen untuk sekali jalan. Tetapi dengan menggunakan Kyoto City Bus One-Day Pass, kita mendapat akses tanpa batas penggunaan bus dalam sehari, free to get on and off dimana pun kita suka. Jadi “City Bus One-Day Pass”  benar-benar bisa untuk See All of Kyoto dalam seharian loooooh. Harga tiket Kyoto City Bus One-Day Pass untuk adult: 500 yen, children: 250 yen (umur 6 - 12 tahun). Jadi jika Anda berencana untuk menggunakan bus lebih dari tiga kali pada hari yang sama, Kyoto City Bus One-Day Pass lebih menguntungkan. Jadi saya sarankan untuk membeli Kyoto City Bus One-Day Pass untuk keliling Kota Kyoto dan belinya di Subway Informasi biar sekaligus dapat petanya. 

Kyoto City Bus One-Day Pass 

Berbeda dengan naik bus di negara-negara lain yang umumnya naik dari bagian depan dan turun dari belakang, di Kyoto ini kita harus naik dari belakang dan turun di depan. Kalau untuk pemakaian pertama, Kyoto City Bus One-Day Pass ini harus di masukan ke dalam mesin sensor yang ada di samping supir dan untuk pemakaian berikutnya, untuk naik dan turun cukup menempelkan pass pada alat sensor. 





Pada saat ini kami memutuskan memilih Kyoto City Bus berjenis RAKU. RAKU Bus adalah salah satu layanan bus di kota Kyoto yang sangat nyaman bagi wisatawan. Ada tiga jalur RAKU Bus ( # 100 , # 101 , # 102 ) dan setiap jalur mengambil penumpang untuk dibawa ke situs wisata yang terkenal dan populer Kyoto.

RAKU Bus 
Setelah beres urusan membeli tiket, maka kami bergegas ke City Bus Terminal dan tempat pertama yang kami eksplore hari ini adalah Kinkakuji. 


Kinkakuji (金閣寺, Golden Pavilion) 
Kinkakuji (Golden Pavilion), Kyoto, Japan

Dari Kyoto Station kita bisa menjangkau Kinkaku-ji dengan transportasi publik, yakni dengan bus dari Kyoto Eki Mae (Kyoto City Bus) bus nomor 101 atau 205 ke Kinkakuji Michi (Kyoto City Bus) sebagai halte terdekat ke Kinkaku-ji Temple (Rokuon-ji Temple, Golden Pavilion) dalam waktu 47 menit dan tarifnya 230 yen. Karena kami sudah memiliki Kyoto City Bus One-Day Pass, maka gratislah, kami memilih naik bus no 101. 

Tidak sulit mencari bus 101 di City Bus terminal ini, cari saja platform bertuliskan Kinkakuji, selanjutnya selama perjalanan setiap tempat pemberhentian akan diumumkan melalui pengeras suara dan dituliskan juga di panel display dalam bus dengan dua bahasa, yaitu bahasa Japang dan bahasa Inggris. Dalam perjalanan menuju Kinkakuji Temple yang diawali dari Kyoto Eki Mae (Kyoto City Bus) bus akan berhenti di Nijojo Mae (Kyoto City Bus) tempat Nijo-jo Castle. Tetapi karena perjalanan hari ini cukup padat maka kami memutuskan untuk tidak singgah di Nijo-jo Castle. Sebenarnya sangat disayangkan, tetapi kami harus tetap memilih prioritas tempat kunjungan yang lainnya. 
Rute Bus 101 dari Kyoto Eki Mae ke Kinkakuji Michi




Sampai di Kinkakuji Michi (Kyoto City Bus) orang-orang sudah pada ramai sekali dan jalan menuju ke Kinkakuji Temple ini sedikit mendaki. Disepanjang jalan dari Kinkakuji Michi menuju ke Kinkakuji tidak terlalu banyak ditemukan toko penjual souvenir, kebanyakan ditemukan rumah penduduk dan restoran. Sebelum membeli tiket kami menyempatkan mengabadikan situasi diluar Kinkakuji. Setelahnya kami langsung menuju ke tempat pembelian tiket masuk untuk membeli tiket. Kinkakuji buka dari jam 09.00 – 17.00 dengan tiket masuk 400 Yen. 
Situasi diluar Kinkakuji (Golden Pavilion)
Tiket Masuk ke Kinkakuji (金閣寺, Golden Pavilion)


Kinkakuji (Golden Pavilion) ini merupakan UNESCO World heritage site yang dibangun pada tahun 1397 oleh Shogun Ashikaga Yoshimitsu. Kinkakuji (Golden Pavilion) adalah sebuah kuil Zen yang terletak di dasar pegunungan di sebelah Utara Kyoto (Kitayama). Dikenal juga sebagai Rokuonji. Dua tingkat bangunannya disepuh warna emas, sehingga disebut juga sebagai Golden Pavilion. Awalnya tempat ini adalah tempat peristirahatan Shogun Ashikaga Yoshimitsu yang kemudian berubah menjadi kuil Zen sesuai dengan wasiat sang shogun setelah kematiannya pada tahun 1408. Kinkakuji ini menjadi inspirasi untuk didirikannya Ginkakuji (Silver Pavilion), yang dibangun oleh cucu Yoshimitsu, yang bernama Ashikaga Yoshimasa, yang terletak di sisi lain kota Kyoto beberapa dekade kemudian. 
Kinkakuji (Golden Pavilion), Kyoto, Japan
Each floor has a different architectural style

Kinkakuji ini cukup mengesankan karena dibangun menghadap kolam besar, dan merupakan satu-satunya bangunan yang tersisa dari tempat peristirahatan Shogun Ashikaga Yoshimitsu ini. Kompleks ini telah dibakar berkali-kali sepanjang sejarahnya termasuk dua kali selama Perang Onin, yaitu perang sipil yang menghancurkan kota Kyoto dan sekali lagi baru-baru ini pada tahun 1950 ketika itu dibakar oleh seorang biarawan yang sangat fanatik. Kemudian dilakukan pembangunan kembali pada tahun 1955. Bangunan Kinkakuji boleh dibilang cukup unik karena ketiga tingkatnya dibangun dengan gaya arsitektur yang berbeda-beda. Lantai pertama dibangun dalam gaya Shinden yang banyak digunakan untuk bangunan istana selama Periode Heian. Dengan pilar kayu dan dinding bercat putih tampak kontras berbeda dengan dua bangunan bercat emas diatasnya. Patung Buddha Shaka dan Yoshimitsu disimpan di lantai pertama ini. Meskipun tidak mungkin untuk memasuki paviliun ini, patung-patung dapat dilihat dari seberang kolam jika anda melihat dekat, karena sebagian jendela depan lantai pertama biasanya tetap terbuka. Lantai kedua dibangun dalam gaya Bukke digunakan pada rumah tinggal samurai, yang mana eksteriornya benar-benar tertutup warna emas. Di dalamnya ada duduk Kannon Bodhisattva yang dikelilingi oleh patung-patung dari Empat Raja Langit, namun patung-patung itu tidak ditampilkan ke publik. Terakhir, lantai ketiga dibangun dalam gaya Chinesse Zen, dan yang paling penting karena bangunan ini disepuh dan ditutup dengan phoenix emas dibagian dalam dan luar bangunan. Didepan kuil terdapat kolam (Anmintaku), kolam yang dikatakan tidak pernah kering dengan 10 pulau kecil yang merupakan penggambaran tempat-tempat yang paling terkenal dalam sejarah Cina dan Japan. 
Acara main melempar koin (Coin Toss)

Didalam lingkungan Kinkakuji ini tidak diperbolehkan berfoto menggunakan tripod. Jadi kalau mau dapat mengabadikan Kinkakuji harus saling minta tukaran photo sama pengunjung lainnya. Bahkan tanpa dimintai tolong, mereka menawarkan diri untuk mengambilkan photo keluarga kami loh. Setelah melihat Kinkakuji dari seberang kolam, pengunjung jalan terus mengikuti rute, maka kita akan melewati bagian belakang Kinkakuji dan kita akan sampai di bekas rumah kepala kuil (Hojo) yang sangat khas dengan nuansa Zen yang ditandai dengan pintu geser (fusuma). Seperti juga Kinkakuji, bangunan Hojo ini juga tertutup untuk umum. Di sebelah kiri kita pada taman Kinkakuji ini terdapat  patung dengan wadah kaleng kecil didepannya (Coin Toss). Katanya siapa saja yang bisa memasukkan koin kedalam kaleng tersebut akan mendapat keberuntungan. Menarik juga melihat para pengunjung mencoba keberuntungan dengan melempar koin ke wadah kaleng kecil di depan patung-patung tersebut. Anak kami juga tidak kalah akal, kebetulan di sekitar pagar pembatas banyak koin yang berjatuhan, yang jumlahnya cukup-cukup banyak. Jadi anak-anak sesukanya melemparkan koin ke wadah kaleng tersebut. 
Tea Garden

Selesai acara main melempar koin kami jalan terus mengikuti rute, maka disebelah kanan kami terdapat Sekkatei (Tea House) dan Tea Garden dan disebelah kiri terdapat beberapa toko penjual oleh-oleh. Bagi penggemar teh Japang, dengan membayar 500 yen pengunjung akan mendapat semangkuk teh Matcha dan biskuit. Di ujung dekat Tea Garden dan pintu keluar ini berjajar para penjual souvenir dan makanan oleh-oleh khas Japang, setiap penjual menyediakan berbagai macam sample yang bebas untuk dicicipi. 
Fudo Hall dan toko para penjual souvenir-makanan oleh-oleh khas Japang

Setelah melihat Kinkakuji yang lengkap dengan kolam yang tidak pernah kering dan taman yang tetap dipertahankan desain aslinya sejak dari Ashikaga Yoshimitsu, kami pun keluar dari area Kinkakuji dan menyempatkan diri untuk beristirahat sambil menikmati ice cream dan minuman dingin. 
Bersantai di taman luar Kinkakuji
Setelah hampir 1 jam berkeliling Kinkakuji, kami memutuskan untuk kembali ke Halte bus Kinkakuji Michi (Kyoto City Bus) menunggu bus untuk menuju ke Ginkakuji (Silver Pavilion)


Ginkakuji (銀閣寺, Silver Pavilion)
Ginkakuji (Silver Pavilion), Kyoto, Japan

Dari Halte bus Kinkakuji Michi (Kyoto City Bus) kita bisa naik bus no 102 atau 204 menuju Ginkakuji Michi (Kyoto City Bus), yang merupakan halte terdekat ke Ginkakuji (Silver Pavilion). Untuk ke Ginkakuji dengan Kyoto City Bus One-Day Pass kami memilih bus no 102.  Gratiiiiiis...


Sampai di Ginkakuji Michi (Kyoto City Bus) kita masih harus berjalan kaki kurang lebih 10 menit untuk sampai ke Ginkakuji. Perjalanan ke Ginkakuji ini sedikit mendaki, karena Ginkakuji terletak di puncak bukit, jadi ya lumayan juga jalan kakinya. Untungnya di kanan kiri jalan banyak toko-toko penjual makanan dan souvenir. Sebelum masuk ke area Ginkakuji kami menyempatkan singgah untuk membeli oleh-oleh. Prinsipnya dimana kita nampak tempat oleh-oleh langsung singgah aja, karena belum tentu nanti pulangnya kita bakalan lewat tempat itu lagi atau malah uda kelupaan sehingga tidak jadi terbeli, akhirnya jadi nyesal. Sambil melihat-lihat toko-toko itu tidak terasa perjalanan kami sudah sampai ke gerbang loket Ginkakuji.
Rute Bus 102 dari Kinkakuji Michi ke Ginkakuji Michi



Sampai di Ginkakuji sama seperti di Kinkakuji, orang-orang juga sudah pada ramai sekali dan seperti biasa sebelum membeli tiket kami menyempatkan mengabadikan situasi diluar Ginkakuji. Setelahnya, baru kami menuju ke tempat pembelian tiket masuk untuk membeli tiket. Ginkakuji buka dari jam 08.30 – 17.00 dengan tiket masuk 500 Yen. Dijalan masuknya sendiri terdapat banyak pepohonan sebagai pelindung, jadi lumayan sejuk.
Situasi diluar Ginkakuji (Silver Pavilion) sambil membeli oleh-oleh
Situasi diluar Ginkakuji (Silver Pavilion)
Tiket masuk ke Ginkakuji (銀閣寺, Silver Pavilion)

Ginkakuji (Silver Pavilion) merupakan The World Cultural Heritage Site yang terletak di sepanjang pegunungan disebelah Timur Kyoto (Higashiyama). Awalnya pada 1482, Shogun Ashikaga Yoshimasa membangun tempat ini sebagai tempat peristirahatannya. Dimana Shogun Ashikaga Yoshimasa terinspirasi oleh kakeknya yang telah membangun Kinkakuji. Kemudian Ginkakuji  ini berubah menjadi kuil Zen setelah kematian Yoshimasa di tahun 1490. Ginkakuji dan Kinkakuji keduanya memiliki hubungan yang sangat erat, karena sama-sama dibangun oleh keluarga Shogun Ashikaga. Kinkakuji dijuluki Golden Pavilion, maka Ginkakuji dijuluki Silver Pavilion walaupun pavilionnya sendiri tidak dicat warna perak. Yoshimasa memang berkeinginan menutupi bangunan ini dengan warna perak tetapi sayang sampai akhir hidupnya hal tersebut tidak pernah terwujud. Nama Ginkakuji ini muncul karena sinar bulan yang memancar ke eksterior pavilionnya berwarna keperakan akibat pernis hitam yang dahulu menjadi warna dominan bangunan ini. Sebagai tempat peristirahatan dari shogun, Ginkakuji menjadi pusat budaya kontemporer, yang dikenal sebagai budaya Higashiyama yang berbeda kontras dengan budaya Kitayama dari  kakeknya. Budaya Kitayama yang tetap terbatas pada kalangan bangsawan Kyoto, tetapi tidak dengan budaya Higashiyama yang memiliki dampak yang lebih luas di seluruh negeri. Seni dikembangkan dan disempurnakan, termasuk upacara minum teh, merangkai bunga, teater, puisi, desain taman dan arsitektur. 
Ginkakuji (Silver Pavilion), Kyoto, Japan

Pertama kali masuk ke kompleks Ginkakuji kita sudah dibuat terpesona pada pandangan pertama. Ginkakuji dapat dinikmati langsung setelah kita memasuki lapangan. Ginkakuji terletak disebelah kanan dan pas didepan kita tampak taman pasir yang begitu indah dan rapi yang dikenal dengan nama Ginshadan Sand (Sea of Silver Sand). Pasirnya tersusun dengan presisi yang sempurna sehingga sayang rasanya kalau kena hujan. Merapikan pasir ini memang dipraktekkan secara terus menerus oleh para biksu Zen untuk meningkatkan daya konsentrasi mereka. Yang menjadi highlight dari taman pasir ini adalah gundukan pasir yang berbentuk kerucut yang dipadatkan untuk melambangkan Gunung Fuji (Kogetsudai in Ginshadan) dan jelas tertulis kalimat Please do not touch the Ginshadan Sand layout. Kogetsudai in Ginshadan yang berbentuk Gunung Fuji ini jelas terpajang dalam brosur dan tiket masuk ke Ginkakuji sebagai icon.
KogetsudaiGinkakuji (Silver Pavilion), Kyoto, Japan 
KogetsudaiGinkakuji (Silver Pavilion), Kyoto, Japan 

Jalan terus mengikuti rute, maka di sebelah kiri kita akan terdapat sebuah pendopo memanjang yaitu Hondo (Main Hall), kita bisa bebas duduk-duduk santai di area tersebut sambil menikmati pemandangan taman pasir dan taman-tamannya juga ditumbuhi dengan pepohonan yang begitu indah. Namun, interior bangunan tidak terbuka untuk umum. Secara formal tempat ini bernama Kannonden (Kannon Hall), dengan dua paviliun yang dibangun dalam dua gaya arsitektur yang berbeda dan didalamnya terdapat patung Kannon, dewi Buddha belas kasih. Tepat di sebelah Hondo berdiri Togudo.
Pemandangan dari Hondo (Main Hall) di Ginkakuji, Kyoto, Japan

Kami menyempatkan untuk duduk-duduk di Hondo ini untuk menikmati pemandangan taman pasir sambil beristirahat sejanak setelah perjalanan panjang setengah hari. Setelah melewati Ginshadan Sand dan Togudo, kami selanjutnya menelusuri taman lumut (Moss Garden) yang memiliki kolam dengan pulau-pulau dan jembatan, sungai dan berbagai tanaman. Lumut yang seolah-olah tumbuh sendiri ini sebenarnya ditanam dengan sangat ahli. Kebetulan saat itu ada tukang kebun Ginkakuji yang sedang merapikan taman dan kami berkesempatan mengamati sejenak kegiatannya. Sungguh sangat rapi dan terampil si tukang kebun memangkas dedaunan yang berlebih, sehingga pohon menjadi rapi kembali. Jalan terus naik ke bukit di belakang bangunan, sampailah kami ke puncak bukit, dimana pemandangan keseluruhan pekarangan kompleks Ginkakuji dengan latarbelakang kota Kyoto terlihat dengan sangat jelas.
Mengamati aksi si tukang kebun

Kami sangat mengagumi taman-taman di Ginkakuji ini, karena keseluruhan tatanan taman dibuat menyatu dengan alam. Tidak ada unsur pemakaian besi sama sekali, semua pagar dibuat dari bambu. Sambungan antara pagar juga ditutup dengan bambu. Saluran pembuangan air juga dari bambu sehingga semuanya terlihat alami. Berjalan-jalan Ginkakuji ini rasanya begitu sejuk dan menentramkan. Di ujung taman sebelum keluar dari area kompleks Ginkakuji kita diberi kesempatan sekali lagi untuk mengamati  dan mendokumentasikan dari dekat pavillion Ginkakujinya.
Natural, semua serba bambu

Tidak terasa hampir 1 jam kami memutari kompleks Ginkakuji yang terdiri dari bangunan Silver Pavilion, setengah lusin bangunan sejarah lainnya, taman pasir kering yang unik dan taman lumut yang indah. Hal ini dapat kita nikmati dengan berjalan sepanjang rute melingkar di sekitar pekarangan Ginkakuji. Kami pun segera keluar dari kompleks Ginkakuji untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Gion. Saat itu waktu sudah menunjukkan jam 14.30 saat perjalanan pulang menuju pemberhentian Ginkakuji Mae. Untuk menuju ke Gion ini satu arah dengan ke Kiyomizudera. Kita bisa naik Kyoto City Bus One-Day Pass bus no 100 dari Ginkakuji Mae (Kyoto City Bus) lalu turun di Gion (Kyoto City Bus) bila mau ke Gion dan turun di Kiyomizumichi (Kyoto City Bus) bila mau ke Kiyomizudera. Hanya beda 1 halte bus saja, Gion (Kyoto City Bus) duluan dapat baru Kiyomizumichi (Kyoto City Bus). Dengan pertimbangan waktu yang sudah semakin sore, maka kami memutuskan untuk ke Kiyomizudera terlebih dahulu, karena takut kompleks ini keburu tutup, sedangkan untuk area Gion tetap buka sepanjang hari. 


Kiyomizudera (清水寺, Pure Water Temple)
Kiyomizudera (Pure Water Temple),  Kyoto, Japan

Untuk menuju ke Kiyomizudera dari Ginkakuji, kami kembali menuju ke halte yang lebih dekat dari Ginkakuji yaitu ke Ginkakuji Mae (Kyoto City Bus) untuk naik City Bus no 100 lalu turun di Kiyomizumichi (Kyoto City Bus). Dengan Kyoto City Bus One-Day Pass naik bus no 100 ini Gratiiiis. 


Sampai di Kiyomizumichi kemudian kami harus berjalan kaki lebih mendaki lagi jika di bandingkan saat jalan ke Kinkakuji dan Ginkakuji. Perjalanan ini ditempuh sejauh 800 meter untuk sampai ke Kiyomizudera Temple. Cukup banyak toko souvenir dan makanan dikanan kiri sekitar Kiyomizu-zaka (jalan mulai dari Kiyomizumichi ke Kiyomizudera Temple). Semua jajaran toko souvenir dan makanan di area ini penuh berisi, orang pada antri rapi sampai melimpah luber ke jalan didepan toko-toko tersebut. kita dapat beristirahat dan minum teh Japang dan sambil mencicipi sampel makanan yang didagangkan secara gratis. 
Rute Bus 100 dari Ginkakuji Mae ke Kiyomizumichi 



Dalam perjalanan di Kiyomizu-zaka ada beberapa makanan yang kami coba yaitu Nama Yatsuhashi, Chanoka dan es krim dengan berbagai rasa seperti green tea, vanila dan jagung. Nama Yatsuhashi dijual terutama sebagai souvenir yang berasa manis. Ini adalah salah satu produk daerah yang terkenal dari Kyoto. Dibuat dari tepung beras ketan, gula dan kayu manis. Yatsuhashi yang belum dibakar (Nama Yatsuhashi) memiliki tekstur seperti mochi lembut dan sering diisi dengan pasta kacang merah dan dapat diisi dalam berbagai rasa yang berbeda seperti cokelat, pisang dan wijen hitam. Bila Yatsuhashi di panggang akan mirip dengan Senbei yang garing seperti biskuit. Kami menyempatkan membeli Nama Yatsuhashi ini untuk di bawa pulang ke Indonesia. Nama Yatsuhashi bisa tahan sampai 1 minggu. Makyooooos punya, harus di coba.
Nama Yatsuhashi

Chanoka (biskuit green tea) yang masih hangat dari oven juga tidak luput dari kami coba. Chanoka sebenarnya merupakan modifikasi dari makanan Perancis langue de chat (cat’s tongue) atau kalau di Indonesia mirip kue lidah kucing. Chanoka ini berbentuk kotak berwarna hijau rasa green tea dan tengahnya diisi dengan coklat putih. Toko pastry terkemuka Malebranche salah satu yang menjual Chanoka terkemuka, sehingga Chanokanya baik bentuk maupun rasanya cukup istimewa.
Chanoka

Setelah selesai membeli oleh-oleh dan icip-icip sampel makanan kami melanjutkan perjalanan menerusi jalan mendaki menuju bukit. Karena di kanan kiri jalan penuh toko, jadi tanpa terasa sambil melihat-lihat sampai juga kami keatas. Ramainya orang-orang di Kiyomizudera sama seperti di Kinkakuji dan Ginkakuji, bahkan lebih ramai lagi dan sebelum membeli tiket kami menyempatkan mengabadikan situasi diluar Kiyomizudera.  
Situasi diluar Kiyomizudera (Pure Water Temple)

Begitu kita sampai di gerbangnya langsung akan terpesona. Tampak Deva Gate yang menjadi spot pertama yang menarik untuk difoto. Deva Gate ini berukuran besar dan menjulang diatas bukit dengan warna merah mencolok. Pada pintu gerbangnya dijaga oleh dua prajurit kayu yang dinamakan Nio (dua raja) yaitu Misshaku Kongo dan Naraen Kongo. Misshaku Kongo dengan versi penjaga gerbang mulut terbuka dan Naraen Kongo versi penjaga gerbang dengan mulut tertutup yang keduanya menyimbolkan kelahiran dan kematian. Mirip seperti  Todai-ji Nandaimon Gate yang ada di Nara, tetapi kedua Nio penjaga ini tidak terlihat jelas karena pintunya tertutup rapat dan ukurannya juga lebih kecil. 
Deva Gate, Kiyomizudera, Kyoto, Japan

Terus menaiki anak tangga melewati Deva Gate, kita kembali akan terpesona dengan pemandangan yang nampak didepan mata. Benar-benar pemandangan khas Japan. Tepat dibelakang Deva Gate terdapat West Gate yang dipadu dengan Three Storied Pagoda.  
West Gate dan Three Storied PagodaKiyomizudera, Kyoto, Japan

Three Storied PagodaKiyomizudera, Kyoto, Japan

Tepat di depan dari Three Storied Pagoda terdapat Bell Tower. Di area ini terdapat berbagai macam doa dan permohonan yang digantung secara rapi. Semua dalam bahasa Japan. Dari Three Storied Pagoda, kami beralih ke Kiyomizu Main Hall (Hondo) yang merupakan bangunan utama di kompleks Kiyomizudera. Berbeda dengan bangunan yang lain yang digratiskan, untuk masuk ke Kiyomizu Main Hall (Hondo) kita harus mampir dulu ke loket untuk membeli tiket.  
Hanging up their wishes on this board

Setelah membeli tiket, barulah kami menuju ke Kiyomizu Main Hall. Kiyomizu Main Hall buka dari jam 06.00 - 18.00 dengan tiket masuk 300 Yen. Pada special occasion (Maret-April dan November-Desember) Kiyomizu Main Hall ini buka sampai jam 21.30 dengan tiket masuk 400 Yen. Kiyomizudera ini terletak di pegunungan Otowa, Kyoto. Kiyomizudera berarti kuil air murni (Clear Water Temple). Bangunan utama yang disebut Kiyomizu dibangunan di lereng pegunungan, dengan 139 pilar tanpa pasak. Metode pembangunan bangunan kayu tanpa pasak dan paku tersebut dinamakan kake-zukuri, salah satu warisan budaya tradisional Japang di bidang ilmu arsitektur dan bangunan. Bangunan utama tersebut tidak hanya menawarkan pemandangan Kiyomizudera berlatar pegunungan dan tebing, namun juga menawarkan panorama kota Kyoto dilihat dari atas beserta Kyoto Towernya. 
Tiket masuk ke Kiyomizudera (清水寺, Pure Water Temple)

Dari pintu loket untuk menuju ke Kiyomizu Main Hall (Hondo) kita harus melewati koridornya terlebih dahulu. Pertama kali kita masuk ke Kiyomizu Main Hall (Hondo) maka kita akan melihat disisi kanan kita senjata seperti tombak dan alat pelindung bahkan ada juga sandal terompa yang semua terbuat dari besi padat dan sangat berat untuk diangkat. Dan pengunjung yang datang pasti singgah sejenak untuk mencoba mengangkat senjata tersebut. 
Aksi bocah cilik mencoba mengangkat senjata dan terompa serba besi 

Bangunan utama Kiyomizu (Kiyomizu Main Hall) sangat waaaah, karena letaknya sangat strategis di lereng gunung Otowa, menjadikan pemandangan ke arah kota Kyoto dilihat dari tempat ini menjadi begitu mengagumkan. Kiyomizudera termasuk salah satu bagian dari 17 UNESCSO World Heritage. Kiyomizu Main Hall (Hondo) nya menjadi UNESCSO World Heritage sejak tahun 1994. Kiyomizudera sangat terkenal dengan panggung kayunya yang menjorok keluar dari Main Hall (Kiyomizu Stage)Dari Kiyomizu Stage kita bisa melihat Koyasu Pagoda, melihat lautan pohon serta pemandangan kota Kyoto dikejauhan. 
Koyasu Pagoda viewed from the Main Hall of Kiyomizudera (Kiyomizu Stage)

Berani mengambil resiko, “to jump off the stage at Kiyomizu” begitu selogan yang sering dibilang untuk Kiyomizu Stage. Melompat dari panggung kayu setinggi 13 meter ini memang menjadi kebiasaan para peziarah pada jaman Edo yang percaya bila seseorang selamat terjun dari sini maka satu keinginannya akan terwujud. Waaaaw amazing. tercatat 234 orang pernah meloncat dan 85% diantaranya selamat. Tentu saja tradisi ini sekarang sudah dilarang untuk dipraktekkan. Hebatnya Main Hall dan Kiyomizu Stage ini dibangun tanpa menggunakan paku jadi bisa dibayangkan kehebatan konstruksi bangunannya.
Koyasu Pagoda viewed from the Main Hall of Kiyomizudera (Kiyomizu Stage)

Setelah kami keluar meninggalkan Main Hall dan mengikuti rute maka kita akan menemukan Gautama Buddha Hall, Amitabha Hall dan Okuno-in Hall yang merupakan versi mini dari panggung Kiyomizudera. Kami berjalan terus sampai Koyasu Pagoda untuk menikmati indahnya Main Hall Kiyomizudera dari arah yang berbeda. Kita akan menemukan dikanan kiri berupa hutan pegunungan. 
Kiyomizu Main Hall tampak dari kejauhan
Kiyomizu Main Hall tampak dari kejauhan

Turun dari Koyasu Pagoda, kami mampir ke kolam Otowa Waterfall yang terletak di dasar Main Hall. Nama Kiyomizudera sebenarnya diambil dari sumber air ini karena Kiyomizu sendiri berarti air yang murni. Air ini memiliki nilai magis dan mistik bagi orang Japang, oleh karenanya banyak yang mengantri untuk dapat minum air tersebut. Air Otowa disalurkan melalui 3 pancuran yang masing-masing dipercaya dapat memberikan kesehatan, umur panjang dan kesuksesan di sekolah. Ada dua aturan untuk minum air ini, yang pertama harus minum dari cangkir metal bergagang panjang yang telah disediakan. Air yang ditampung dalam cangkir metal ini dipercaya memberikan efek terapi tersendiri. Cangkirnya sangat bersih karena telah disterilisasi. Aturan yang kedua, tidak boleh minum dari ketiga pancuran, harus pilih salah satu karena minum dari ketiganya melambangkan ketamakan yang justru membuat tidak terkabulnya permintaan. Benar-benar magis dan mistik, tapi tentu tidak bagi kami.
Jishu Shrine, Kiyomizudera, Kyoto, Japan

Dari Otowa Waterfall, kami melanjutkan perjalanan ke Jishu Shrine, kuil Shinto yang dibangun bagi dewa cinta dan perjodohan. Tidak heran yang berkunjung kesini rata-rata anak muda semua. Didalam kuil ini terdapat 2 batu cinta yang diletakkan berjauhan kurang lebih 18 meter. Rules of the gamenya, pengunjung dapat mencoba berjalan melewati kedua batu tersebut dengan mata tertutup. Konon kabarnya menurut penduduk setempat, dengan menutup mata dan berjalan dari satu batu menuju batu lainnya, maka jika kita dapat sampai tepat di depan batu tersebut tanpa berbelok-belok kearah lain, maka dipercaya kita akan enteng jodoh dan mendapatkan keberuntungan dalam percintaan….cie cie cie. Menarik juga melihat orang-orang mencoba keberuntungan cintanya dengan berjalan melewati batu tersebut. Ada yang bisa berjalan lurus tapi ada juga yang berbelok-belok sehingga hampir menabrak toko penjual jimat yang ada disebelahnya. Yaaaaa, jadi tergantung nasib dan takdir aja kalau bisa jalan lurus dan menemukan love dan matchmaking disini.
Melihat aksi kaula muda menjajal keberuntungan cintanya
Map Kiyomizudera



Puas menjelajahi Kiyomizudera, kami pun keluar dari kompleks Kiyomizudera dan melanjutkan perjalanan untuk menuju pulang ke pemberhentian bus Kiyomizumichi. Sebelumnya kami singgah melewati dua jalan cantik yaitu Sannenzaka dan Ninnenzaka. Jalan menuju Sannenzaka dan Ninnenzaka ini mudah ditemukan walaupun tidak ada penunjuk jalan yang mengarah ke tempat tersebut. Dalam perjalanan menuruni bukit menuju arah pemberhentian bus Kiyomizumichi akan ada tiga persimpangan. Yang disebelah kiri mengarah ke pemberhentian bus Gojozaka, yang tengah kembali ke pemberhentian bus Kiyomizumichi dan yang sebelah kanan inilah yang akan mengarah ke Sannenzaka.
Arah ke Sannenzaka dan Ninnenzaka

Jalan tua sepanjang kurang lebih 1 km yang terdiri dari Sannenzaka, Ninnenzaka dan Preserved Historic Site ini sudah menjadi daerah perdagangan sejak jaman dahulu kala dan berfungsi untuk melayani para peziarah yang banyak berkunjung ke Kiyomizudera. Dalam perjalanan ini kami sempat singgah ke sebuah restoran untuk sekedar beristirahat sambil menikmati snack yang berbahan dasar cuttlefish (cumi-cumi/sotong) dan octopus (gurita). Rasa jangan ditanya, sudah pasti makyos. Semua makanan seafood di Japan kami akui sangat-sangat enaaaak tenan. Di area Sannenzaka, Ninnenzaka dan Preserved Historic Site dipenuhi dengan bangunan-bangunan kayu yang sudah berusia ratusan tahun bahkan ada yang lebih dari 1200 tahun. Berjalan ditempat ini tampak seperti pada setting film Oshin dikehidupan Japang masa lalu. Jalannya sangat bersih, diblok dengan batu dan para pedagang menyiraminya dengan air untuk menghilangkan debu dan mengurangi panas saat musim kemarau. Dan suasana Old Kyoto-nya semakin terasa dengan banyaknya orang berpakaian kimono di jalan tersebut. 
Bersantai menikmati cuttlefish dan octopus

Setelah dari Sannenzaka dan Ninnenzaka kami kembali ke Kiyomizumichi bus stop (Kyoto City Bus) untuk menuju Gion. Saat sampai di Kiyomizumichi waktu sudah menunjukkan jam 17.30 dan perjalanan hari ini sudah cukup panjang sehingga anak-anak juga uda pada capek dan lelah. Jadi kami putuskan untuk membatalkan perjalanan menuju Gion dan kembali pulang menuju ke hotel. Mungkin lain waktu kami bisa berkunjung ke Kyoto lagi dan khusus 1 harian akan mengeksplore Gion. Untuk menuju hotel dari Kiyomizumichi (Kyoto City Bus) naik City Bus no 100 lalu turun di Kyoto Eki Mae (Kyoto City Bus). Dengan Kyoto City Bus One-Day Pass naik bus no 100 ini Gratiiiis juga.  



Sampai di Kyoto Eki Mae kami singgah sebentar membeli bekal makan malam kami biar tidak mondar-mandir lagi keluar dari hotel hanya untuk keluar makan. Selain itu malamnya nanti kami masih punya rencana ingin mencoba pakaian tradisional Japang yaitu Kimono. Sehingga habis makan malan nanti kami bisa langsung mencoba Kimono dan sesudahnya bisa langsung beristirahat.
Rute Bus 100 dari Kiyomizumichi ke Kyoto Eki Mae 


Berdandan dengan Kimono
Sampai di hotel kami pada jam 18.30, segera kami berberes dan beristirahat sejenak. Selesai makan malam lalu kami mencoba Kimono. Kimono adalah pakaian tradisional Japang untuk pria dan wanita yang sudah ada sejak jaman dahulu kala. Kimono berasal dari kata Ki yang berarti mengenakan dan Mono yang berarti pakaian. Jadi arti kimono adalah mengenakan pakaian. Gampang khan? Wanita mengenakan kimono berbentuk baju terusan, sementara pria mengenakan kimono berbentuk setelan baju dan Hakama (celana pria yang dibuat dari bahan berwarna gelap). Kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di bagian perut/pinggang, dan diikat di bagian punggung. Alas kaki sewaktu mengenakan kimono adalah Geta (sandal berhak dari kayu)  atau  Zōri (sandal yang dibuat dari kain atau anyaman). Berdasarkan jenis kimono yang dipakai, kimono bisa menunjukkan umur pemakai, status perkawinan dan tingkat formalitas dari acara yang dihadiri. Akhirnya hari ini kami semua berhasil menjadi Japang hanya dalam 30 menit berkat berdandan dengan Kimono. Selesai bermandikan keringat untuk mencoba Kimono ini, karena cara memakainya ternyata tidak gampang, banyak bagian-bagian yang harus diikat dibagian dalam baju. Sekarang saatnya kami balik ke hotel untuk beristirahat. Good night......
Berpose ala-ala Japan dengan Kimono


8 komentar:

  1. mas itu adegan pake kimono sewa dimana?

    BalasHapus
  2. Tq uda singgah...Kimono yang sempat kami gunakan adalah di pinjamkan secara gratis dari hotel tempat kami menginap di Kyoto.Beberapa hotel di Japan memang kerap menyediakan peminjaman Kimono secara gratis, baik itu untuk di pakai berfoto maupun untuk di pakai sebagai pakaian sehari-hari untuk berjalan-jalan.

    BalasHapus
  3. pagi mas, mau tanya, cara liat rute bus itu gimana?
    thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tq uda singgah... Cara lihat rute busnya, Dedi tinggal masuk ke http://www.arukumachikyoto.jp/citybus.php?lang=en. Disitu kita tinggal masukkan departure dan arrival serta tanggal dan jam rencana kita akan berpergian. Kemudian akan muncul beberapa pilihan rute bus, usahakan pilih bus yang tanpa transfer atau berpindah-pindah. Saran saya kalau berencana untuk menggunakan bus lebih dari tiga kali pada hari yang sama, gunakanlah Kyoto City Bus One-Day Pass, karena lebih menguntungkan. Jangan lupa pelajari juga Kyoto City Bus Map sebelum berangkat. Jadi pada saat mendapatkan Map nya secara gratis di konter penjualan tiket kita sudah terbiasa untuk membacanya. Semoga bisa membantu.

      Hapus
  4. terimakasih mas, respon nya cepet banget, dan sangat membantu.
    kalau osaka dan tokyo caranya gimana mas?


    BalasHapus
  5. Khe ... Khe ... Khe ... Bisa aja Dedi. Oh ya buat di Tokyo en Osaka saya tidak pernah menggunakan bus untuk wisata dalam kota. Di kedua kota tersebut saya selalu menggunakan subway. Dengan pertimbangan kalau di kedua kota metropolis itu saya takut salah stop di heltenya, karena terlalu banyak tempat pemberhentian bus. Kalau dengan subway di kedua kota tersebut tempat wisatanya langsung terconnecting dengan stasiun subwaynya. Jadi kemungkinan besar untuk nyasar sangat kecil. Tetapi Kalau buat di Kyoto dan Nara memakai sarana transportasi bus adalah pilihan yang tepat, karena kedua kota ini tidak sepadat Tokyo dan Osaka. Sarana transportasi yang kami gunakan selama berkunjung ke Japan :
    1. Di Tokyo kami memilih sarana Transportasi, Tokyo Subway 3-Day Ticket, tiket ini Valid on all Tokyo Metro lines dan all Toei Subway lines.
    2. Di Kyoto kami memilih sarana Transportasi, Kyoto City Bus, Kyoto Bus One-Day Pass, tiket ini bisa dipakai untuk naik semua bus.
    3. Di Nara kami memilih sarana Transportasi, Nara Bus Pass, 1- Day Pass, merupakan tiket bus yang bisa dipakai untuk naik semua bus.
    4. Di Osaka kami memilih sarana Transportasi, One-Day Pass, Enjoy Eco Card on weekends, tiket ini bisa untuk All subway, New Tram dan city buses..... Semoga beberapa pilihan tersebut dapat membantu dan menjelaskan beberapa tiket transportasi yang dapat digunakan. Selamat berlibur....

    BalasHapus
  6. assalamualaikum mas aidil..menarik skali blog nya....salam kenal sy winda..sy mau tny apakah one day city buss pass mengcover arashiyama n fushimi inari? kalo sy cm pny wkt 1 hr di kyoto, tujuan wisata ke fushimi inari, arashiyama bamboo groves, naik sagano romantic train n kiyomizudera, lbh baik sy pake kreta JR saja atau beli icoca atau beli one day city buss pass spt mas aidil??
    Mas slama di kyoto nginep di hotel mana?
    mhn info jg makanan halal n tempat sholat disana susah ga...terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumsalam Winda... Tq uda singgah... Kalau tujuannya ketempat-tempat tersebut, saya lebih menyarankan memakai City Bus One-Day Pass. Alasan pertama karena City Bus One-Day Pass sudah mengcover semua tempat tersebut. Sesuai dengan mottonya City Bus One-Day Pass to See All of Kyoto. Dengan City Bus One-Day Pass kita bisa mengeksplore 5 wilayah sekaligus, yaitu Kinkakuji/Kitano area, Ginkakuji/Okazaki area, Kiyomizu Temple/Gion area, Kawaramachi/Karasuma area dan Arashiyama area. Alasan kedua karena dengan City Bus One-Day Pass kita akan sangat mudah dan dekat untuk mencapai gerbang masuk ke tempat-tempat wisata tersebut di bandingkan bila kita naik kereta JR, terkecuali ke Fushimi Inari Shrine saya sangat menyarankan lebih baik naik Kereta JR. Mengunjungi Fushimi Inari Shrine lebih baik dengan menggunakan kereta JR Nara Line dari Kyoto Station. Dari Kyoto Station naik JR Nara line local, lalu turun di Inari Station Total ¥140. Inari Station ini adalah stasiun kedua dari Kyoto Station. Ingat ya, naik kereta biasa/ lokal, bukan rapid train, karena rapid train tidak singgah di Inari Station. Waktu tempuh dari Kyoto Station ke Inari Station sekitar 5 menit. Fushimi Inari Shrine berada tepat di depan pintu keluar Inari Station. Jadi dengan kereta JR ke Fushimi Inari Shrine selain sangat gampang juga sangat dekat. Untuk info lengkap mengenai Fushimi Inari Shrine dan penginapan dan makanan halal di Kyoto bisa di baca ditulisan saya "Japan Hari Kelima (Friday/Jumat, 22 May 2015) : Kyoto (Fushimi Inari Shrine ) dan Nara". Oh ya... Karena sulit mencari tempat untuk beribadah selama di perjalanan, biasanya untuk sholat selama di Japan kami melakukan Jama Takhir dan Qashar di hotel.

      Hapus