Jumat, 23 September 2016

Haji Full Itinerary (Lanjutan), Catatan Perjalanan Ibadah Haji (26 Dzulqa’dah 1437 H – 21 Dzulhijjah 1437 H / 29 Agustus 2016 M - 23 September 2016 M) : Be The Real Hajj, Starting point nya Haji is "The Power of Niat".



By Aidil espeogeh
Labbaikawloohumma labbaik,
Labbaika laa syariika laka labbaik,
Innalhamda wanni'mata laka wal mulk,
Laa syariika lak.




14 Dzulhijjah 1437 H (Jum'at, 16 September 2016)
(Makkah Al Mukkarammah - Al Madinah Al Munawwarah)
Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah



Karena adanya problem yang disebabkan oleh kelebihan space pada postingan Haji Full Itinerary, Catatan Perjalanan Ibadah Haji (26 Dzulqa’dah 1437 H – 21 Dzulhijjah 1437 H  / 29 Agustus 2016 M - 23 September 2016 M) : Be The Real Hajj, Starting point nya Haji is "The Power of Niat", sehingga saya tidak bisa menyimpan dan mempublikasikan postingan tersebut dalam satu file lembar kerja entri di blog ini. Maka tulisan ini merupakan kelanjutan postingan saya untuk akhir hari ke hari selama Perjalanan Ibadah Haji. 

Jadi space yang berlebihan pada akhir postingan sebelumnya akan saya lanjutkan di entri baru pada blog ini dengan judul Haji Full Itinerary (Lanjutan), Catatan Perjalanan Ibadah Haji (26 Dzulqa’dah 1437 H – 21 Dzulhijjah 1437 H  / 29 Agustus 2016 M - 23 September 2016 M) : Be The Real Hajj, Starting point nya Haji is "The Power of Niat". Selamat melanjutkan membaca ya. 
Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah

Alhamdulilah perjalanan dari Makkah - Madinah melalui jalan raya yang lebar, mulus dan lancar, membelah padang gurun yang sangat luas kami tempuh selama sekitar 6 jam menggunakan bus. Tepat pada jam 16.30 WAS kami sampai di Al-Madinah Al-Munawwarah. Madinah adalah kota Rasulullah, kota mulia, tempat turunnya wahyu dan turunnya Jibril kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Madinah merupakan kota suci kedua bagi umat Islam. Di Madinah inilah terletak Masjid Nabawi yang didirikan pada tahun 622 atau tahun pertama hijriah, setelah Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah. Dulu kota ini bernama Yatsrib. Setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke kota ini, Yatsrib dikenal dengan nama “Madinatur Rasul”. Kemudian, orang menyebut kota ini dengan sebutan “Al-Madinah”.

Kota Madinah ini menjadi tujuan hijrah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di kota inilah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghabiskan sisa usia Beliau dan di kota ini pula Beliau dikuburkan dan dari kota ini, Beliau akan dibangkitkan. 

Kota Madinah yang penuh berkah ini telah dimuliakan oleh Allah Azza wa Jalla dan diberi berbagai keutamaan. Allah Azza wa Jalla menjadikannya sebagai tempat terbaik setelah Makkah. Allah Azza wa Jalla telah menjadikan Kota Madinah sebagai kota yang haram dan aman, sebagaimana Allah Azza wa Jalla menjadikan kota Makkah sebagai kota haram dan aman. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya Nabi Ibrahim menjadikan kota Makkah sebagai kota haram, dan sesungguhnya aku menjadikan Madinah sebagai kota yang haram juga. [HR. Muslim].

Memasuki kota haram dan aman Madinah, rombongan kami langsung dibawa menuju ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. Akhirnya tepat jam 17.00 Waktu Saudi Arabia kami semua tiba di Lobby Hotel Anwar Al Madinah Movenpick yang terletak di Central Area, Madinah, Arab Saudi.
Hotel Anwar Al Madinah Movenpick, Al-Madinah Al-Munawwarah


Tanpa menunggu lama kami segera mendapatkan kunci kamar. Di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick ini kami mengambil paket sekamar berdua. Selama menginap di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick dari 1.207 kamar yang semuanya dilengkapi dengan suasana tenang dan harmonis kami mendapatkan kamar di Haram Tower B lantai 13 kamar 13215.
Kunci Kamar kami di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick 


Meskipun view kamarnya tidak langsung menghadap ke Masjid Nabawi, tetapi begitu masuk ke dalam kamar, maka saya dibuat terpesona. Hotel Anwar Al Madinah Movenpick ini adalah hotel bintang 5 yang menawarkan akomodasi elegan.

Hotel Anwar Al Madinah Movenpick ini benar-benar terletak tepat di jantung kota Al-Madinah Al-Munawwarah. Terletak strategis di area kawasan paling favorit di Madinah yang berjarak kurang dari 3 menit jalan kaki dari Masjid Nabawi. Dari sini, kami dapat menikmati akses mudah ke Masjid Nabawi dan juga ke tempat lainnya yang dapat ditemukan di sebuah kota yang aktif ini, Al-Madinah Al-Munawwarah.

Kamar yang kami tempati di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick berukuran cukup luas dan modern. Setiap kamar dilengkapi dengan kulkas, meja kerja, TV satelit, dan kamar mandi dalam. Hotel Anwar Al Madinah Movenpick ini benar-benar menyediakan tempat yang kondusif untuk melepas penat setelah melaksanakan segala aktivitas di Madinah. Hotel Anwar Al Madinah Movenpick ini memiliki 4 restoran. Akses WiFi tersedia gratis di semua kamar. Fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan oleh Hotel Anwar Al Madinah Movenpick  ini menjaminkan pengalaman menginap yang bakal menyenangkan buat kami.
Tempat menginap kami di Haram Tower B lantai 13 kamar 13215, Hotel Anwar Al Madinah Movenpick


Begitu masuk ke dalam kamar sambil menunggu masuknya waktu shalat maghrib, sekarang saatnya kami berberes. Meskipun dengan speaker suara Azan langsung bisa kami dengar dari Masjid Nabawi ke dalam kamar, tetap ada jadwal shalat dan jadwal ziarah ke Raudah buat wanita yang telah ditempel didalam tiap-tiap kamar untuk memudahkan para jamaah. Kami berencana akan menuju ke Masjid Nabawi beberapa saat sebelum masuknya waktu shalat maghrib dan kami berencana akan melaksanakan shalat maghrib dan lanjut shalat isya berjamaah di Masjid Nabawi tanpa pulang ke hotel.
Jadwal shalat dan jadwal ziarah ke raudah bagi wanita selama berada di Al-Madinah Al-Munawwarah


Tepat jam 18.00 WAS kami keluar dari kamar untuk menuju ke Masjid Nabawi. Hotel Anwar Al Madinah Movenpick ini memang terletak sangat dekat sekali dengan Masjid Nabawi. Dari Hotel Anwar Al Madinah Movenpick ini kami dapat menikmati akses mudah ke Masjid Nabawi, kami cukup jalan kaki untuk sampai ke Masjid Nabawi.
Hotel Anwar Al Madinah Movenpick, Al-Madinah Al-Munawwarah


Dari Hotel Anwar Al Madinah Movenpick kalau mau ke Masjid Nabawi dari kamar kami di Haram Tower B, kami  tinggal turun lift ke lantai 0 lalu belok ke kanan menuju Gate 6 hotel maka kita sudah akan berada di Gate 15 H dari Masjid Nabawi.
Lokasi Hotel Anwar Al Madinah Movenpick, Al-Madinah Al-Munawwarah


Tiba di Masjid Nabawi, Madinah menjelang shalat maghrib, tampak Kota Nabi dan Masjid Nabawi ini masih relatif lenggang dari jamaah haji yang datang dari Makkah. Meski demikian, sejatinya pergerakan jamaah haji dari Makkah menuju Madinah sudah mulai terlihat meski belum masif. Selama berada di Madinah ini kami akan memperbanyak ibadah dan ziarah di Masjid Nabawi.
Masjid Nabawi masih lenggang, Al-Madinah Al-Munawwarah



“We are glad that you came, and your comfort is our aim”. Begitulah jargon buat Masjid Nabawi, Masjid bersejarah di Madinah ini. Masjid Nabawi, adalah salah satu masjid terpenting yang terdapat di Kota Madinah, Arab Saudi karena dibangun oleh Nabi Muhammad dan menjadi tempat makam Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Masjid ini merupakan salah satu masjid yang utama bagi umat Muslim setelah Masjidil Haram di Makkah dan Masjidil Aqsa di Yerusalem. Masjid ini juga merupakan Masjid terbesar ke-2 di dunia, setelah Masjidil Haram di Makkah.

Rasulullah mengatakan, shalat di Masjidil Haram pahalanya 100 ribu kali lipat dibandingkan shalat di tempat lain. Sedangkan shalat di Masjid Nabawi lebih utama 1.000 kali dibanding shalat di tempat lain.

Setelah melaksanakan ritual haji di Makkah, Arafah, Muzdalifah dan Mina, mumpung ada di Madinah, kami berusaha sedapat mungkin bisa shalat lima waktu di masjid yang pertama dibangun Nabi ini. Bahkan jamaah haji Indonesia punya kebiasaan melaksanakan arbain di Masjid Nabawi. Kendati tidak ada hubungannya dengan ibadah haji, banyak jamaah yang memaksakan diri untuk melaksanakan arbain. 

Masjid yang mampu menampung sampai satu juta jamaah ini akan sangat padat pada musim haji. Jamaah sering harus antre masuk dan keluar masjid. Jika tidak kebagian tempat di lantai dasar, jamaah bisa shalat di lantai dua. Namun sedapat mungkin hindarkan shalat di pelataran masjid pada siang dan malam hari. Karena saat siang panasnya akan sangat ekstrim dan saat malam angin akan bertiup kencang. Untuk itu jamaah harus datang paling tidak setengah jam sebelum waktu shalat agar kebagian tempat. 

Bagi jamaah yang belum pernah umroh atau haji tentu tidak tahu seluk beluk Masjid Nabawi. Masjid Nabawi itu sangat besar dan sangat luas, pintunya banyak sekali, jika belum hafal maka kita bisa tersesat. Satu hal lagi yang perlu di ingat saat melaksanakan shalat di Masjid Nabawi adalah pria dan wanita di Masjid Nabawi pintu masuknya terpisah satu sama lainnya. Wanita disediakan tempat khusus untuk shalat. Tetapi tidak demikian halnya dengan di Masjidil Al-Haram, dimana pria dan wanita dapat masuk dari satu pintu yang sama. 

Jadi untuk shalat ini saya akan mengantar istri menuju masuk Masjid Nabawi melalui Osman Ibn Afan Gate Door No. 25 yang merupakan pintu khusus buat wanita. Lalu saat nanti pulangnya kami janjian ketemuan di depan Gate 15 H dari Masjid Nabawi. Kita harus hafal benar pertama kali masuk Masjid Nabawi lewat pintu mana, apa ciri-cirinya, dan keluarnya dari pintu yang sama agar tidak tersesat. 

Selesai melaksanakan shalat maghrib dan lanjut shalat isya berjamaah di Masjid Nabawi saya bergegas menuju ke gerbang Gate 15 H dari Masjid Nabawi untuk menjemput istri. Alhamdulilah, tanpa menunggu lama kami berhasil ketemuan. Saat itu waktu masih menunjukkan jam 20.30 WAS dan saya putuskan untuk melakukan Ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW, Khalifah Abu Bakar R.A dan Khalifah Umar bin Khoththob R.A.
Selesai melaksanakan shalat maghrib dan shalat isya di Quba Gate Door No. 5 B, Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Karena letak gerbang Gate 15 H dari Masjid Nabawi yang berada tepat di depan Hotel Anwar Al Madinah Movenpick ini ada disisi utara, maka untuk Ziarah ke makam Nabi dan sahabatnya yang berada di sisi selatan kami hanya tinggal berjalan lurus saja. Kami akan melalui beberapa pintu utama Masjid Nabawi, salah satunya yang terbesar adalah Quba Gate Door No. 5. Sedangkan untuk memulai Ziarah seputaran dalam Masjid Nabawi ini, saya akan masuk melalui Al Salam Gate Door No. 1 (dari sisi barat), kemudian nantinya saya akan keluar melalui Al Baqee Gate Door No. 41 (di sisi timur). Untuk Ziarah ke makam Nabi dan sahabatnya wanita tidak dibolehkan masuk, maka istri saya akan menunggu saya di Al Salam Gate Door No. 1.
Rute jalan kaki menuju makam Nabi dan sahabatnya, Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Ada yang spesial saat jamaah haji berkunjung ke Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi ini. Masjid Nabawi dianggap sebagai masjid yang sangat bernilai bagi umat Muslim, karena Masjid ini menyimpan makam Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya serta taman surga bernama Raudhah. Masjid besar bersejarah yang tidak pernah sepi dari lantunan ayat suci Al Quran dan kekhusyuan umat Muslim beribadah.

Sama seperti Makkah, Madinah juga punya banyak tempat bersejarah yang menyimpan kisah Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah Masjid Nabawi yang lokasinya berada di tengah Kota Madinah. Di sinilah tempatnya jamaah haji mengobati rindu dengan Nabi Muhammad SAW, sebab Masjid Nabawi dulunya adalah rumah Nabi Muhammad.
  
Keistimewaan Masjid Nabawi adalah adanya makam Nabi Muhammad SAW yang berada di sisi selatan masjid. Makam Nabi tidaklah sama dengan makam-makam lainnya yang ada di dunia. Makam Nabi Muhammad bisa didatangi setiap harinya selama 24 jam.

Dahulu Nabi Muhammad setelah wafat dimaqamkan di dalam rumahnya sendiri. Tetapi karena perluasan masjid Nabawi menyebabkan maqam Nabi berada di dalam masjid. Di dalam maqam itu tidak hanya dikuburkan Nabi Muhammad SAW, tetapi juga dua orang sahabatnya yaitu Abu Bakar R.A dan Umar bin Khoththob R.A. Tampak barisan jamaah yang selesai sholat berebut keluar untuk melewati maqam Nabi untuk berziarah. Para askar berdiri menjaga maqam Nabi, karena perilaku jamaah seringkali menjurus bid’ah. Ada yang berusaha mengusap-usap pintu besi, menciumnya, mengusapkan kain ke pintu itu, dan lain-lain. Para askar dan pengurus Masjid Nabawi mencegah para jamaah melakukan hal demikian.  

Selesai Ziarah ke maqam Nabi dan sahabatnya di dalam Masjid Nabawi, saya berjalan menuju pintu keluar ke arah Al Baqee Gate Door No. 41. Selanjutnya saya putar balik menuju ke Al Salam Gate Door No. 1 untuk menjemput istri.
Ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW, Khalifah Abu Bakar R.A dan Khalifah Umar bin Khoththob R.A, Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Sekarang saatnya saya dan istri akan melanjutkan perjalanan di seputaran luar Masjid Nabawi. Masjid Nabawi ini mempunyai arsitektur yang sangat indah. Sangat elok jika dipandang dari dekat maupun dari kejauhan. 

Masjid Nabawi dibangun langsung oleh Nabi Muhammad SAW dan menjadi masjid yang paling berharga bagi umat Muslim, setelah Masjidil Haram. Tampak luar, masjid ini terlihat berwarna putih bersih dan besar dengan kubah berwarna hijau.

Saat zaman Nabi Muhammad, Masjid Nabawi hanya berukuran 50 x 50 meter persegi. Namun, kini Masjid Nabawi mampu menampung hingga 1 juta jamaah. Saat ibadah haji atau umrah, Masjid Nabawi ini bakal dipadati oleh jamaah.

Semua lantai dipelataran luar dan dalam Masjid Nabawi ini menggunakan marmer. Marmer yang digunakan untuk lantai pelataran masjid adalah yang terbaik dan terindah di dunia. Bahkan, pernah mendapatkan penghargaan arsitektural dari Italia. Cukup licin dan mengkilap. Masjid Nabawi ini juga dilengkapi dengan payung raksasa yang bisa mengembang dan menguncup menjadi berbentuk menara. Sungguh pemandangan yang indah.
Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah



Saat ini waktu sudah menunjukkan jam 21.00 WAS dan kami berjalan kembali menuju Hotel Anwar Al Madinah Movenpick dan kami berencana akan makan malam. Kami segera menuju ke lantai 1 Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. Terdapat 4 restoran di lantai 1 ini yaitu, Al Salam Restaurant, The Lounge, Al Modeef dan Cofeebreak. Makan malam kali ini kami menuju ke Al Salam Restaurant.

Tidak seperti saat kami di Al Qandeel Restaurant, Hotel Hilton Suites Makkah yang menawarkan pengalaman makan menghadap Masjidil Al-Haram dari semua sisi restorannya, maka makan di Al Salam Restaurant, Hotel Anwar Al Madinah Movenpick ini hanya berupa ruang makan standar bintang lima yang tidak menghadap ke Masjid Nabawi. Al Salam Restaurant ini menyajikan menu makanan Halal Prasmanan masakan International yang dibuka untuk sarapan, makan siang dan makan malam setiap harinya.
Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick


Setelah selesai makan malam, pada jam 21.45 WAS kami memutuskan untuk jalan keluar disekitaran Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. Hotel Anwar Al Madinah Movenpick terletak di lokasi prima di jantung kawasan perbelanjaan Madinah. Hotel Anwar Al Madinah Movenpick ini terhubung ke sebuah pusat perbelanjaan. Jadi begitu kita keluar dari Al Salam Restaurant di lantai 1 ini, maka kita akan terkoneksi langsung ke pusat perbelanjaan. Disini kami menyempatkan untuk berbelanja kenang-kenangan khusus buat ketiga buah hati kami yang sudah lama kami tinggal di Tanah Air. 

Kami langsung menuju ke salah satu toko yang khusus menjajakan mainan anak. Sampai di dalam toko, rasanya ingin semua barang yang tersedia di toko ini kami beli. Tetapi mengingat kapasitas koper kami, maka kami pun tidak mau berlebihan. Kami hanya membeli beberapa mainan saja. Menurut saya yang pasti saat berbelanja ini, kami tidak hanya mengedepankan brand saja, tetapi kami sesuaikan juga dengan selera dan keinginan anak-anak. Karena sebelumnya dan tidak ada salahnya juga sebelumnya kami sudah mencari informasi dan menanyakan kepada anak-anak mainan apa yang ingin di bawakan. Sehingga nantinya produk yang akan dibeli ini benar-benar di sukai dan di senangi sama anak-anak kami. 
Hasil borong di pusat perbelanjaan Hotel Anwar Al Madinah Movenpick


Malam ini kami juga sempat singgah ke salah satu toko emas, yaitu Abdullatif For Gold & Jewelry, yang terletak tepat didepan Gate 15 di lantai dasar Hotel Anwar Al Madinah Movenpick, Al Madinah Al Munawwarah. 

Sama seperti saat belanja emas yang sudah saya sharing pada tanggal 14 September 2016 saat di Al-Safwah Towers, Makkah Al-Mukkarammah, maka kali ini akan saya sharing tentang membeli emas dan berikut harganya saat belanja emas di Al Madinah Al Munawwarah. Jadi setidaknya nanti sudah ada bekal ketika mau belanja emas dan sudah tahu taksiran harga emas yang mau di beli. 

Maaf sekali lagi, ini bukan mau pamer ya !!!. Bukan maksud buat pamer hasil belanja kami sewaktu di Makkah Al-Mukkarammah maupun saat di Al Madinah Al Munawwarah ya, tetapi ini tujuannya untuk memberi gambaran saja buat yang mau membeli emas di Makkah dan Madinah.

Di luar Masjid Nabawi tempat suci bagi umat Islam ini tampak puluhan toko emas berjajar yang menjual emas dengan beraneka model yang menarik. Bagi banyak Muslim, ibadah haji mewakili keinginan seumur hidup dan banyak diantaranya yang ingin memperingati perjalanan tersebut dengan membeli hadiah atau oleh-oleh yang memiliki arti religius khusus, salah satunya dengan memilih komoditas yang mengkilap, yaitu emas. 

Emas ternyata merupakan komoditas yang populer di kalangan jamaah haji. Emas memang jadi incaran kaum hawa saat melaksanakan ibadah haji dan umrah. Sebab mereka berusaha menyempatkan diri untuk memburu emas untuk menambah koleksinya.

Saat ini istri saya sempat berbelanja emas yang merupakan komoditas populer di kalangan jamaah haji, dan kami membelinya untuk oleh-oleh dan investasi. Emas Arab memang memiliki kualitas lebih baik, desainnya cantik dan lebih detil, sehingga semuanya indah. Dengan demikian Makkah dan Madinah menjadi sebuah pasar besar tahunan untuk logam mulia tersebut.

Saat ini istri saya membeli 1 buah cincin emas dengan kadar 21 karat, dengan harga per gramnya adalah SR 180 (Saudi Arabia Riyal). Nilai tukar pada saat kami berangkat ini 1 SAR = Rp. 3.620. Bayarnya bisa tunai maupun pakai kartu kredit. Total satu cincin dengan berat 5,2 gram ini adalah SR 936. 

Hebatnya hampir semua para pedagang Arab bisa fasih berbahasa Indonesia dan pintar menulis dalam aksara nusantara Indonesia. Harga perhiasan ini bukan berdasarkan beratnya saja, melainkan juga berdasarkan nilai keindahan desainnya. Semakin bagus desainnya, semakin mahal harganya, meskipun beratnya tidak terlalu besar.  
1 buah cincin emas Arab


Selesai sedikit berbelanja, akhirnya kami putuskan kembali ke kamar untuk beristirahat. Saat ini waktu sudah menunjukkan jam 23.20 Waktu Arab Saudi, tampak di tembok Hotel Anwar Al Madinah Movenpick suhu dini hari nanti diperkirakan  38° C dan saat siang hari besok di perkirakan 43 ° C. Dengan suhu seperti ini, maka suhu di Arab Saudi ini adalah sangat tinggi untuk ukuran orang Indonesia. 

Kami selalu berusaha untuk tetap menjaga kesehatan, agar kondisi fisik tetap fit sehingga kami tetap bisa beribadah dengan baik. Sekarang saatnya kami istirahat sebentar, merebahkan badan dan meluruskan kaki di dalam kamar hotel yang modern dan nyaman ini.


15 Dzulhijjah 1437 H (Sabtu, 17 September 2016)
(Al Madinah Al Munawwarah)
Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Hari sabtu pagi dini hari ini saya dan istri sudah mulai bersiap untuk menuju ke Masjid Nabawi. Haripun masih gelap, sebelum adzan subuh pada jam 04.00 WAS saya dan istri sudah bangun untuk bersiap-siap menuju Masjid Nabawi. Saat kami keluar dari Hotel Anwar Al Madinah Movenpick, waktu masih menunjukkan jam 04.30 WAS. Tetapi sudah tampak beberapa petugas kebersihan yang sibuk dengan pekerjaan mereka menyapu setiap sudut kota Madinah. Saat ini Masjid Nabawi sendiri masih relatif lenggang dari jamaah haji yang datang dari Makkah. Tepat jam 04.51 WAS adzan subuh berkumandang. 

Setelah selesai shalat subuh berjamaah, maka pada jam 05.30 WAS kami pun bergegas kembali ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk memulai sarapan pagi. Saat perjalanan pulang ini kami melihat para pekerja semakin banyak yang keluar untuk memulai aktifitas mereka, kebanyakan mereka adalah para pekerja bangunan dan cleaning service. 

Sesampainya di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick kami segera menuju ke Al Salam Restaurant yang berada di lantai 1. Seperti biasanya menu yang disajikan adalah makanan Prasmanan masakan International. Setelah sarapan ini nanti kami semua akan dijadwalkan untuk Ziarah ke Maqam Baqee lalu dilanjutkan ke taman surga Raudhah, dan terakhir Ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW, Khalifah Abu Bakar R.A dan Khalifah Umar bin Khoththob R.A. 
Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick


Selesai sarapan dan berberes, tepat pada jam 07.30 WAS kami semua sudah berkumpul di lantai M, Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. Tampak semua jamaah haji penuh semangat pada pagi ini. Lelah itu bukan kami dan pagi ini kami siap untuk memulai kegiatan. Pagi ini kami direncanakan bersama rombongan akan melakukan ziarah sekaligus wisata di seputaran Masjid Nabawi. Rencananya kami akan berziarah di seputaran luar dan dalam Masjid Nabawi.

Tepat pada jam 08.00 WAS kami semua bergerak meninggalkan Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk menuju ke Masjid Nabawi. Saat tiba di pelataran luar Masjid Nabawi kami langsung berbagi. Yang wanita akan langsung menuju ke Raudhah dan masuknya melalui Osman Ibn Afan Gate Door No. 23 dan 25. Sedangkan yang laki-laki akan di bawa menuju ke Maqam Baqee terlebih dahulu.      
Rombongan laki-laki di Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah

Rombongan wanita di Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Saat di Madinah, baik dalam rangkaian umroh atau haji, berziarah ke Maqam Baqe menjadi satu hal yang menarik dan penting. Di sini dikuburkan hampir 10.000 sahabat Nabi Muhammad SAW. Sebelum masuk ke Maqam Baqee kami semua mendapatkan penjelasan sekilas mengenai Baqi Al Gharqad atau Maqam Baqe. Maqam Baqee di Madinah ini sangat termasyhur untuk dikunjungi oleh para jamaah yang pergi ke Tanah Suci, baik untuk ibadah umroh maupun musim haji seperti sekarang ini. 
Saat mendapatkan penjelasan sebelum menuju ke Maqam Baqee, Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Saat mendapatkan penjelasan sebelum menuju ke Maqam Baqee, Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Maqam Baqe merupakan komplek perkuburan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Letaknya hanya 30 meter di sebelah timur Masjid Nabawi. Pada waktu zaman nabi, Baqe berada di luar wilayah Madinah. Sekarang, dengan perkembangan Kota Madinah yang sangat pesat, pekuburan ini seakan sudah menyatu dengan Masjid Nabawi sendiri.

Hari ini kami menyempatkan diri untuk berziarah pada pagi hari. Tepat jam 08.25 WAS kami sudah sampai di area Maqam Baqe. Baqe memang hanya dibuka di dua waktu saja setiap harinya. Baqe biasa dibuka pada waktu setelah subuh hingga pukul 09.00 pagi, dan setelah Ashar hingga menjelang Maghrib. Selain waktu itu, Baqe tertutup buat umum. 

Tetapi ada satu tips buat yang mau masuk ke Maqam Baqe diluar jadwal tersebut, yaitu kita dapat masuk setiap saat ke Maqam Baqee setiap ada jenajah yang akan dikebumikan. Berhubung tiap habis sholat ada jenajah yang di kebumikan, maka kita dapat masuk ikut ke Maqam Baqee. Oh ya, Baqe dan komplek kuburan lainnya di Arab ini terlarang buat para wanita. 
Maqam Baqe, Al-Madinah Al-Munawwarah


Maqam Baqe memiliki luas sekitar 138.000 meter persegi. Di sekitarnya, dibangun pagar tembok dengan jeruji besi yang tinggi. Tidak jauh dari gerbang besi, kami melangkahkan kaki ke arah beberapa kuburan disebelah dalam pagar besi. Kami sempatkan berziarah dan berdoa. Tampak orang-orang lain juga sudah berkumpul dan bergerombol di tempat itu. Di kuburan ini, dikuburkan para syuhada, keluarga terdekat Nabi, para istri Nabi dan sahabat Nabi. 

Maqam Baqe ini hanya terdiri dari hamparan tanah merah dan batu tanpa ada penanda nisan siapa yang dikuburkan. Kita dapat melihat hanya sekedar batu penanda maqam dan tanah dengan tumpukan batu-batu kecil yang sedikit ditinggikan. 
Maqam Baqe, Al-Madinah Al-Munawwarah

Maqam Baqe, Al-Madinah Al-Munawwarah


Akhirnya menyusuri gundukan tanah yang hanya bertanda bebatuan itu selesai kami lalui. Sambil mengucap salam, kembali kami mengucap doa agar selalu bisa berziarah ke Baqi Al Gharqad. Semoga satu saat nanti para jamaah umroh dan haji juga berkesempatan berziarah ke pemakaman Baqe ini. 
Maqam Baqe, Al-Madinah Al-Munawwarah


Selesai berziarah dari Maqam Baqe rombongan kami segera menuju ke dalam Masjid Nabawi untuk masuk ke Raudhah. Satu lagi keistimewaan Masjid Nabawi, yaitu di dalam Masjid Nabawi ada sebuah tempat di bagian depan Masjid yang selalu diincar jamaah untuk sholat dan berdoa. Tempat itu dikenal dengan Raudhah. Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad sendirilah menyebut Raudhah sebagai taman-taman surga. 

Saat itu waktu masih menunjukkan jam 08.45 WAS. Segera kami ikut antri untuk masuk ke Raudhah. Pada jalur antri buat laki-laki terdapat 3 tenda pembatas. Tanda pembatas ini setiap 15 menit baru akan di buka dan setelah melalui pembatas yang ke tiga baru kita bisa berada di Raudhah. 

Dibuat aturan antri yang cukup tertib. Terdapat 3 pagar pengaman untuk antrian. 15 menit pertama kita berada pada pagar yang paling luar, lalu 15 menit kedua kita barada pada pagar kedua dan 15 terakhir kita  satu langkah lagi masuk ke dalam Raudhah. Jadi butuh waktu 45 menit untuk melewati 3 pagar pengaman dan hanya di beri waktu 15 menit untuk sholat dan berdoa di dalam Raudhah.
Saat mulai antri di jalur ke tiga untuk menuju ke Raudhah, Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Raudhah ini terletak di bagian shaft shalat laki-laki, oleh karena itu jamaah laki-laki dapat antri di Raudhah selama 24 jam, kapan saja, bahkan saat waktu shalat pun dapat mencari-cari kesempatan untuk mengambil shaft atau barisan di lokasi itu.

Namun bagi jamaah perempuan, Raudhah hanya dibuka dalam tiga kesempatan setiap harinya yaitu seusai shalat Subuh, seusai shalat Zuhur dan seusai shalat Isya.

Bagi perempuan, Raudhah tidak dibuka setiap waktu, hanya pada waktu tertentu saja yaitu setiap hari setelah shalat Subuh pukul 07.00-.11.00, setelah shalat Zuhur 13.00-15.00 kecuali hari Jumat dan setelah shalat Isya 21.00-23.30 malam waktu Saudi Arabia. Jadwal ini khusus untuk musim haji, sedangkan untuk musim umroh jadwal ini akan berbeda. Dan pintu masuknya untuk perempuan melalui Osman Ibn Afan Gate Door No. 23 dan  25. 

Satu lagi yang perlu di ingat adalah pria dan wanita di  Masjid Nabawi pintu masuknya terpisah satu sama lainnya. Ini dikarenakan jalan menuju Raudhah yang dilewati perempuan, adalah bagian shaft pria. Jika tidak dipisahkan, bisa memutuskan shaft. Sedangkan untuk pria, Raudhah dibuka 24 jam. 

Umat Muslim harus rela mengantre untuk dapat giliran masuk ke dalam Raudhah. Bayangkan saja, jutaan umat Muslim mendatangi Raudhah setiap harinya untuk bisa beribadah dan berdoa di sana. Meski begitu, mereka rela mengantre lama-lama agar bisa masuk ke dalam taman surga.
Saat antri di jalur ke dua untuk menuju ke Raudhah, Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Mengingat besarnya minat jamaah untuk mengunjungi Raudhah maka tidak setiap jamaah memiliki kesempatan datang, masuk dan bersujud di sana tanpa persiapan matang. Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk dapat mencapai Raudhah di kala musim haji, saat dimana jutaan jamaah dari berbagai belahan dunia juga mengidamkan hal yang sama.

Panjangnya antrian menuju Raudhah maka di pintu masuk Raudhah akan banyak ditemui spanduk peringatan dalam bahasa Turki, Inggris, Arab, Pakistan dan tentunya Indonesia.

"Jangan memaksakan diri dan menyakiti sesama pada saat memasuki Raudhah dengan saling mendorong dan berdesak-desakan. Tunggulah giliran dengan izin Allah, masih banyak waktu untuk Anda untuk memasuki Raudhah dan shalat di dalamnya". Oleh karena itu tak henti juga terdengar suara askar mengingatkan jamaah untuk bersabar dalam antrian.

Baik bagi jamaah laki-laki ataupun perempuan dibutuhkan antri minimal satu jam untuk mencapai Raudhah. Oleh karena itu, pastikan perut kenyang, membawa air minum dan tidak membawa banyak barang untuk mempermudah pergerakan. Bedanya jamaah laki-laki dapat langsung berdiri di barisan antrian kapan saja sementara jamaah perempuan harus menunggu waktu yang telah ditetapkan.
Saat antri di jalur pertama untuk menuju ke Raudhah, Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Alhamdulilah pada jam 09.30 WAS saya sudah berada di dalam Raudhah. Raudhah adalah tempat yang terletak antara mimbar Nabi dan rumah Nabi (yang sekarang menjadi maqam Nabi). “Antara rumahku dan mimbarku adalah taman (Raudhah) dari taman-taman surga". Raudhah artinya taman. Jangan membayangkan Raudhah sebagai taman yang hijau dan rindang. Tidak ada papan khusus atau petunjuk bertuliskan Raudhah.

Raudhah berukuran hanya 22 meter x 15 meter yang mana area Raudhah ini dicirikan dengan karpet berwarna hijau yang berbeda dengan karpet lain di sekelilingnya yang berwarna merah. Tapi ini Bukan karpet biasa loh... Ini adalah karpet "ASLI" penanda taman surga.

Raudhah sangat sempit sekali dibandingkan dengan ukuran Masjid Nabawi yang sangat luas. Meskipun sempit, tetapi tempat ini selalu dipadati oleh jamaah. Raudhah tidak pernah sepi siang dan malam, selalu penuh. Anda jangan berharap Raudhah pernah kosong. Untuk dapat masuk ke dalam area ini kita harus berjuang dengan ribuan jamaah lain.

Area Raudhah memiliki kemuliaan dan keutamaan. Barangsiapa yang shalat di sana seakan-akan ia telah duduk di taman dari taman-taman surga. Sehingga menjadikan shalat yang dilakukan di sana berpahala banyak. Sebagaimana juga shalat di bagian Masjid Nabawi yang lain dilipat-gandakan pahalanya 1.000 kali dari shalat di masjid lain kecuali Masjidil Haram.
Karpet berwarna hijau di Raudhah, Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah

Karpet berwarna merah di seluruh Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Raudhah adalah area di sekitar mimbar yang biasa digunakan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam untuk berkhutbah. Berdasarkan hadits yang telah disebutkan di atas, raudhah ini termasuk dalam taman-taman surga. Oleh karena itu disunnahkan shalat di raudhah baik shalat fardhu ataupun shalat sunnah. Demikian juga disunnahkan i’tikaf atau duduk untuk berdzikir atau membaca Al Qur’an di sana. Karena beribadah di sana terdapat pelipat-gandaan pahala. Yang dituntut ketika berada di raudhah adalah mengerjakan shalat fardhu ataupun shalat sunnah dengan penuh kekhusyukan dan menghadap ke kiblat bukan ke kuburan Nabi.

Meskipun ramai dan karena tiap antrian jumlah jamaah dibatasi, maka kita dapat shalat dan berdoa dengan nyaman. Memang sedikit bersempit-sempitan dengan jamaah lain, tetapi karena saling bertoleransi, saling memahami kondisi yang sesak, maka tidak ada yang mengeluh, tidak ada yang marah, semua khusyuk dengan sholat dan doa yang dipanjatkan. 

Mengingat kapasitas Raudhah yang tidak luas dan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, maka kapasitas peziarah yang sudah dibatasi setiap waktunya ini juga tidak bisa berlama-lama berada di Raudhah
Saat berada di Raudhah, Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Mengapa Raudhah begitu disesaki jamaah, karena Raudhah adalah tempat yang mustajab untuk memanjatkan doa. Di Raudhah diyakini ketika kita berdoa, maka doa-doa yang dipanjatkan akan dikabulkan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda : Antara rumahku dan mimbarku adalah Raudhah (taman) diantara taman-taman surga dan mimbarku berada pada telagaku (di surga). [HR.bukhari No : 1755]. Artinya, di antara mimbar dan rumah Nabi, Allah SWT menurunkan rahmat, maghfirah, dan ampunan-Nya. Mintalah kepada Allah semua permintaanmu di sini, sebut saja semua keinginan dan harapanmu dan yakinlah bahwa Allah SWT akan mengabulkannya.

Saya berada di Raudhah ini hanya 15 menit saja, yaitu dari jam 09.30-09.45 WAS. Setelah tampak menyelesaikan shalatnya, maka peziarah akan langsung diminta keluar oleh askar. Dan kami di minta segera meninggalkan Raudhah untuk bergantian dengan jamaah lainnya. 
Tiba saatnya meninggalkan Raudhah, Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Setelah selesai sholat dan berdoa di Raudhah, selanjutnya kami keluar dari Raudhah dan tinggal berbelok ke arah kiri (timur) Masjid Nabawi untuk Ziarah ke makam Nabi dan sahabatnya. Makamnya ditutup dan dibatasi oleh pagar yang tinggi serta berhiaskan kaligrafi-kaligrafi. Di Masjid Nabawi, para jamaah haji juga bisa berziarah ke makam khalifah sekaligus sahabat Nabi Muhammad, yaitu Khalifah Abu Bakar R.A dan Khalifah Umar bin Khoththob R.A. 
Ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW, Khalifah Abu Bakar R.A dan Khalifah Umar bin Khoththob R.A, Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Makam Nabi Muhammad ini dijaga oleh beberapa penjaga yang disebut askar. Para askar berdiri dengan gagah di depan makam untuk mencegah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Karena banyak jamaah ketika melewati maqam Nabi untuk berziarah seringkali perilaku jamaah menjurus bid’ah. Ada yang  menangis, ada yang  berusaha mengusap-usap pintu besi, menciumnya, mengusapkan kain ke pintu itu, dan lain-lain sampai ada yang shalat di depan makamnya. Para askar dan pengurus Masjid Nabawi mencegah para jamaah melakukan hal demikian. Sehingga para askar berdiri menjaga maqam Nabi. 

Askar juga akan mengatur para jamaah yang ingin berziarah agar berjalan dengan tertib dan nyaman. Bagi jamaah yang datang ke makam Nabi Muhammad, cukup dengan salam dan berdoa saja. 
Ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW, Khalifah Abu Bakar R.A dan Khalifah Umar bin Khoththob R.A, Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Jam 09.50 WAS kami selesai Ziarah dari maqam Nabi dan sahabatnya di dalam Masjid Nabawi, dan kami semua  berjalan menuju pintu keluar ke arah Al Baqee Gate Door No. 41. Selanjutnya kami semua kembali pulang menuju ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. Saat tiba di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick istri saya sudah menunggu kembali di lobby hotel dan kami segera kembali melanjutkan mengisi pagi ini untuk membeli beberapa oleh-oleh buat kenang-kenangan. Jam 10.00 WAS kami kembali meninggalkan Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. 

Kami langsung menuju ke sebuah toko yang menjual oleh-oleh bergaya khas anak muda. Toko ini terletak di lantai dasar Hotel Anwar Al Madinah Movenpick tepat di Gate 6. Dari Hotel Anwar Al Madinah Movenpick, Haram Tower B, kami  tinggal turun lift ke lantai 0 lalu belok ke kanan, maka toko ini terletak tepat diujung Gate 6 Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. Toko ini menjual oleh-oleh yang berbeda dari biasanya yang tidak ada dijual ditoko manapun juga. Disini kami sempat melihat-lihat dan membeli beberapa magnet kulkas buat kenang-kenangan. 
Hasil borong magnet kulkas di pusat perbelanjaan Hotel Anwar Al Madinah Movenpick


Karena banyaknya muslim dari Indonesia yang mengunjungi Makkah dan Madinah ini benar-benar dimanfaatkan oleh pengusaha-pengusaha di Arab. Seperti di Makkah, maka di Madinah ini juga terdapat beberapa tulisan toko yang mengunakan bahasa Indonesia. Ada hal yang menarik dikota Makkah maupun di Madinah adalah para pelayan-pelayan toko disana sepertinya sudah banyak yang bisa berbahasa Indonesia atau bahasa melayu, setidaknya hanya untuk sapa atau menyebutkan harga-harga dengan bahasa Indonesia, sapaan berupa "silakan tuan, silakan nyonya, boleh tawar"  begitu sudah menjadi hal yang sangat wajar. Tapi memang orang Indonesia terkenal suka belanja ahhhh.... 
Hasil borong magnet kulkas di pusat perbelanjaan Hotel Anwar Al Madinah Movenpick


Selanjutnya kami menuju ke salah satu toko kaos. Iya kami berencana membeli kaos Giordano dengan tulisan khas Kingdom of Saudi Arabia (KSA). Kaos Giordano ini harganya lebih murah bila kita beli 3 buah daripada beli satuan. Bila beli baju kaos Giordano KSA 3 buah, maka satunya di hargai 40 Riyal. Tetapi bila hanya membeli satu saja maka harganya dibandrol seharga 50 Riyal. Kami memutuskan untuk membeli 2 kaos Giordano berwarna hijau dan 1 kaos Giordano berwarna putih.
Hasil borong kaos Giordano


Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 11.45 WAS. Saatnya kami kembali ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick dan bersiap-siap untuk kembali melaksanakan shalat zuhur di Masjid Nabawi. Waktu azan shalat zuhur pun terdengar pada saat jam 12.15 WAS. Selesai melaksanakan shalat zuhur berjamaah di Masjid Nabawi, pada jam 13.00 WAS kamipun kembali pulang ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk makan siang dan istirahat sejenak. 

Setelah selesai makan siang, kami tidak mau hanya menghabiskan waktu berdiam diri dikamar hotel saja. Bagi kami Makkah dan Madinah akan terus menarik, memberi sebuah kerinduan bagi setiap muslim untuk mengunjunginya. Maka pada jam 14.00 WAS kami putuskan keluar dari Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk melakukan ziarah diseputaran luar Masjid Nabawi.      

Saat tiba di halaman luar Masjid Nabawi, tampak jelas halaman Masjid Nabawi ini sangat luas. Pada halaman ini dilengkapi dengan payung-payung raksasa yang dapat membuka dan menutup secara otomatis. Puluhan payung raksasa ini mulai ditempatkan di pelataran Masjid Nabawi pada tahun 2010. Nama proyeknya adalah Medina Haram. Proyek ini melibatkan berbagai pihak termasuk Menteri Perekonomian Arab Saudi, arsitek SL-Rasch, pabrik payung di Jerman yakni Liebherr dan perusahaan Jepang, Taiyo Kogyo. 

Payung di Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah berjumlah 235 unit. Di dalam masjid ada 12 payung di dua tempat berbeda. Di dalam masjid sengaja dipasang payung agar ada sirkulasi udara. Tetapi pada saat musim dingin, payung di Masjid Nabawi ini jarang dibuka bahkan sama sekali tidak dibuka seperti hari-hari biasanya.

Saat ini, saya di Madinah bersama jutaan jamaah haji dengan cuaca sedang panas. Payung di Masjid Nabawi ini akan mulai dibuka pada waktu setelah subuh dan di tutup menjelang azan magrib. Sementara, payung di dalam masjid dibuka mulai pukul 11.00 siang waktu Madinah dan ditutup kembali pukul 06.30 pagi setelah shalat Subuh. 
Payung-payung raksasa di Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah 


Payung di Masjid Nabawi ini memiliki lebar payung 25 meter dan tingginya 20 meter. Payung di Masjid Nabawi dikendalikan secara otomatis, terbuka, dan menutup sesuai waktu yang ditentukan. Misalnya, pada musim panas, maka saat selesai shalat Subuh kita dapat melihat payung mulai terbuka dan ini menjadi pemandangan menarik yang dilihat rata-rata setiap jamaah dari luar Madinah. 

Puluhan payung raksasa ini sangat membantu para jamaah yang kehabisan tempat di dalam Masjid Nabawi. Payung-payung itu berguna untuk melindungi jamaah dari panas terik dan hujan. Jamaah yang berada di lokasi itu shalat dengan atap langit terbuka akan menjadi sejuk karena tidak ada sinar matahari masuk. 

Payung-payung raksasa itu menempel pada tiang-tiang lampu yang pada malam hari bersinar dengan indahnya. Sehingga saat subuh dan maghrib, banyak jamaah yang lebih memilih shalat di pelataran sambil menikmati proses membuka dan menutupnya payung raksasa yang mempesona ini. 
Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Kami terus berjalan di halaman luar Masjid Nabawi. Masjid Nabawi saat ini sangat luas, bangunan masjid saja seluas 82.000 meter persegi sedangkan pelatarannya mencapai 235.000 meter persegi. Seluruh areal masjid (bangunan dan pelataran) dapat menampung hingga satu juta jamaah. 

Padahal dulu ketika dibangun pertama kali oleh Nabi Muhammad, ukurannya hanya 30 meter x 30 meter. Ketika jumlah kaum muslim meningkat, Nabi memperluasnya pada tahun abad 7 Hijriyah menjadi 50 meter x 50 meter. 

Perluasan masjid terus berlanjut pada masa kehalifahan Umar bin Khatab (17 Hijriyah), Usman bin Affan (29-30 H), sampai ke Raja Saudi Abdul Aziz (1372 H), Raja Fahd, dan terakhir pada masa Raja Abdullah. Hingga sekarang ini pun proyek perluasan Masjid Nabawi masih terus dilakukan.
Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Masjid Nabawi ini juga dilengkapi dengan kubah yang dapat membuka dan menutup ruangan dengan sistem terpadu secara otomatis. Kubah dan payung raksasa yang ada di Masjid Nabawi ini merupakan sebuah inovasi zaman modern. Terdapat sebanyak 27 kubah yang menghiasi atap-atap Masjid Nabawi dapat digeser untuk memperlancar sirkulasi udara secara alami ke dalam bangunan masjid.

Sementara itu, saat terik matahari begitu panas, kubah-kubah itu bergeser menutup atap sehingga jamaah yang ada di dalam bangunan terlindungi dari sengatan panas matahari. Membuka dan menutup kubah-kubah ini ternyata dapat juga dilakukan secara manual.

Kubah seberat delapan puluh ton ini memiliki luas alas sepanjang 18 x 18 meter. Terletak 3,55 meter dari permukaan atap atau 16,65 meter di atas permukaan lantai masjid. Garis tengah kubah adalah 7,375 meter, sedangkan tinggi kubah 4 meter. Jika dibuka atau ditutup secara manual maka membutuhkan waktu setengah jam, sedangkan apabila dibuka atau ditutup secara otomatis cukup dengan setengah menit. Bagian luar kubah dilapisi ubin granit. Untuk menambah eksotisme, setiap kubah dilapisi 2,5 kilogram emas kualitas terbaik. Di puncak kubah, terdapat logam perunggu pilihan yang tahan karat. Jika ingin melihat perubahan kubah saat bergeser shalatlah di lantai dua.
Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Di halaman luar Masjid Nabawi ini kami berdua sempat juga mengabadikan keberadaan kami untuk kenangan saat berhaji ini. Entah apa nama yang tepat untuk menggambarkan gaya foto yang lagi marak ini. Berfoto dengan menghadap depan dan satu tangan kebelakang memegang tangan si pemotret. Gaya foto bergandengan ? Gandengan separuh ? Setengah gandengan ala #follow me to ? Atau apalah-apalah namanya, memang jadi pose yang favorit untuk pasangan #kekinian. Pose gaya ‘baru’ biar Media Sosial kamu tetap terlihat kekinian. “Gaya Anak Muda Kekinian yang Bisa Kamu Tiru (…Atau Nggak)”. Hal kekinian yang sedang eksis dikalangan anak muda. Ciiiie ileee… Ternyata Kita pernah juga foto kayak ginian. 

Cuma buat hiburan aja lho, jangan serius-serius banget. Tak ada maksud menyindir atau apapun, hanya sebagai referensi siapa tahu dengan gaya kekinian bisa makin eksis. Jangan *jayus* ya... Ingat… Mau foto kekinian, harus tetap dilakukan hanya dengan pasangan “HALAL” ya…
Gaya Anak Muda Kekinian di Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Sekarang saatnya kami akan melanjutkan perjalanan disiang hari yang lumayan terik ini. Suhu siang hari ini adalah 43 ° C. Kami akan terus berjalan menuju kearah luar area Masjid Nabawi, tepatnya ke sisi barat Masjid Nabawi. Kali ini kami akan melihat beberapa masjid yang bersejarah pada sisi luar Masjid Nabawi. Ziarah seputaran luar sisi barat Masjid Nabawi ini meliputi Masjid Abu Bakar Siddiq R.A dan Masjid Al Ghomama di pintu 6,  lalu Masjid Ali Bin Abi Thalib di pintu 7, serta Masjid Bilal Bin Rabah dan pasar kurma di pintu 5. 
Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Kunjungan pertama kami adalah menuju ke Masjid Abu Bakar Siddiq R.A. Masjid Abu Bakar Siddiq R.A ini terletak di pintu 6 sisi barat dari Masjid Nabawi. Masjid Abu Bakar Siddiq R.A merupakan salah satu dari tiga masjid tua bersejarah di bagian barat Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah. Masjid ini berjejer dengan Masjid Al Ghomama dan Masjid Ali bin Abi Thalib. Hanya terpaut sekitar 50 meter dari Masjid Al Ghomama dan 100 meter dari Masjid Ali bin Abi Thalib. 

Luas Masjid Abu Bakar ini berukuran 19.5 x 15 m. Tentang latar belakang sejarah Masjid Abu Bakar disebutkan bahwa dilokasi masjid ini berdiri dulunya merupakan rumah kediaman Abu Bakar Siddiq. R.A.
Masjid Abu Bakar Siddiq R.A, Al-Madinah Al-Munawwarah


Selanjutnya kami berjalan menuju ke Masjid Al Ghomama. Masjid Al Ghomama ini juga terletak di pintu 6 sisi barat dari Masjid Nabawi. Masjid ini berdekatan dengan Masjid Abu Bakar Siddiq R.A. Bangunan masjid ini dibangun untuk mengenang beberapa peristiwa penting dimasa kehidupan Rasulullah S.A.W. dan peristiwa-peristiwa penting tersebut juga yang hingga kini melekat sebagai nama masjid ini. 

Disebut sebagai Masjid Al Ghomama (Ghomama = awan mendung), di lahan masjid ini berdiri merupakan tempat Rasulullah S.A.W melaksanakan Salatul Istiskah (sholat untuk meminta hujan). Segera setelah pelaksanaan sholat awan mendung pun datang dan hujan pun turun. Itu sebabnya sampai kini masjid ini disebut Masjid Al Ghomama. 

Disebut juga sebagai Masjid Id (Masjid hari raya) karena di lokasi tempat masjid ini berdiri merupakan tempat Nabi Muhammad S.A.W melaksanakan sholat hari raya di empat tahun terahir kehidupan Beliau. 
Masjid Al Ghomama, Al-Madinah Al-Munawwarah


Kunjungan terakhir kami pada siang hari ini adalah menuju ke Masjid Ali Bin Abi Thalib. Masjid Ali Bin Abi Thalib ini terletak di pintu 7 sisi barat dari Masjid Nabawi. Lokasinya berdekatan dengan Masjid Abu Bakar dan Masjid Ghomama. Saat ini, masjid ini dipagar tinggi sehingga tidak bisa dimasuki. 

Riwayat sejarah menyebutkan bahwa masjid ini dibangun di atas rumah Khalifah Ali Bin Abi Thalib. Masjid ini berbentuk persegi panjang. Dari timur ke barat, panjangnya 35 meter dan lebar 9 meter. Memang tidak ada keistimewaan ataupun anjuran untuk sholat di masjid ini bagi para jemaah Haji ataupun Umroh, karena memang pembangunannya ditujukan bagi mengenang Khalifah Ali Bin Abi Thalib, khalifah ke empat atau terahir dari empat Khulafaur Rasyidin.
Masjid Ali Bin Abi Thalib, Al-Madinah Al-Munawwarah


Dari foto dokumentasi diatas dapat dilihat hotel-hotel yang ada di seputaran Masjid Abu Bakar Siddiq R.A, Masjid Al Ghomama dan Masjid Ali Bin Abi Thalib. Kesemua Masjid ini di kelilingi oleh hotel-hotel yang tinggi dan mewah. Dapat dilihat semua hotel dengan warna, bentuk dan tingginya pun hampir sama. Hotel-hotel dan bangunan di seputar Masjid Nabawi sudah banyak yang di gusur dan diruntuhkan. 

Setelah selesai Ziarah di seputaran luar Masjid Nabawi, sekarang saatnya kami kembali menuju ke Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah. Saat ini waktu sudah jam 15.15 WAS, jadi rencana awal kami mau ke pasar kurma yang berada di pintu 5 kami skip dulu. Karena yang namanya belanja pasti tidak sebentar, sedangkan waktu shalat ashar sudah dekat. Tepat jam 15.40 WAS tiba saatnya kami untuk melaksanakan shalat ashar berjamaah. 

Selesai shalat ashar berjamaah di Masjid Nabawi, pada jam 16.30 WAS kami putuskan untuk kembali ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk berberes bersih-bersih. Setelah selesai istirahat sejenak di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick, lalu pada jam 17.30 WAS kami segera kembali lagi ke Masjid Nabawi. Kami sengaja datang lebih cepat dari biasanya karena kami ingin melihat secara langsung proses menutup payung di Masjid Nabawi. Kali ini kami berencana ingin menyaksikan proses menutup payung di sisi utara Masjid Nabawi.  

Pada jam 17.45 WAS puluhan payung raksasa di Masjid Nabawi ini sudah tampak mulai menutup. Tampak tiap payung didesain dengan sangat modern namun tetap menyatu apik dengan arsitektur Masjid Nabawi. Baik proses membuka atau menutupnya puluhan payung raksasa ini hingga sempurna memakan waktu kurang lebih 3 menit. Para jamaah tampak terpesona saat payung raksasa mulai menutup berlatar langit senja.   

Material payung raksasa ini didesain khusus untuk menangkal sinar matahari. Ini untuk menghindari para jamaah dari teriknya matahari Arab Saudi, yang tidak jarang mencapai 45 derajat Celcius. Payung di Masjid Nabawi ini diimpor dari Jerman dan perusahaan Bin Laden Group merupakan pemegang proyek payung raksasa Masjid Nabawi.

Jika diamati, kita akan melihat warna biru di pinggiran payung raksasa tersebut. Itu bukan sembarang pita warna biasa. Fungsi pita warna biru yang terbuat dari material khusus itu dapat menurunkan suhu di bawah payung raksasa secara otomatis hingga 8 derajat Celcius. Makanya, banyak jamaah shalat merasa nyaman berada di bawah payung raksasa ini, meski matahari sedang terik-teriknya. Sehingga tidak heran banyak jamaah yang duduk di bawah payung- payung raksasa ini, berlindung dari teriknya matahari Arab Saudi. 
Proses menutupnya payung-payung raksasa di Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Kain payung raksasa di Masjid Nabawi ini sangat kuat, melebihi kain terpal biasa. Saat-saat tertentu kita bisa mendapatkan pemandangan menarik, yaitu saat pekerja sedang membersihkan payung dengan menyemprotkan air ke atas payung raksasa ini. Uniknya, saat mencuci payung raksasa ini, para pekerja akan berdiri di atas kainnya. Kain ini mampu menahan berat badan dua pekerja yang rutin membersihkan debu dari payung raksasa tersebut. Para pekerja itu berjalan bolak-balik di atas kain payung tanpa khawatir akan terperosok ke bawah. Wah, luar biasa. 

Payung raksasa di Masjid Nabawi ini benar-benar terlihat ketat dan kencang saat ditutup maupun terbuka. Ini menunjukkan kainnya kuat sekali. Fungsi payung di Masjid Nabawi adalah untuk menahan udara panas, sehingga jamaah haji maupun umrah tetap nyaman beribadah tanpa kepanasan. Apalagi, musim haji seperti sekarang cuaca akan semakin panas di Madinah maupun di Makkah, bisa mencapai 45 derajat Celcius bahkan bisa lebih.

Membuka dan menutupnya payung-payung raksasa di Masjid Nabawi ini menjadi tontonan dan pertunjukan yang seru. Tampak jelas payung raksasa ini bisa mengembang dan menguncup secara otomatis menjadi berbentuk menara. Sungguh pemandangan indah saat melihat payung menguncup. Proses membuka dan menutupnya payung-payung raksasa ini sangat lembut dan berlahan. Sampai-sampai dengan kasat mata hampir tidak ada kelihatan gerakan tersebut. 

Oh ya, di Tanah Air payung-payung raksasa Masjid Nabawi ini punya 'kembaran'. Salah satunya yang sudah pernah saya lihat dan kunjungi adalah payung raksasa Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) di Semarang dan  payung raksasa Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh. Masjid- masjid ini juga punya payung raksasa unik yang bisa membuka dan menutup secara otomatis. 
Proses menutupnya payung-payung raksasa di Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Saat sore menjelang malam ini telah tampak penduduk setempat, hingga jamaah haji datang sejak awal untuk bisa shalat maghrib dan isya berjamaah di Masjid Nabawi. Kali ini saya dan istri sengaja mengambil tempat untuk shalat berjamaah di pelataran luar Masjid Nabawi sambil menyaksikan proses menutupnya payung-payung raksasa. 

Pemerintah Arab telah mengantisipasi keramaian jamaah dengan menyediakan dan meningkatkan layanan Masjid Nabawi. Sebuah kehormatan dan kebanggaan jika bisa memberikan layanan terbaik bagi para jamaah haji yang datang. Berbagai upaya dilakukan untuk menyambut jamaah haji oleh penguasa Raja Arab yang datang ke Masjid Nabawi. Tampak jelas pembangunan dan perluasan dari satu penguasa ke penguasa terus berlanjut. Saat sekarang Masjid Nabawi kian modern di tangan Raja Salman. 
Suasana sisi utara Masjid Nabawi ketika malam hari


Tepat pada jam 18.21 WAS azan shalat maghrib berkumandang. Seperti hari-hari sebelumnya, setelah shalat maghrib kami tidak langsung pulang ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. Kami akan menunggu masuknya waktu shalat isya di Masjid Nabawi. Sambil menunggu masuknya waktu shalat isya kami putuskan akan berjalan kaki mengeliling seluruh halaman luar Masjid Nabawi. 

Kami berencana akan berjalan kaki mulai dari sisi utara Masjid Nabawi, lalu ke sisi timur Masjid Nabawi dan kami akan shalat isya pada bagian sisi timur Masjid Nabawi. Kemudian setelah selesai shalat isya kami akan melanjutkan jalan kaki ke sisi selatan Masjid Nabawi, lalu menuju pulang ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick melewati sisi barat Masjid Nabawi.     
Rute jalan kaki di halaman luar Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Selesai shalat maghrib berjamaah kami pun mulai menyusuri sisi utara Masjid Nabawi. Tampak jelas halaman Masjid Nabawi ini sangat luas. Masjid Nabawi mengalami perluasan yang menyeluruh. Kini luas keseluruhannya 98.500 meter persegi (9,85 hektare). Daya tampung jamaahnya mencapai 657 ribu orang. Sedangkan halamannya seluas 635 ribu meter persegi bisa menampung 450 ribu orang jamaah. Pada puncak pelaksanaan ibadah haji pada bulan Dzulhijjah ini Masjid Nabawi dapat menampung satu juta jamaah.

Saat berjalan di sisi utara Masjid Nabawi tepatnya ketika melintasi Gate 21 dan Gate 22 kami menemukan sebuah toko yang cukup ramai menjajakan barang dagangan khas Madinah. Nama toko tersebut adalah Madina Made Gift Shop. Dengan jargon “Best Gift Shop in Madinah” tidak salah toko ini tampak dipenuhi dengan para pembeli.  

Madina Made Gift Shop adalah toko yang didedikasikan untuk pecinta Al-Madinah Al-Munawwarah, kota Nabi Muhammad SAW. Madina Made Gift Shop ini menawarkan berbagai pilihan produk otentik dan bermutu tinggi yang dibuat di Al-Madinah Al-Munawwarah, serta produk dari negara-negara Islam lainnya.

Madina Made Gift Shop menjadi tujuan bagi siapapun yang ingin memiliki atau memberi barang memorabilia untuk orang yang di cintai yang dibuat di Al-Madinah Al-Munawwarah oleh orang-orang Madinah. Berbasis di kota Nabi, Madina Made Gift Shop dimiliki oleh Al-Munawara Endowment, yang berarti semua pendapatannya ditujukan untuk amal, yang mendukung masyarakat Al-Madinah Al-Munawwarah secara sosial dan ekonomi. 
Madina Made Gift Shop, sisi utara Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah 


Dari Madina Made Gift Shop saya dan istri melanjutkan perjalanan menuju ke sisi timur Masjid Nabawi. Perluasan Masjid Nabawi ini benar-benar menarik perhatian peziarah tentulah. Setiap tahun Masjid Nabawi selalu berubah. Sebagai salah satu megaproyek pemerintah Saudi yang menelan biaya sampai 30 miliar riyal, pembangunan Masjid Nabawi akan mengundang decak kagum. 

Proyek perluasan ini tidak hanya memfokuskan pada Masjid Nabawi, tapi juga penataan Kota Madinah secara keseluruhan, terutama wilayah sekitar masjid. Tata kota dirancang sedemikian rupa, sehingga jalan-jalan akses ke Masjid Nabawi bisa dilalui jamaah dari berbagai arah. Taman kota juga menjadi bagian mega proyek ini.

Mega proyek perluasan Masjid Nabawi ini benar-benar dirancang untuk kenyamanan jamaah melaksanakan ibadah di tanah hijrah Nabi Muhammad SAW ini. Keamanan dan kenyamanan jamaah benar-benar mendapat perhatian utama. Kita bisa menyaksikan banyak Electric Car (Mobil Listrik) di pelataran Masjid Nabawi ini yang hilir mudik mengangkut para jamaah. Electric Car untuk mengelilingi Masjid Nabawi ini diperuntukkan untuk para jamaah yang kesulitan berjalan atau tidak mampu berjalan cepat terutama jamaah wanita dan jamaah usia lanjut.
Electric Car melintasi sisi timur Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Sesampainya di sisi timur Masjid Nabawi kami langsung selonjoran istirahat dilantai halaman luar Masjid Nabawi untuk menunggu masuknya waktu shalat isya. Bukan cuma kami yang sengaja mengambil tempat di halaman luar Masjid Nabawi ini. Semakin lama tampak halaman luar Masjid Nabawi mulai juga dipenuhi para jamaah lain. 

Di bawah lantai dasar utama Masjid Nabawi ini memang dilekengkapi dengan mesin pendingin udara (AC) yang berjumlah ratusan buah. Mesin-mesin ini mengatur keadaan udara di lantai dasar utama, tempat jamaah melaksanakan shalat dan i'tikaf. Karena itu, jamaah tidak akan merasa kegerahan selama berada di dalam maupun di luar Masjid Nabawi baik siang maupun malam. Itu pula yang membuat jamaah betah beri'tikaf. 

Tidak terlalu lama kami selonjoran di halaman luar Masjid Nabawi. Segera saya mengantarkan istri ke Gate 30 untuk mengambil tempat shalat di wilayah khusus wanita. Dan nanti selesai shalat isya kami janjian ketemuan kembali di Gate 36 tempat tadi kami duduk selonjoran
Suasana sisi timur Masjid Nabawi ketika malam hari


Tepat pada jam 19.51 WAS azan tanda masuk waktunya shalat isya pun berkumandang. Semua jamaah bersiap untuk melaksanakan shalat isya berjamaah. Keramaian nampak di sekitar Masjid Nabawi. Suasana Masjid boleh dibilang dalam kondisi masih normal, tidak padat. 

Selesai melaksanakan shalat isya, saya dan istri berhasil ketemu kembali di tempat janjian di Gate 36 yang telah kami sepakati. Waktu saat itu baru jam 20.30 WAS. Masih banyak tampak para jamaah duduk-duduk bersantai menghabiskan waktu di halaman luar Masjid Nabawi. Kami pun kembali melanjutkan perjalanan menuju ke sisi selatan Masjid Nabawi.  
Suasana sisi timur Masjid Nabawi ketika malam hari


Dari setiap sisi Masjid Nabawi selain kita dapat melihat payung raksasa yang telah menutup menjadi tiang, kita juga dapat melihat menara yang tinggi menjulang. Masjid Nabawi ini memiliki sepuluh menara, enam di antaranya adalah menara baru yang masing-masing setinggi 99 meter. Menara-menara ini tersebar di sudut-sudut bangunan baru. Di puncak menara-menara itu dipasang bulan sabit yang dilapisi emas 64 karat, sehingga tinggi menara secara keseluruhan mencapai 105 meter. Berat bulan sabit itu, masing-masing 405 ton. Pada puncak menara juga diberikan penerangan lampu berwarna hijau yang dapat dilihat jelas dari kejauhan.

Kami terus berjalan pulang melalui sisi barat Masjid Nabawi. Setiap sisi luar Masjid Nabawi telah kami lalui, dan tampak sejumlah pintu masuk pada bangunan Masjid Nabawi tersebut. Terdapat tujuh gerbang utama. Tiga di sisi utara, serta dua di masing-masing sisi timur dan barat. Setiap gerbang terdiri dari tujuh pintu kecil, masing-masing lebarnya tiga meter dan tingginya enam meter. Selain gerbang utama tersebut, terdapat juga dua pintu masuk lain di sebelah selatan yang masing-masing terdiri dari tiga pintu kecil. Terdapat banyak pula pintu berukuran sedang yang tersebar di seluruh bagian permukaan Masjid Nabawi. 

Di halaman Masjid Nabawi ini juga dibangun tempat-tempat ambil wudhu, pos jaga dan pusat informasi buat para peziarah, yang dikelilingi pagar-pagar tinggi berpintu. Sungguh dengan semua fasilitas yang tersedia sekarang ini pemerintah Arab benar-benar sangat membuat nyaman para jamaah.
Suasana sisi selatan Masjid Nabawi ketika malam hari


Akhirnya tepat jam 21.00 WAS kami sampai di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick dan kami segera menuju ke Al Salam Restaurant yang berada di lantai 1 untuk makan malam. Selesai makan malam segera kami kembali ke kamar untuk istirahat. 

Sungguh hari yang menyenangkan dan juga penuh hal yang banyak bisa buat kami syukuri. Kami sangat bersyukur karena kami punya kesempatan untuk melakoni seluruh hari ini dengan produktif. Dan semoga saat kami besok bangun pagi, kami siap menjalani hari yang baru. Jia Yo (Semangaaaaat)…


16 Dzulhijjah 1437 H (Minggu, 18 September 2016)
(Al Madinah Al Munawwarah)
Masjid Quba, Al Madinah Al Munawwarah


Pagi ini jam 04.15 WAS sebelum shalat subuh saya dan istri mulai berangkat dari Hotel Anwar Al Madinah Movenpick menuju ke Masjid Nabawi. Pagi ini Masjid Nabawi masih tampak sepi dan masih tidak terlalu ramai. Masjid Nabawi masih relatif lenggang dari jamaah haji. Istri saya bercerita di bagian shaf perempuan, pada jam 04.30 WAS masih ada shaf kosong di ruang utama shalat di dalam Masjid Nabawi. Hal ini juga tidak berbeda jauh di bagian shaf pria ditempat saya berada, saya masih dengan mudah menemukan shaf kosong di ruang utama shalat di dalam Masjid Nabawi. Tepat jam 04.51 WAS adzan subuh berkumandang.  

Usai shalat subuh, tampak digelar kajian agama atau kelas membaca Alquran dalam berbagai bahasa di dalam Masjid Nabawi. Kabar gembira bagi para jamaah haji yang mampir di Masjid Nabawi, Madinah, untuk bisa mendengarkan kajian berbahasa Indonesia. Di masjid yang dibangun oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu, ada disediakan pengisi materi dari Indonesia.  

Pada jam 06.30 WAS selesai shalat subuh dan mendengar kajian, kami pun bergegas kembali ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk memulai sarapan pagi. Keluar dari sisi barat Masjid Nabawi pintu Gate no. 13 kami langsung disambut oleh pedagang kaki lima. Seperti biasanya, di mana ada keramaian maka di situ ada pedagang kaki lima. 

Pedagang kaki lima yang semuanya adalah orang Arab dan Afrika menawarkan dagangannya di jalan-jalan di sekitar Masjid Nabawi. Mereka lengkap dengan gerobak sorong dan kursi Roda (Wheel Chair) yang siap di sorong kabur ketika askar datang. Kami sering melihat aksi kaburnya para pedagang ini. 

Jangan heran juga jika para pedagang kaki lima ini pandai menggunakan beberapa kata Bahasa Indonesia standard seperti “murah, sepuluh tiga, dipilih… dipilih”, dan lain-lain. Maklum saja, jamaah Indonesia, terutama kaum ibu, sangat gemar belanja. Umumnya barang dagangan pedagang kaki lima itu adalah kerudung dari India atau Turki, Sajjadah, gamis, abaya, minyak wangi,  gelang dan kalung imitasi. 

Khusus dagangan berupa makanan seperti kurma, buah-buahan, kacang, kismis, dan lain-lain, mereka meneriakkan kata “halal..halal..halal”, yang artinya anda boleh mencicipinya gratis meskipun tidak jadi membeli. 

Oh ya, berhubung kami pagi ini akan melakukan City Tour Madinah maka kami pun melewati tempat ini tanpa ada membeli belanjaan. Kami akan kemari lagi pada waktu siang dilain hari. Kami langsung menuju ke Al Salam Restaurant yang berada di lantai 1 Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk sarapan pagi. Selesai sarapan dan berberes, tepat pada jam 07.30 WAS kami semua sudah berkumpul di lantai M, Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk melakukan City Tour Madinah. 
Dalam lift Hotel Anwar Al Madinah Movenpick, Al-Madinah Al-Munawwarah


Tepat jam 08.00 WAS rombongan kami semua berangkat untuk City Tour Madinah. Mumpung masih di Madinah, maka rencana hari ini adalah untuk mengunjungi semua situs bersejarah yang ada di Madinah. Seperti hari-hari sebelumnya, maka acara wisata kali ini juga didesain berakhir sebelum shalat Zuhur. 

Jalan-jalan hanyalah pelengkap saja, namun sayang juga jika tidak sempat mengunjungi tempat-tempat bersejarah untuk melakukan napak tilas sejarah Islam selama masih di Madinah. Kami menyempatkan berziarah ke sejumlah masjid bersejarah di Madinah. Pada City Tour pagi ini salah satu tempat yang akan kami datangi adalah Masjid Quba. Masjid nan indah ini punya sejarah tinggi di masa pendiriannya. 

Parjalanan dari Hotel Anwar Al Madinah Movenpick ke Masjid Quba tidak memakan waktu lama. Pada jam 08.30 WAS kami telah sampai di Masjid Quba. Masjid Quba ini mempunyai nilai historis yang sangat tinggi. Masjid Quba adalah masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah ketika beliau sampai dalam perjalanan hijrahnya. 

Masjid ini dibangun saat Nabi Muhammad SAW singgah di Quba di tengah perjalanan dari Makkah ke Madinah. Masjid Quba dibangun pada awal peradaban Islam. Tepatnya, 8 Rabiul Awal pada 1 Hijriyah. Quba adalah daerah yang penuh dengan kebun kurma, lokasinya berada diluar kota Madinah, tepatnya 5 km di sebelah tenggara Kota Madinah. 
  
Dari luar Masjid Quba ini terlihat sangat kokoh dengan warna dominan putih. Kubah besar dan empat menara putih yang menjulang tinggi semakin memperkokoh bangunan masjid yang sangat bersejarah ini. Masjid ini berbentuk empat persegi dan kawasannya memiliki luas diperkirakan mencapai 5.035 meter persegi pada masa sekarang. 

Masjid Quba ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Masjid Quba ini telah direnovasi dan diperluas pada masa Raja Fahd ibn Abdul Aziz pada 1986. Renovasi dan peluasan ini menelan biaya sebesar 90 juta riyal yang membuat masjid ini memiliki daya tampung hingga 20 ribu jamaah. Bentuk Masjid Quba memang terkesan sederhana, namun bangunan masjid ini dianggap sebagai contoh bentuk dari pada masjid-masjid yang didirikan orang hingga saat ini.
Masjid Quba, Al-Madinah Al-Munawwarah 


Pada waktu mendirikan Masjid Quba, Nabi Muhammad SAW menunjukkan suri teladan dan kerjasamanya. Beliau turut mengangkat batu untuk yang pertama kali dan meletakkan batu itu di mihrab, kemudian disusul berturut-turut Abu Bakar, Umar, dan Usman. Siapakah yang dapat menyangka bahwa urusan peletakan batu kiblat ini ada hubungannya kemudian dengan sejarah pengangkatan khulafaur rasyidin. 

Terdapat keutamaan Masjid Quba dalam Al Quran dan Hadits. Dalam Al Quran surah At-Taubah (108) yang berbunyi, "Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih." 

Selain merupakan masjid pertama yang dibangun Rasulullah di Madinah, keistimewaan lain masjid ini adalah pahala shalatnya yang setara dengan melaksanakan umroh di Masjidil Al-Haram. Ini tertuang dalam hadist Nabi. Saat itu Rasulullah bersabda, "Barang siapa telah bersuci (berwudhu) di rumahnya, kemudian mendatangani Masjid Quba, lalu shalat di dalamnya dua rakaat, maka baginya sama dengan pahala umroh. Jadi kami sudah berwudhu terlebih dahulu di hotel sebelum ke Masjid Quba, lalu kami shalat dua rakaat di Masjid Quba ini.
Masjid Quba, Al-Madinah Al-Munawwarah


Masjid Quba memiliki 19 pintu. Dari 19 pintu itu terdapat tiga pintu utama dan 16 pintu kecil. Tiga pintu utama berdaun pintu besar dan ini menjadi tempat masuk para jamaah ke dalam masjid. Dua pintu diperuntukkan untuk masuk para jamaah laki-laki sedangkan satu pintu lainnya sebagai pintu masuk jamaah perempuan.

Kesejukan langsung terasa saat kaki menginjak karpet merah nan empuk di Masjid Quba. Tentu saja karena AC yang cukup banyak dihembuskan dari sudut-sudut ruangan. Langit-langit masjid banyak dihias ukiran-ukiran dan tulisan-tulisan ayat suci Alquran melingkar di setiap kubahnya. 

Di tengah-tengah Masjid terdapat ruang terbuka sehingga cahaya matahari dan udara dapat masuk dengan leluasa. Kebersihan masjid ini tampak terjaga dengan baik. Bagi yang haus setelah beribadah, disediakan air zam-zam di bagian belakang masjid ini.
Masjid Quba, Al-Madinah Al-Munawwarah

Masjid Quba, Al-Madinah Al-Munawwarah


Di Masjid Quba ini kami diberi waktu 20 menit untuk ziarah dan shalat. Selesai shalat kami bergegas keluar menuju kembali ke parkiran bus. Di pelataran luar Masjid Quba ini kita dapat menemukan banyak taman yang indah. Daerah Quba ini dikenal cukup sejuk, di kanan kiri masjid juga dipenuhi kebun kurma. Di sekeliling masjid juga banyak orang berjualan kurma berbagai jenis, termasuk kurma-kurma Ajwa yang di Indonesia dikenal dengan istilah kurma Nabi.
Masjid Quba, Al-Madinah Al-Munawwarah


Tepat pada jam 08.50 WAS ziarah ke Masjid Quba ini pun segera berakhir dan rombongan kami akan segera melanjutkan perjalanan ketujuan berikutnya. Kali ini tujuan rombongan kami adalah menuju ke salah satu kebun kurma di Al-Madinah Al-Munawwarah. 
Masjid Quba, Al-Madinah Al-Munawwarah


Dari Masjid Quba kami menuju ke perkebunan kurma. Dalam acara tour ini kami mengunjungi perkebunan Kurma Abd Al Rahman Al Harby. Tampak benteng tembok membentang di jalan utama sebagai pembatas perkebunan kurma tersebut. 

Untuk masuk ke areal perkebunan kita harus menyusuri jalan kecil beraspal kasar diantara rumah-rumah penduduk sekitar kurang lebih 10 menit dari Masjid Quba. Kemudian kita akan menemukan sebuah gerbang dengan areal parkir yang cukup luas serta sebuah toko kurma dan oleh-oleh khas Madinah. Tepat pada jam 09.00 WAS kami sampai di Kebun Kurma Abd Al Rahman Al Harby, Al-Madinah Al-Munawwarah. 

Sejak Zaman Nabi, perkebunan Kurma Abd Al Rahman Al Harby ini Sudah Ada. Perkebunan Kurma Abd Al Rahman Al Harby ini memiliki luas areal sekitar 25 hektare. Kebun kurma tersebut menurut pemiliknya sudah dikelola secara turun-temurun. Bahkan kebun tersebut diyakini sudah ada sebelum nabi hijrah ke Madinah dari Makkah. Ada sekitar 1.600 pohon kurma tumbuh di perkebunan tersebut. 

Di kebun kurma ini terdapat toko kurma yang pegawainya sebagian besar adalah orang Indonesia. Sampai-sampai di pintu masuknya terdapat jelas tulisan nama tempatnya dalam bahasa Indonesia "Kebun Kurma Abd Al Rahman Al Harby", strategi dagang yang mantap. 

Berbagai jenis kurma ada di sini, termasuk kurma yang selalu dicari orang yaitu kurma ajwa, karena kurma inilah yang dimakan oleh Rasulullah. “Barangsiapa mengkonsumsi tujuh butir kurma ajwa pada pagi hari, maka pada hari itu ia tidak akan terkena racun maupun sihir”. Rasulullah menganjurkan umatnya mengonsumsi kurma ini dengan jumlah ganjil tiap hari. Kami diberi waktu 20 menit untuk mengeksplore tiap sudut toko kurma ini.  

Kurma ajwa adalah kurma yang paling mahal, yang paling laris dan paling diminati jamaah haji. Sekilo kurma ajwa harganya 100 riyal (yang berkualitas super) atau 80 riyal (yang berkualitas sedang) atau 70 riyal untuk kurma ajwa yang termurah. Madinah adalah tempat terbaik untuk membeli kurma, karena kurmanya bagus-bagus dan segar. 

Disini kami sempat memborong kurma ajwa yang seharga 100 riyal. Memang sedikit mahal, tapi percayalah sungguh nikmat rasanya. Satu lagi ya, kalau kemari fokus hanya belanja kurma saja, jangan belanja barang yang lain. Semua barang dagangannya boleh di cicipi gratis dan bisa bayar pake rupiah juga loh. Tapi kursnya sedikit lebih mahal yaitu, 1 SAR senilai 3.800 IDR.
Kurma ajwa super di toko Kurma Abd Al Rahman Al Harby, Al-Madinah Al-Munawwarah 


Selesai sedikit berbelanja kurma di dalam toko, sekarang kami menuju ke perkebunan kurmanya langsung. Memang perkebunan Kurma Abd Al Rahman Al Harby ini selain membangun toko sebagai pusat penjualan hasil kebunnya, kita juga bisa menikmati wisata kebun kurmanya. Tetapi sayang sekali saat itu kurma sedang tidak berbuah sehingga kami tidak dapat melihat tandan-tandan kurma. Kurma biasanya berbuah satu kali dalam satu tahun. Butuh waktu enam bulan dari mulai pohon kurma berbunga sampai bisa dipanen. Kalau sedang berbuah maka kita boleh memetik sendiri dan makan di sana.  

Di tempat tersebut tersedia bale-bale berbahan besi lengkap dengan kursi-kursinya untuk menyambut jamaah yang ingin bersantai di kebun kurma tersebut. Kita bisa bersantai di bawah bale-bale sederhana dengan atap daun kurma serta kursi besi yang dibuat melingkar. Disediakan juga tempat untuk bersantai sebuah saung berukuran sekitar 8 x 4 meter dengan sofa-sofa empuk untuk memanjakan orang yang datang sambil menikmati minuman teh hangat secara gratis.  

Di hadapan kita akan tampak pohon-pohon kurma dari jenis terkenal seperti ajwa, sekki, dan sokari. Memang bagi orang yang tidak tahu bagaimana membedakan jenis pohon kurma, seolah semuanya sama saja. Tetapi letak yang bisa membedakan mana pohon kurma ajwa, sekki, atau sokari dilihat dari bentuk daunnya. Bila dilihat lebih detail ternyata benar daun kurma berbeda-beda ada yang daunnya rapat dan ada juga yang daunnya tidak terlalu rapat.

Perkebunan Kurma Abd Al Rahman Al Harby ini hampir tiap hari didatangi pengunjung atau pembeli kurma. Jumlah pengunjung bakal melonjak di musim haji seperti saat ini. Tempat ini merupakan salah satu perkebunan kurma terbaik yang ada di Madinah. Tempat yang bersih dan juga pelayanan yang baik. Semoga sahabat bisa kesini juga ya, baik itu saat menjalankan ibadah haji maupun saat melaksanakan ibadah umroh. Akhirnya pada jam 09.20 WAS rombongan kami pun meninggalkan perkebunan Kurma Abd Al Rahman Al Harby dan bersiap menuju ke Jabal Uhud. 
Perkebunan kurma Abd Al Rahman Al Harby, Al-Madinah Al-Munawwarah


Selesai mengunjungi Masjid Quba dan belanja kurma, maka kunjungan kami berikutnya adalah ke Jabal Uhud sebagai tempat berlangsungnya Perang Uhud, yaitu perang antara kaum muslimin dengan tentara kafir Quraisy. Pengunjung bisa mengenang Perang Uhud dan perjuangan Nabi Muhammad SAW pada waktu di sana.

Siapa yang tak kenal Jabal Uhud atau Gunung Uhud ini. Berziarah ke gunung ini selalu masuk dalam schedule jamaah haji atau umroh yang berada di Al-Madinah Al-Munawwarah. Dari perkebunan Kurma Abd Al Rahman Al Harby ke Jabal Uhud ini hanya 10 menit saja. Tepat pada jam 09.30 WAS kami sampai di Jabal Uhud dan kami diberi waktu 20 menit untuk melakukan ziarah di Jabal Uhud ini. 

Jabal Uhud adalah sebuah bukit berjarak 5 kilometer dari utara Kota Madinah dengan ketinggian sekitar 1.077 meter yang membentang lebih kurang 7 km, sehingga menjadikan Jabal Uhud sebagai bukit terpanjang di Madinah. Jika kita ingin melihat bukit yang ada di surga, maka ziarahlah ke Bukit Uhud. Jabal Uhud adalah bukit yang dijanjikan di surga. Tidak seperti umumnya gunung di Madinah, Jabal Uhud seperti sekelompok gunung yang tidak bersambungan dengan gunung yang lain. Karena itulah penduduk Madinah menyebutnya dengan sebutan Jabal Uhud yang artinya 'bukit menyendiri'. 

Nabi SAW bersabda, “Bukit Uhud adalah salah satu dari bukit-bukit yang ada di surga" demikian hadis yang diriwayatkan HR Bukhari. Jabal Uhud selalu dikenang oleh umat Islam karena di lembah gunung ini pernah terjadi peperangan besar antara pejuang Islam dan kaum kafir Quraisy pada 15 Syawal 3 Hijriyah. Di lembah bukit ini pernah terjadi perang dahsyat antara kaum muslimin sebanyak 700 orang melawan kelompok musyrikin Makkah sekitar 3.000 orang. 
Jabal Uhud, Al-Madinah Al-Munawwarah


Perang Uhud yang terjadi pada tahun ke 3 Hijriyah ini dimulai saat kaum musyrikin Makkah telah tiba di perbatasan Madinah. Umat Islam mengadakan musyawarah bersama para sahabat yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Banyak para sahabat yang memberikan usulan atau masukan agar umat Islam menyosong kedatangan musuh di luar kota Madinah, usul ini pun akhirnya disetujui oleh Nabi Muhammad SAW.

Beberapa orang yang bertugas sebagai pemanah ditempatkan di atas gunung Uhud, untuk menjaga dari berbagai serangan yang ada apabila kaum musyrikin mulai menggempur kedudukan umat Islam.

Dalam perang yang dasyat itu berlangsung akhirnya umat Islamlah yang mendapat kemenangan gemilang. Tetapi para pemanah umat Islam yang ditempatkan di atas gunung Uhud, setelah melihat barang-barang yang ditinggalkan oleh para musuh ada beberapa di antara mereka yang menginggalkan pos untuk turun mengambil barang-barang itu padahal Nabi Muhammad SAW sudah memberikan instruksi agar tidak meninggalkan pos meski terjadi sesuatu apapun itu. Karena beberapa sahabat tidak mematuhi perintah Rasulullah disebabkan tergoda harta rampasan perang, maka kaum muslimin kalah dalam perang tersebut.

Adanya pengosongan pos oleh pemanah tersebut digunakan oleh Khalid bin Walid (sebelum dia masuk agama Islam) dia adalah seorang ahli strategi yang memimpin tentara berkuda, menggerakkan para tentaranya kembali untuk menyerang kembali sehingga umat Islam mengalami kekalahan yang jumlahnya tidak sedikit yaitu sampai 70 orang sahabat gugur sebagai syuhada, di antaranya yaitu paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muththalib, yang diberi gelar dengan sebutan Asa¬dullah wa Asadur Rasul (Singa Allah dan Rasul-Nya), Mush’ab bin Umair, dan Abdullah bin Jahsyin.

Para syuhada itu dimakamkan di tempat dimana mereka gugur, di sekitar Gunung Uhud. Nabi SAW merasakan kesedihan yang amat mendalam atas kematian pamannya tersebut. Nabi Muhammad SAW sendiri dalam peperangan tersebut mendapat luka-luka dan sahabat-sahabatnya yang menjadi perisai Nabi Muhammad SAW semuanya gugur karena badannya sudah dipenuhi banyak anak panah. setelah perang usai dan kaum musyrikin mengundurkan diri dan kembali ke Makkah, maka Nabi Muhammad SAW memerintahkan agar mereka yang telah gugur dapat dimakamkan di tempat mereka roboh, sehingga ada satu liang kubur dengan beberapa syuhada. 

Kuburan uhud pada saat ini sudah dikelilingi dengan tembok. Kompleks pemakaman terlihat begitu sederhana tidak mewah. Di sekelilingnya pun diberi pagar yang berjeruji yang memiliki tinggi sekitar 3 meter. Makam para syuhada ini tidak terlihat ada tandanya dan jejaknya, sama seperti makam-makam lainnya di Arab yang hanya di beri tanda sebuah batu saja. Peziarah bisa bebas melihat ke area dalam pemakaman para syuhada. Namun tetap ada aturan yang berlaku yang harus di taati pada saat berziarah. Aturannya ada dan sudah tertulis dalam bahasa Indonesia sehingga mudah dimengerti oleh para peziarah.

Selama berada di Jabal Uhud pengunjung juga dapat mendaki bukit yang ukurannya tidak terlalu tinggi, namun tidak mudah untuk bisa mencapai puncaknya. Tentunya tetap harus selalu berhati-hati untuk mendakinya. Di sekitar Uhud ini terdapat juga sebuah masjid. Masjid itu diberi nama Masjid Sayyidusy Syuhada Hamzah bin Abdul Muththalib.

Sebelum pulang dari Jabal Uhud pengunjung bisa mampir dahulu ke area parkiran sekitar Jabal Uhud yang penuh dengan para pedagang suvenir serta makanan khas asal Arab. Beraneka ragam jenis suvenir yang ada antara lain perhiasan, tasbih hingga berbagai macam jenis kurma. Dan jam 09.50 WAS berakhirlah kunjungan rombongan kami ke Jabal Uhud dan kami bergerak menuju ke tujuan berikutnya yaitu ke percetakan Al Qur’an. 
Jabal Uhud, Al-Madinah Al-Munawwarah


Tepat pada jam 10.00 WAS rombongan kami sampai di percetakan Al Qur'an terbesar di dunia, yaitu Majma Malik Fahd Li Thibaah Mushaf Syarif (King Fahd Complex for Printing the Holy Qur`an) atau yang lebih dikenal sebagai Percetakan Al-Qur'an Raja Fahd. 

Kompleks Percetakan Al-Qur'an Raja Fahd sudah berdiri sejak tahun 1405 H atau 1984 M di atas tanah seluas 250.000 meter persegi (25 ha). Percetakan Al-Qur'an Raja Fahd sudah mencetak Al Qur’an sebanyak jutaan dengan 67 bahasa terjemahan termasuk Bahasa Indonesia.

Tetapi sangat di sayangkan, setelah menunggu selama 15 menit di parkiran, kami mendapatkan kabar bahwa Percetakan Al-Qur'an Raja Fahd untuk hari ini tertutup buat umum. Sebenarnya percetakan ini dibuka untuk umum mulai dari pukul 08.00 hingga pukul 12.00 kecuali pada hari libur Arab Saudi, yaitu Jumat. 

Bagi saya kunjungan ke Percetakan Al-Qur'an Raja Fahd ini adalah untuk kali ketiganya. Dan yang sangat istimewa bahwa setiap jamaah laki-laki setiap selesai melihat proses percetakan Al-Qur'an, maka para pengunjung akan memperoleh kenang-kenangan sebuah mushaf  Al-Qur'an secara gratis. Jadi karena hari ini tutup, maka kami tidak memperoleh mushaf  Al-Qur'an untuk kenang-kenangan.

Akhirnya pada jam 10.15 WAS kami semua menuju kembali pulang ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. Kompleks Percetakan Al-Qur'an Raja Fahd ini terletak di jalan menuju Kota Tabuk atau sekira 10 kilometer dari Madinah. 

Saat ini suhu di Madinah, sekitar pukul 10.30 WAS adalah 40 derajat Celsius. Suhu tertinggi diperkirakan 43 derajat Celsius pada pukul 14.00-16.00 WAS. Kelembaban udara sangat kering. Kondisi jalanan juga lengang. Tidak banyak kendaraan yang lalu-lalang. Dan pada jam 10.45 WAS kami semua telah sampai kembali di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. 

Sampai di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick, untuk menunggu masuknya waktu shalat zuhur, maka kami putuskan untuk makan siang terlebih dahulu di Al Salam Restaurant, Hotel Anwar Al Madinah Movenpick sebelum menuju ke Masjid Nabawi untuk shalat zuhur  berjamaah
Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick


Selesai makan siang, tepat pada jam 12.00 WAS, saya dan istri segera menuju ke Masjid Nabawi. Jam 12.15 WAS azan tanda masuk waktu zuhur terdengar. Setelah selesai melaksanakan shalat zuhur berjamaah, pada jam 13.00 WAS saya dan istri beserta teman-teman berencana akan berkeliling di seputaran halaman luar Masjid Nabawi.

Setelah malam kemarin saya dan istri berkeliling seputaran halaman luar Masjid Nabawi dengan berjalan kaki, maka kali ini kami akan mencoba untuk menikmati dan merasakan sensasi menaiki Electric Car (Mobil Listrik) di pelataran luar Masjid Nabawi. 

Masjid Nabawi saat ini telah menyediakan Electric Car untuk mempermudah para jamaah. Sebenarnya Electric Car ini diperuntukkan untuk para jamaah yang kesulitan berjalan atau tidak mampu berjalan cepat terutama jamaah wanita dan jamaah usia lanjut. Tapi berhubung kosong dan kami semua di tawarkan sama pak supir Electric Carnya, jadilah kami semua naik Electric Car untuk keliling Masjid Nabawi.

Electric Car ini mirip mobil golf yang beratap putih  dan pengemudinya berada di sebelah kiri depan. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi menurunkan ratusan relawan untuk membantu melayani para jamaah haji. Mereka mengantar para jamaah dari berbagai negara menuju Masjid Nabawi. 

Di setiap pintu, mobil listrik ini hilir mudik berjalan dengan pelan membawa 4-8 orang jamaah menuju pintu terdekat atau malah kita bisa minta diantar ke pintu yang kita inginkan. Bila mobil tersebut sudah tidak muat, masih banyak mobil lain yang siap mengantar para jamaah. Jadi tidak usah berebutan. Semua layanan ini gratis. Di mobil juga terdapat tulisan "free service" dalam Bahasa Inggris dan Arab.
Naik Electric Car di Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Selesai berkeliling seputaran halaman luar Masjid Nabawi dengan Electric Car, pada jam 14.00 WAS kami putuskan untuk kembali ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk beristirahat. Sambil menunggu masuknya waktu shalat ashar, kami habiskan waktu dengan mulai mengemasi koper-koper bawaan kami. 

Kami harus bisa memaksimalkan muatan dan bawaan koper kami. Muatan koper kami ini tidak boleh lebih dari 30 kg per orang. Satu per satu mulai kami susun barang bawaan kami masuk kedalam koper. Meskipun belum semuanya bisa kami susun, paling tidak sudah berkurang sedikit demi sedikit barang yang harus kami susun. 

Selesai berkemas, jam 15.30 WAS kami kembali menuju ke Masjid Nabawi untuk melaksanakan shalat ashar. Dan pada jam 15.40 WAS masuk waktu azan shalat ashar. 

Setelah melaksanakan shalat ashar, kami segera kembali ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk melanjutkan menyusun barang-barang kedalam koper. Hari ini kami benar-benar fokus untuk mengemasi semua barang bawaan kami. Karena kami harus sudah mengumpulkan semua koper kami ke pihak agen biro perjalanan PT. Siar Haramain International Wisata pada tanggal 21 September 2016 jam 21.00 WAS. 

Tidak terasa waktu shalat maghrib juga sudah dekat, dan jam 18.00 WAS kami kembali menuju ke Masjid Nabawi. Jam 18.21 WAS waktunya shalat maghrib pun tiba. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, biasanya untuk menunggu waktu shalat isya kami akan tetap berada di Masjid Nabawi. Tetapi pada malam ini setelah shalat  maghrib kami kembali pulang dulu ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick dan pada jam 19.45 kami baru kembali lagi ke Masjid Nabawi. Saat jam 19.51 WAS berkumandang suara azan shalat isya.
Jam penunjuk jadwal shalat di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick, Al-Madinah Al-Munawwarah


Selesai shalat isya kami langsung menuju ke Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk makan malam. Dan selesai makan malam kami langsung menuju kembali ke kamar untuk melanjutkan menyusun sisa-sisa barang yang belum masuk kedalam koper. 

Perjalanan menunaikan ibadah haji ini telah berjalan 21 hari dan kami semakin dekat dengan jadwal kepulangan ke Medan, Indonesia. Rangkaian ibadah haji yang kami laksanakan hampir tuntas. Kurang beberapa hari lagi kami akan pulang ke Tanah Air guna bertemu dengan orang tua, anak-anak dan sanak saudara kami lainnya. Kami selalu berdoa agar diberikan kelancaran  hingga pulang ke Tanah Air nanti.


17 Dzulhijjah 1437 H (Senin, 19 September 2016)
(Al Madinah Al Munawwarah)
Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Selama di Al-Madinah Al-Munawwarah, maka Masjid Nabawi adalah tempat yang “Most Wanted” yang harus untuk didatangi setiap harinya oleh orang-orang yang berhaji atau berumroh untuk melaksanakan shalat 5 waktu maupun ibadah sunah lainnya. Semua orang pasti akan selalu shalat di Masjid Nabawi karena keutamaannya 1000 kali dibanding shalat di tempat lain.  

Maka seperti hari-hari sebelumnya, pada pagi dini hari ini saya dan istri sudah mulai bersiap untuk menuju ke Masjid Nabawi. Haripun tampak masih gelap, sebelum adzan subuh pada jam 04.30 WAS saya dan istri keluar dari Hotel Anwar Al Madinah Movenpick menuju ke Masjid Nabawi. 

Tampak masyarakat lalu lalang di jalan trotoar yang mengapit bangunan-bangunan yang tingginya lebih dari 10 lantai di Madinah ini. Wanita yang lalu lalang sebagian besar mengenakan baju gamis hitam dan bercadar. Sementara pria ada yang memakai gamis dan ada pula yang mengenakan jeans kasual yang lebih santai. Saat ini lalu lintas orang menuju dan kembali dari Masjid Nabawi masih belum terlalu padat. 

Tepat jam 04.51 WAS adzan subuh pun berkumandang. Setelah selesai shalat subuh berjamaah, maka pada jam 05.30 WAS kami pun bergegas kembali ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk memulai sarapan pagi. Suhu Madinah pagi ini cukup sejuk yakni 36 ° C dan pada siang hari nanti diperkirakan suhu Madinah bisa mencapai 45 ° C.

Sesampainya di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick kami segera menuju ke Al Salam Restaurant yang berada di lantai 1. Setelah sarapan ini nanti kami semua akan dijadwalkan untuk Ziarah ke Museum Asmaul Husnah, Museum Sejarah Nabi Muhammad dan ke Museum Al Qur’an
Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick


Selesai sarapan dan berberes, dengan semangat tepat pada jam 07.30 WAS tampak semua rombongan sudah berkumpul di lantai M, Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk melakukan ziarah diseputaran luar Masjid Nabawi. 

Pada jam 08.00 WAS rombongan kami semua berangkat menuju ke Masjid Nabawi. Karena letak Hotel Anwar Al Madinah Movenpick ini di Gate 15 di sisi utara Masjid Nabawi, maka kami akan berjalan ke sisi barat dan selatan Masjid Nabawi untuk menuju ke Museum Asmaul Husnah, Museum Sejarah Nabi Muhammad dan ke Museum Al Qur’an. 
Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Tempat pertama yang akan kami kunjungi pada pagi ini adalah Museum Asmaul Husnah. The Beautiful Names of Allah Exhibition, kalimat itu menjadi ucapan selamat datang yang terpajang besar di tembok luar dari galeri Museum Asmaul Husna yang ada di kompleks Masjid Nabawi, Madinah. Museum Asmaul Husnah (The Beautiful Names of Allah Exhibition) ini tepatnya terletak di Gate 13 pada sisi barat dari Masjid Nabawi.  

Di galeri ini, jamaah haji dari berbagai negara diajak untuk mendalami makna dari Asmaul Husna, nama-nama yang baik milik Allah SWT. Galeri ini akan tampak ramai di waktu-waktu setelah shalat 5 waktu. Banyak para jamaah haji dari berbagai negara menyerbu masuk ke gedung galeri Asmaul Husna ini. Tampak diantara banyaknya jamaah yang hilir mudik di dalam gedung pameran ini, ada puluhan jamaah haji Indonesia sedang melihat-lihat galeri sembari mengagumi kebesaran Allah taala.
Museum Asmaul Husnah (The Beautiful Names of Allah Exhibition), Al-Madinah Al-Munawwarah


Museum Asmaul Husnah (The Beautiful Names of Allah Exhibition) ini biasanya buka pada pukul 08.00-21.00 WAS. Di setiap azan berkumandang, museum ini tutup.

Memasuki ruangan The Beautiful Names of Allah Exhibition, pengunjung langsung disapa oleh sejumlah penerima tamu. Satu diantaranya petugas museum tersebut adalah orang Indonesia, so sudah pasti sangat-sangat mahir berbahasa Indonesia. Melihat wajah jamaah Indonesia, dia langsung mempersilakan kami masuk. 

Selain tidak di pungut biaya tiket masuk, Museum Asmaul Husna ini menawarkan guide untuk menjelaskan seputar isi di dalam museum. Dengan di dampingi guide yang berasal dari mahasiswa dan mukimin dari Indonesia kita dengan mudah mendapatkan informasi seputar galeri ini. Sekali lagi, layanan guide ini juga gratis tanpa di pungut biaya sedikitpun.

Museum Asmaul Husnah ini hanya berada pada lantai 1 saja. Gedung satu lantai tersebut disekat menjadi beberapa ruangan. Di dalamnya dipasang Asmaul Husna, artinya, dan bukti-bukti yang kita jumpai dalam kehidupan. 

Setiap nama dari Asmaul Husna diberi penjelasan dan ilustrasi berupa lukisan, miniatur planet-planet, bahkan ada juga beberapa layar TV dengan video-video yang menunjukkan kebesaran Illahi. Pameran ini menampilkan tulisan nama-nama Allah “Asmaul Husna” dan artinya yang ditampilkan indah sekali dalam kaligrafi bahasa Arab dan bahasa Inggris. 
Museum Asmaul Husnah (The Beautiful Names of Allah Exhibition), Al-Madinah Al-Munawwarah


Selama kita berjalan menyusuri gedung galeri Asmaul Husna ini, maka di sepanjang kanan-kiri tembok terpampang Asmaul Husna. Di dalam Al Quran, nama-nama Allah ini cukup sering di sebutkan dan masing-masing memiliki arti yang bersifat baik, agung dan bagus. 

Secara ringkas dan sederhana semua Asmaul Husna ini terpampang di sepanjang tembok galeri tersebut. Antara lain Ar-Rahman yang artinya Yang Maha Pemurah,‎ Ar-Rahim artinya Yang Maha Mengasihi, Al-Malik yang artinya Yang Maha Menguasai atau yang Maha Agung, Al-Khaliq yang artinya Yang Maha Pencipta, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Cukup banyak Asmaul Husna mengisi tiap ruang di galeri ini. Buat saya semua ruangan di dalam galeri ini sangat mengagumkan. Terdapat ruangan galeri yang berisi replika matahari berukuran besar lengkap dengan planet-planet tata surya. Ukuran planet disesuaikan dengan skala yang sama. Jamaah haji sempat berfoto-foto di depan replika tersebut. 

Di antara Asmaul Husna ada foto-foto agar kita selalu yakin dengan kebesaran Allah seperti foto pohon 'giant sequoia' yang tumbuh setinggi 115 meter dengan diameter lebih dari 7 meter, foto tsunami di Aceh, juga foto panasnya lahar gunung api.
Museum Asmaul Husnah (The Beautiful Names of Allah Exhibition), Al-Madinah Al-Munawwarah


Dalam Museum Asmaul Husna ini kita memiliki kesempatan untuk melihat secara lebih dekat dan nyata kebesaran Allah SWT melalui materi yang disajikan. Allah SWT merupakan pencipta sekaligus penguasa alam semesta yang memiliki kebesaran yang tak tertandingi. 

Semuanya diciptakan Allah SWT dengan keagungan dan kasih sayang Nya. Segala sesuatu yang ada di bumi dan langit merupakan ciptaan Allah dan dibalik semua kebesaran Allah tersebut menyimpan banyak makna yang akan menambah keimanan kita.
Museum Asmaul Husnah (The Beautiful Names of Allah Exhibition), Al-Madinah Al-Munawwarah


Saat mengunjungi Museum Asmaul Husna kita akan diperlihatkan betapa kecilnya kita dibandingkan dengan alam semesta ciptaan Allah SWT. Tampak juga pada galeri ini disajikan Milyaran Planet yang ada di antariksa. Bahkan terdapat replika tata galaksi, hingga sebuah bintang terbaru yang memiliki ukuran volume 5 miliar kali dari besarnya matahari sebagai pusat tata surya. Sehingga kita akan kembali menyadari betapa kecilnya kita di hadapan Allah SWT, Sang Maha Pencipta.

Setelah melintasi ruangan yang di penuhi Asmaul Husna, para pengunjung akan diajak masuk ke ruangan yang dinamakan 'Panorama Display Hall'. Di ruangan berukuran 10x5 meter ini terdapat layar besar yang disusun dari 32 layar TV LCD berukuran 42 inch. 

Layar tersebut menggambarkan betapa luasnya alam raya. Mulai dari foto jamaah yang salat di Masjid Nabawi, kemudian ditarik ribuan kilometer ke atas menuju alam raya. Video singkat tersebut menggambarkan kebesaran Allah SWT sang maha pencipta.

Selain itu masih banyak lagi suguhan di galeri ini. Jamaah haji dibuat takjub menyaksikan bukti kekuasaan Allah. Meskipun ini bukan kunjungan kami untuk pertama kali, tetapi kami senang bisa kembali berkunjung ke galeri ini. Subhanallah, kita menjadi semakin kagum dengan kebesaran Allah.
Museum Asmaul Husnah (The Beautiful Names of Allah Exhibition), Al-Madinah Al-Munawwarah


Tepat pada jam 09.00 WAS kunjungan ke Museum Asmaul Husna kami akhiri. Sebelum keluar Museum kami sempat membeli oleh-oleh di dekat pintu keluar. Kami membeli sebuah buku yang berisi nama-nama Allah yang indah, yang lengkap dengan arti dan penjelasannya. Buku ini dihargai 5 Riyal per buahnya. 
Buku The Beautiful Names of Allah Exhibition, Al-Madinah Al-Munawwarah


Selanjutnya kami segera keluar untuk menuju ke museum lainnya, yaitu ke Museum sejarah Nabi Muhammad (Muhammad is The Messenger Of Allah). Museum ini terletak di Gate 8 pada sisi barat dari Masjid Nabawi. Letak bangunan Muhammad is The Messenger Of Allah ini saling bersebelahan dengan bangunan The Beautiful Names of Allah Exhibition.  

Pameran di Muhammad is The Messenger Of Allah ini menyoroti aspek tentang biografi Nabi Muhammad. Pada pameran yang mengesankan ini, kita disuguhkan teknologi modern. Pameran ini menyajikan riwayat kehidupan Nabi sehari-hari mulai dari bangun pagi sampai dengan tidur malam.  
Museum sejarah Nabi Muhammad (Muhammad is The Messenger Of Allah), Al-Madinah Al-Munawwarah


Sama seperti saat memasuki ruangan The Beautiful Names of Allah Exhibition, maka di ruangan Muhammad is The Messenger Of Allah, kita juga tidak di pungut biaya tiket masuk. Pengunjung akan langsung disapa oleh guide yang berasal dari mahasiswa dan mukimin dari Indonesia. Kami semua mendapat penjelasan dari guide dan layanan ini gratis tanpa di pungut biaya sedikitpun.

Kalau biasanya museum berisi artefak kuno, maka beda dengan di museum Nabi Muhammad ini. Di Muhammad is The Messenger Of Allah semua penggambaran tentang sejarah kehidupan nabi menggunakan diorama dan gambar, bukan dengan benda atau artefak peninggalan nabi. Jadi belajar tentang Islam pastinya bisa dilakukan dengan banyak hal, dan salah satunya lewat museum ini. 

Jangan harap Kamu akan menemukan benda atau artefak kuno di museum ini. Di dalam museum ini ada miniatur rumah tempat tinggal Nabi, sejarah perkembangan Masjid Nabawi, sejarah kemenangan peperangan islam dan masih banyak lagi yang dipamerkan dengan teknologi modern yang canggih. Melalui diorama yang sangat menarik ini kita bisa menggambarkan kehidupan Rasulullah dalam setiap fasenya dan juga membayangkan setiap etape perjalanan Rasulullah kala itu.

Tidak hanya itu, sebuah diorama yang menggambarkan suasana padang tandus di daerah Makkah dan Madinah juga dapat dilihat. Pengunjung bisa membayangkan perjuangan berat Rasulullah saat hijrah dari Makkah ke Madinah dengan menunggangi onta.

Replika lainnya adalah bangunan awal Masjid Nabawi, tempat pertama yang dibangun Rasulullah setiba di Madinah. Terlihat bangunan masjid itu dindingnya terbuat dari batu bata yang disusun dengan lumpur tanah. Sementara lantainya dibuat menghampar dari pasir dan kerikil-kerikil kecil. 

Yang lebih menarik, ada replika tempat tinggal dan kamar Rasulullah bersama istrinya, Aisyah. Ruangan tersebut sangat sederhana. Tak ada perabotan istimewa, hanya tempat tidur dan bangku panjang menghiasi ruang tamu dan kamar.

Jadi buat Kamu yang punya rencana mau pergi haji atau umroh, mungkin Kamu bisa luangkan waktu sejenak buat berkunjung ke Museum sejarah Nabi Muhammad yang di dalamnya banyak menampilkan sejarah tentang kehidupan nabi di masa silam. Jadi nggak ada alasan buat Kamu nggak mampir kalau lagi berada di Al-Madinah Al-Munawwarah. Mudah-mudahan Kamu juga bisa berkunjung ke Museum sejarah Nabi Muhammad ini ya gais suatu saat nanti. Amiiin.
Museum sejarah Nabi Muhammad (Muhammad is The Messenger Of Allah), Al-Madinah Al-Munawwarah


Pada jam 10.00 WAS kami meninggalkan Museum sejarah Nabi Muhammad (Muhammad is The Messenger Of Allah), dan kami akan berjalan ke tujuan berikutnya yaitu ke Museum Al Qur’an. Maka kami akan berjalan dari sisi barat Masjid Nabawi menuju ke sisi selatan Masjid Nabawi untuk sampai ke Museum Al Qur’an. Seperti biasanya, setiap acara ziarah maupun City Tour akan diselesaikan sebelum masuknya waktu shalat zuhur. 
Suasana sisi barat Masjid Nabawi ketika pagi hari


Museum Al Qur’an (The Holy Qur’an Exhibition) merupakan salah satu tempat yang layak untuk dikunjungi bagi para jamaah haji dan umroh di Kota Madinah. The Holy Qur’an Exhibition ini terletak di Pintu 5 sebelah selatan Masjid Nabawi. Di museum ini, berbagai macam naskah Alquran dari tahun ke tahun dipamerkan. 

"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya." (QS. Al-Hijr: Ayat 9). Di Museum ini ada Al Qur'an yang di pamerkan mulai dari ratusan tahun yang lalu bahkan sampai yang tertua hampir 1.000 tahun yang lalu. Ada juga Al Qur’an terbesar di dunia, ada berbagai alat media untuk menulis  Al Qur’an  sampai Al Qur’an  yang di tulis dengan tinta emas bisa kita temukan. Selain menampilkan Al Qur’an, beberapa ruangan museum juga menyajikan tayangan audio visual sejarah Al Qur’an.   

Museum ini juga dilengkapi tim pemandu wisata yang terlatih dan berkualitas yang menguasai bahasa yang berbeda-beda. Guide yang berasal dari mahasiswa dan mukimin dari Indonesia langsung menyapa kami dengan ramah dan segera memberikan penjelasan tentang Museum Al Qur’an sebelum kami mulai berjalan masuk ke ruang pamernya. Museum ini terbuka untuk umum dan tidak memungut biaya alias gratis.
Museum Al Qur’an (The Holy Qur’an Exhibition), Al-Madinah Al-Munawwarah


Al-Qur'an merupakan kalam Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Aneka koleksi naskah kuno Al Qur’an dipamerkan dalam museum ini. Saat pertama kali masuk ke museum ini, kita dapat menemukan Al Qur’an yang di tulisan tangan ”Terbesar” oleh Ghulam Muhyiddeen pada tahun 1240 H / 1825 M atau 197 tahun Hijriah yang lalu dengan ukuran 143 x 80 cm dan berat 154 kg. 
Al Qur’an ”Terbesar” yang di tulis tangan, di Museum Al Qur’an (The Holy Qur’an Exhibition), Al-Madinah Al-Munawwarah
Al Qur’an ”Terbesar” yang di tulis tangan, di Museum Al Qur’an (The Holy Qur’an Exhibition), Al-Madinah Al-Munawwarah


Terus berjalan di area dalam museum, maka kita akan menemukan satu lagi Al Qur'an yang paling mengagumkan, yaitu kita dapat menemukan Al Qur’an “Tertua” yang di tulis tangan secara langsung oleh Ali Ibn Muhammad Al-Batalyoosee di tahun 488 H / 1095 M atau 949 tahun Hijriah yang lalu di atas kulit rusa dengan ukuran 15 x 15 cm.
Al Qur’an ”Tertua” yang di tulis tangan, di Museum Al Qur’an (The Holy Qur’an Exhibition), Al-Madinah Al-Munawwarah

Al Qur’an ”Tertua” yang di tulis tangan, di Museum Al Qur’an (The Holy Qur’an Exhibition), Al-Madinah Al-Munawwarah


Di Museum ini selain Al Qur’an yang “Terbesar dan Tertua” yang di tulis tangan, maka kita juga dapat menemukan Al Qur’an “Terindah” yang di tulis tangan. Jika saat ini kita bisa membaca Al Qur'an dalam bentuk kitab tertulis, maka kondisi ini sangat berbeda ketika masih zaman Rasul. Pada masa itu Al Qur'an lebih banyak bergantung pada hapalan dibandingkan dengan tulisan. Kalaupun ditulis, setiap ayatnya yang turun ditulis di pelepah kurma, lempengan-lempengan batu, kulit dan tulang binatang atau media tradisonal lain. Meskipun ditulis dalam berbagai benda, namun kesucian dan kemurnian Al Qur’an tetap terjaga hingga kini.

Di museum ini kita bisa menjumpai berbagai model alat tulis yang dulu di gunakan untuk menulis Al Qur’an. Bahan dan alat yang diperlukan untuk menulis terbilang cukup sederhana yaitu kuas/pena, tinta campuran serta media yang digunakan untuk menulis. Pada zaman dahulu pena ini terbuat dari alang-alang yang tumbuh di tepian sungai. Untuk penulisan qalam yang tebal biasanya dibuat dari batang pohon bambu. Sementara bahan tinta saat itu biasanya terbuat dari campuran tanaman seperti henna dan nilla, dimana bahan campuran tersebut disimpan terlebih dahulu beberapa waktu untuk mencapai tingkat konsentrasi tertentu. 
Bahan dan alat untuk menulis Al Qur’an zaman dahulu, di Museum Al Qur’an (The Holy Qur’an Exhibition), Al-Madinah Al-Munawwarah


Selain menulis Al Qur’an dengan tinta henna, ternyata di museum ini kita bisa menemukan Al Qur’an “Terindah” yang ditulis dengan tinta emas. Bayangkan zaman dahulu harga emas sangat-sangat mahal, tetapi untuk menulis, emas pun telah di gunakan. Dimuseum ini ada beberapa Al Qur’an yang seluruhnya ditulis dengan tinta emas dan ada beberapa Al Qur’an yang lafal Allah saja yang ditulis dengan tinta emas.

Al Qur’an “Terindah” yang di tulis tangan dengan tinta emas, di Museum Al Qur’an (The Holy Qur’an Exhibition), Al-Madinah Al-Munawwarah

Al Qur’an “Terindah” yang di tulis tangan dengan tinta emas, di Museum Al Qur’an (The Holy Qur’an Exhibition), Al-Madinah Al-Munawwarah


Di museum ini kami juga mendapatkan gambaran peran pria dan wanita dalam menjaga keaslian dan kelestarian Al Qur’an di zaman dahulu. Bila pria untuk menjaga keaslian Al Qur’an dengan cara menulisnya kembali sesuai dengan aslinya. Ditulis diatas pelepah pohon sampai ke kulit rusa dengan berbagai macam media alat tulis termasuk salah satunya dengan media emas. Bila zaman sekarang sudah lengkap fasilitas seperti lampu sebagai sumber penerangan, AC untuk menyamankan, pria hanya mampu menulis 1 buah Al Qur’an dalam waktu 2 tahun. Tetapi zaman dahulu semua fasilitas ini tidak ada, seorang pria bisa menulis Al Qur’an beberapa ratus buah dalam waktu 1 tahun. 

Sedangkan peran wanita di zaman dahulu dalam menjaga kelestarian Al Qur’an dengan cara membuat lemari Al Qur’an. Ini di contohkan oleh seorang putri raja pada tahun 1328 H / 1910 M. Bisa dilihat dari foto lemari yang saya ambil. Lemari / kabinet ini adalah sebagai tempat menyimpan Al Qur’an dengan ukiran bentuk geometris yang sangat detail. 

Lemari ini terbuat dari kayu kualiats terbaik yang sangat beautiful dan Elegant. Terdiri dari 3 buah pintu. Pintu kanan dan kiri menggambarkan Mihrab dan pintu di tengah menggambarkan Qiblat dengan nama Allah di ukir dengan gading gajah dan tiang penyanggah dari bahan perak. Perhatikan dengan seksama bahwa terdapat hanya 2 warna yang mendominasi lemari tersebut, yaitu putih dan coklat. Warna putih terbuat asli dari gading gajah sedangkan warna coklat adalah kayu asli.
"Beautiful and Elegant" lemari kayu tempat menyimpan Al Qur’an, di Museum Al Qur’an (The Holy Qur’an Exhibition), Al-Madinah Al-Munawwarah

"Beautiful and Elegant" lemari kayu tempat menyimpan Al Qur’an, di Museum Al Qur’an (The Holy Qur’an Exhibition), Al-Madinah Al-Munawwarah


Pada jam 11.00 WAS kami meninggalkan Museum Al Qur’an (The Holy Qur’an Exhibition) dan rombongan segera di bawa menuju ke pasar kurma yang terletak dibelakang Museum Al Qur’an pada Pintu 5 Masjid Nabawi. Sebenarnya pada hari Minggu, 18 September 2016, kami semua sudah dibawa untuk berbelanja kurma sebagai oleh-oleh di toko Kurma Abd Al Rahman Al Harby. Tetapi kali ini akan berbeda. Kenapa demikian ? Karena hari ini kami akan berbelanja di pasar kurma tradisional. 

Sebenarnya tidak akan sulit untuk mendapatkan kurma di Madinah, karena kurma yang paling terkenal adalah kurma Madinah, sehingga hampir semua tempat pasti menjual kurma, sehingga kota Madinah terkenal sebagai produsen kurma terbesar di Arab Saudi. Pasar ini cukup luas dengan outlet-outlet kurma berjajar. Dijamin tidak kesulitan menemukan pasar ini. Pasar Kurma Madinah yang di bangun pada 1982 oleh Pemerintah Arab Saudi ini buka mulai pukul 08.00 sampai pukul 22.00 WAS. 

Ada puluhan jenis kurma dijual di pasar ini. Kita bisa membeli aneka kurma di sini, baik kurma murni maupun kurma olahan. Berbagai kurma olahan ada, sebut saja kurma isi cokelat, kurma isi kacang, kurma isi kismis, biskuit selai kurma dan tentunya buah kurma murni Madinah yang terkenal itu. Layaknya di pasar-pasar tradisional, para pedagang Pasar Kurma Madinah juga bersaing dalam urusan memberikan harga kepada para calon pembeli. Kejelian memilih aneka jajanan kurma dan kemahiran menawar harga menjadi kunci utama bertransaksi di pasar ini. 

Khusus untuk kurma Madinah, setidaknya ada tiga klasifikasi yang sudah di kenal, yaitu kurma Ajwa, Ambhar, dan Safawi. Kurma Ajwa adalah kurma yang paling laris dan paling diminati. Tak heran, kurma jenis inilah yang paling banyak terdapat di Pasar Kurma. Bukan rasa atau pun bentuk yang menjadikan Kurma Ajwa di incar para pembeli, melainkan sebuah hadis Rasulullah SAW yang berbunyi: “Barang siapa di waktu pagi makan tujuh butir Kurma Ajwa, pada hari itu ia tidak akan kena racun maupun sihir”. Hadis yang terdapat dalam kumpulan Shahih Bukhari inilah yang membuat kurma berwarna agak kehitaman dan berkulit keriput tersebut menjadi incaran para jamaah. Mengikuti teori ekonomi, Kurma Ajwa merupakan kurma dengan harga paling mahal di bandingkan kurma jenis lainnya. 

Menyesuaikan ukuran buahnya, maka Kurma Ajwa untuk satu kilogramnya di sini dibanderol dengan harga 80 riyal (yang berkualitas super), 60 riyal (yang berkualitas sedang) dan 40 riyal untuk kurma ajwa yang terkecil. Dibanding dengan harga kurma saat berbelanja di toko Kurma Abd Al Rahman Al Harby, sekilo kurma ajwa saat itu dihargai 100 riyal (yang berkualitas super), 80 riyal (yang berkualitas sedang) dan 70 riyal untuk kurma ajwa yang termurah. Maka harga kurma yang paling laris dan paling diminati jamaah haji ini, bila beli di pasar tradisional akan jauh lebih murah bukan ?. 

Dibawah Kurma Ajwa, ada jenis Kurma Ambhar. Untuk satu kilogram kurma jenis ini, pembeli hanya mengeluarkan kocek antara 25 riyal sampai 35 riyal, tergantung besar buahnya. Kalau untuk kurma Safawi dibanderol hanya seharga 15 riyal per kilogram. Semua kurma-kurma ini bisa di cicipi sebelum membeli. 
Kurma Ajwa, di pasar kurma tradisional, Al-Madinah Al-Munawwarah


Mengapa berbelanja di kebun kurma harganya cenderung lebih mahal bila dibandingkan dengan belanja di pasar kurma ? Hal ini tentunya karena pihak pengusaha kebun kurma akan memberikan uang tips kepada para supir bis yang membawa anda atau para Jemaah ke tempatnya. Jadi kalau ke kebun kurma menurut saya fokus saja membeli kurma khususnya kurma ajwa, karena kualitasnya memang super, jangan belanja yang lain ya. Apalagi bagi Jemaah yang baru pertama kali datang haji atau umroh tentunya tidak akan tahu harga dan terkadang suka semangat berbelanja buah kurma, setelah Jemaah kembali ke hotel dan membandingkan harga buah kurma yang di jual di pasar kurma yang ada di sekitar Masjid Nabawi ini Jemaah akan merasa kecewa karena harganya di kebun kurma yang terlalu mahal. 

Jadi menurut saya, hal yang sudah pasti, bila Anda ingin membeli kurma sebagai oleh-oleh, belilah di Madinah. Alasannya tidak lain karena kurma yang di jual lebih murah di Madinah dari pada di Makkah. Selisih harga untuk satu kilogram kurma di Madinah dengan di Makkah bisa mencapai setengah kali nya. Dan untuk membeli banyak kurma dengan harga yang relatif terjangkau saran saya belilah di pasar kurma tradisional jangan membeli di kebun kurma. Sebaiknya anda jangan membeli kurma ajwa di kebun kurma karena harganya yang sangat mahal jika di bandingkan dengan harga di pasar kurma tradisional dengan kualitas yang hampir sama.
Berbagai macam kurma di pasar kurma tradisional, Al-Madinah Al-Munawwarah


Hampir bisa di pastikan, setiap Jemaah haji maupun umroh dari berbagai penjuru dunia yang berkunjung ke Tanah Suci, pasti akan menjinjing buah kurma yang berwarna coklat kehitam-hitaman ini sebagai salah satu oleh-oleh untuk dibawa pulang ke Negara asalnya. Dan akhirnya pada Jam 11.45 WAS kami selesai berbelanjan dan kami segera meninggalkan pasar kurma tradisional ini. Kami segera berjalan kembali menuju ke Pintu 5 Masjid Nabawi dan segera menuju kembali ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk meletakan semua barang belanjaan kami. 

Saat perjalanan pulang ini, kami sempat sejenak bertemu dengan sesama tenaga kesehatan yang sedang bertugas lengkap dengan ambulancenya untuk berjaga-jaga jika terdapat jemaah yang membutuhkannya. Ambulance disiagakan di setiap batas-batas kota Madinah khusus untuk melayani jemaah haji. Dengan demikian pelayanan jemaah dapat dilakukan secara cepat. 

Jumlah mobil ambulance yang disediakan oleh pemerintah Arab cukup banyak. Kita dapat melihat, hampir di setiap sisi Masjid Nabawi ada terparkir ambulance. Selain transportasi untuk keadaan darurat medis, pemerintah Arab juga menyediakan tenaga medis serta para supir ambulance yang telah terlatih untuk mengahadapi situasi darurat. Mereka di sebar ke seluruh titik Masjid Nabawi baik tempat jemaah wanita maupun tempat jemaah pria. Insiden apa pun tidak dapat diprediksi terjadi atau tidaknya, namun langkah antisipatif perlu dilakukan untuk menangani persoalan diluar prediksi.

Otoritas Arab Saudi memang benar-benar tidak tinggal diam untuk menyediakan tenaga medis, karena semua pelayanan kesehatan untuk jemaah haji disiapkan dengan fasilitas penunjang yang memadai. Sejatinya ibadah haji merupakan pelaksanaan rukun Islam yang kelima, maka sudah sepantasnya hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan ibadah tersebut mendapat perhatian dan juga dukungan dari semua pihak.
Ambulance di Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Tepat jam 12.00 WAS kami sampai di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick dan segera kami kembali lagi menuju Masjid Nabawi untuk melaksanakan shalat zuhur. Tidak menunggu lama, maka pada jam 12.15 WAS waktu shalat zuhur pun  telah masuk. 

Selesai melaksanakan shalat zuhur, pada jam 13.00 WAS kami jalan pulang menuju ke Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk makan siang. Seperti biasanya, setelah selesai makan siang sambil menunggu waktu shalat ashar, pada jam 14.30 WAS kami pergi meninggalkan Hotel Anwar Al Madinah Movenpick menuju ke pusat perbelanjaan yang ada di lantai dasar hotel. 

Saat berada di lantai dasar Hotel Anwar Al Madinah Movenpick ini kami sempat berbelanja emas yang merupakan komoditas populer di kalangan jamaah haji, dan kami membelinya untuk oleh-oleh dan investasi. Sama seperti pada tulisan saat berbelanja emas tanggal 14 September 2016 di Makkah Al-Mukkarammah dan pada tulisan tanggal 16 September 2016 di Al-Madinah Al-Munawwarah, maka pada tulisan kali ini, saya mau sharing kembali tentang membeli emas dan berikut harganya. Kenapa saya sharing ditulisan ini ?... Bukan maksud buat pamer hasil belanja kami sewaktu di Makkah dan Madinah ya, tetapi ini tujuannya untuk memberi gambaran saja buat yang mau membeli emas di Makkah dan Madinah. Jadi setidaknya sudah ada bekal nanti ketika mau belanja emas dan sudah tahu taksiran harga emas yang mau di beli. Maaf sekali lagi, ini bukan mau pamer ya !!!.  

Saat berada di Tanah Suci, selain kurma, air zam – zam dan berbagai bentuk cinderamata lainnya, salah satu barang yang paling diburu oleh jamaah adalah perhiasan emas dan permata. Baik berupa emas batangan, cincin, gelang, liontin dan sebagainya. Tren berburu oleh – oleh perhiasan emas pun dapat dengan mudah dibaca oleh pengusaha Arab Saudi. Emas ternyata komoditas yang populer di kalangan jamaah haji, terutama para kaum hawa yang membelinya.

Biasanya mereka membelinya baik dipergunakan untuk diri sendiri, untuk oleh-oleh maupun sebagai sarana investasi. Beberapa gerai toko emas ada di kota suci Makkah dan Madinah dapat dengan mudah di temukan di beberapa lokasi dekat Masjidil Haram, Makkah dan Masjid Nabawi, Madinah.  Puluhan toko emas berjajar di luar Kabah dan Masjid Nabawi, tempat yang paling suci bagi umat Islam.

Di lantai dasar Hotel Anwar Al Madinah Movenpick, tampak semua etalase toko emasnya disini dengan rak serta jendela berkilauan dengan gelang, kalung, cincin, anting, liontin dan rantai yang diukir dengan desain tradisional khas Timur Tengah dan India. Bagi banyak Muslim, ibadah haji mewakili keinginan seumur hidup dan banyak diantaranya yang ingin memperingati perjalanan tersebut dengan membeli hadiah atau oleh-oleh yang memiliki arti religius khusus.  

Perhiasan emas di Madinah ini berkualitas lebih baik, lebih detil daripada yang ada di tanah air meskipun dengan harga sedikit mahal. Desainnya cantik. Semuanya indah. Kita akan bingung yang mana yang harus di pilih. Emas yang dijual di Madinah ini murni dan tidak dicampur. Hal ini membuat Madinah menjadi sebuah pasar besar tahunan untuk logam mulia tersebut.

Saat berada di sekitaran toko emas ini, kita seakan mau membeli emas kiloan. Padahal ini semua adalah emas perhiasan loh, bukan emas batangan. Emasnya gede-gede amat. Tinggal sediakan duitnya saja. Berderet-deret semua toko emas disini sama sekali tidak memiliki sekuriti. Hanya ada beberapa pelayan toko saja dan jumlahnya juga tidak begitu banyak. 

Kami sempat kesalah satu toko untuk melihat puluhan bahkan ratusan pajangan emas dengan berbagai model. Yang pasti banyaaaak sekali. Kami sempat berbelanja. Saat ini harga emas Saudi per gramnya berkisar antara SR 170 - 180 (Saudi Arabia Riyal) atau setara dengan Rp. 615.000 – Rp. 651.000 (Nilai tukar pada saat kami berangkat ini 1 SAR = Rp. 3.620). Ini untuk harga emas dengan kadar 21 karat atau 85 persen. Harga ini bisa berbeda tergantung modelnya. Untuk ongkos pembuatan juga sesuai modelnya.  

Siang ini istri berkesempatan membeli cincin buat kenang-kenangan, di toko emas “Mansour Establishment” For Gold & Jewelry, di lantai dasar Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. Mengenai harga yang ditawarkan toko emas tersebut sebenarnya cukup tinggi. Harga ini tergantung pada model perhiasan yang dicari pembeli. Karena sebelumnya sudah membeli 2 buah gelang dan 2 buah cincin, maka pada saat ini istri hanya membeli 1 buah cincin emas dengan kadar 21 karat, dengan harga per gramnya adalah SR 170 (Saudi Arabia Riyal). Bayarnya bisa tunai maupun pakai kartu kredit. Total berat 1 buah cincin emas ini adalah 6,4 gram dengan total biaya SR 1.088. 

Emas menjadi barang favorit yang dicari jamaah, karena emas Arab dikenal memiliki kualitas yang tinggi di dunia. Kualitas emas di sini bagus, dari sisi berat maupun produksi. Ini emas solid dan harganya bagus. Emas Arab adalah yang terbaik di dunia. 
1 buah cincin emas Arab
  

Jam 15.15 WAS saya dan istri selesai sedikit berbelanja oleh-oleh, kami pun segera menuju ke Masjid Nabawi untuk menunggu waktu shalat ashar. Masjid Nabawi ini begitu luar biasa besarnya, jika sebelumnya hanya berdoa untuk pribadi, maka tidak lupa kami juga mendoakan orang-orang lain juga. Kami memilih menikmati keberadaan di Masjid Nabawi dengan menyampaikan hajat orang yang telah menitipkan doa sebelumnya dan menyampaikan doa tentang kebaikan bagi orang-orang sekitar. Karena banyak tempat yang baik untuk berdoa di sini, semoga Allah segera mengijabah doa-doa para muslim.  

Tepat jam 15.40 WAS kumandang adzan menandai masuknya waktu shalat ashar. Selesai shalat ashar kami segera kembali ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk berberes. Sore hingga malam hari ini kami hanya akan menghabiskan waktu untuk memperbanyak ibadah di Masjid Nabawi. 
Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah 


Menjelang waktu shalat maghrib pada jam 18.00 WAS saya dan istri jalan kembali menuju ke Masjid Nabawi. Dan pada jam 18.21 WAS saatnya shalat maghrib. Selesai menunaikan shalat maghrib dan menunggu masuknya waktu shalat ishya saya dan istri uda janjian akan tetap menunggu di dalam Masjid Nabawi sampai tiba waktu masuknya waktu shalat ishya. Tepat jam 19.51 WAS masuk waktu shalat ishya. 

Selesai shalat ishya jam 20.30 WAS saya segera keluar dari dalam Masjid Nabawi menuju ke tempat janjian saya ketemu sama istri di Gate 15 H dari Masjid Nabawi. Alhamdulilah kami bertemu kembali dan kami segera menuju ke Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk makan malam. Selesai makan malam kami pun kembali ke kamar untuk istirahat. 

Doa kami menutup hari ini semoga kecintaan kami kepada Nya dan kepada Rasulullah membawa berkah bagi segenap pecinta dan pejuang muslim di muka bumi ini. Semoga semua muslim dikuatkan dan diberanikan untuk melawan segala bentuk kebatilan dan kejahilan di muka bumi. Yakin, kita tidak pernah sendiri.  


18 Dzulhijjah 1437 H (Selasa, 20 September 2016)
(Al Madinah Al Munawwarah)
Al-Madinah Al-Munawwarah


Seperti pagi dini hari sebelumnya, maka pagi ini kami juga akan melaksanakan shalat subuh di Masjid Nabawi yang memang cukup dekat dengan Hotel Anwar Al Madinah Movenpick tempat kami menginap. Hari pun masih gelap, sebelum adzan subuh pada jam 04.30 WAS saya sudah bangun dan bersiap untuk menuju ke Masjid Nabawi. Tampak pagi ini Jamaah sudah mulai ramai mendatangi Masjid Nabawi. Mereka sama seperti kami juga, yang akan menyelesaikan ibadah untuk memberi hormat kepada Nabi Muhammad SAW dan berdoa di masjidnya. Kami semua adalah jamaah yang belum mengunjungi kota Nabi, Madinah ini. Karena sejumlah besar jamaah sudah mengunjungi Madinah terlebih dahulu sebelum haji, terutama mereka yang telah tiba di awal Saudi.

Tampak jelas Kota Madinah telah mempersiapkan diri untuk menyambut para Tamu Allah ini pascahaji. Otoritas pemerintah dan badan-badan sektor swasta terkait pelayanan memastikan dua kali lipat upaya untuk membuat mereka betah tinggal di kota Nabi Muhammad SAW tersebut.

Mulai dari beberapa petugas kebersihan yang sudah sibuk dengan pekerjaan mereka menyapu dan mempersiapkan ruangan untuk shalat, sampai tampak askar pria maupun askar wanita yang sibuk dengan penjagaan pintu dan mengatur tempat shalat.  

Karena jamaah berasal dari aneka bangsa, para askar sepotong-dua potong mempelajari bahasa jamaah selain Arab sebagai bahasa utama. Dan karena jamaah Indonesia mendominasi, wajar mereka juga sedikit tahu kata penting dalam bahasa kita.

Saya dan istri berpisah untuk masuk ke dalam Masjid Nabawi. Masjid Nabawi ini memiliki 86 pintu. Masjid ini terbesar kedua di dunia setelah Masjidil Haram di Makkah yang memiliki 176 pintu. Jadi harus hafal benar dari mana kita masuk ke dalam Masjid Nabawi, sehingga saat keluar nanti tidak tersesat. 

Tepat jam 04.51 WAS adzan shalat subuh berkumandang. Setelah shalat subuh, jam 06.00 WAS kami pun segera kembali ke Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk sarapan pagi dengan makanan Prasmanan masakan International. 
Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick


Mulai hari ini kegiatan para jamaah kami adalah bebas dan dipersilahkan untuk mengemasi barang sambil memperbanyak ibadah di  Masjid Nabawi. Jadi setelah sarapan dan berberes, tepat jam 09.00 WAS saya dan istri jalan menuju ke Masjid Nabawi, untuk melaksanakan shalat dhuha. Pada jam segini tampak suasana Masjid Nabawi benar-benar sepi. 

Masjid Nabawi di Madinah ini merupakan salah satu tempat ibadah cantik yang paling disucikan umat Muslim dunia. Di balik kecantikannya, terselip berbagai hal menarik. Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi merupakan salah satu masjid yang didirikan oleh Nabi Muhammad SAW. Seperti yang telah banyak diketahui, masjid ini menjadi terbesar kedua di dunia setelah Masjidil Haram di Makkah. Masjid Nabawi ini juga merupakan tujuan bagi umat yang ingin ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.

Saat pertama kali dibangun oleh Rasulullah, Masjid Nabawi berukuran sekitar 50 meter x 50 meter. Namun seiring perkembangan zaman, serta makin banyak jamaah yang datang, masjid terus diperluas. Kini luasnya mencapai lebih dari 100 ribu meter persegi. Masjid Nabawi sendiri sekarang bahkan berkali-kali lipat lebih luas dari Kota Madinah di masa lampau. Ukurannya adalah makam Baqi yang pada masa nabi disebut ada di pinggir Madinah, tapi sekarang lokasinya sudah dekat dengan Masjid Nabawi.

Tampak Matahari telah muncul dengan anggun. Tampak saat itu payung ikonik Masjid Nabawi sedang dibuka. Jejeran payung jadi tampak seperti siluet yang indah. Jika kita memunggungi Matahari, kita akan melihat cahayanya menyorot ke marmer lantas memantul indah ke arah payung. Semburat cahaya matahari terbit ini membuat suasana makin cantik di teras masjid.

Jangan berhenti di teras saja, ayo nikmati pagi ke dalam Masjid Nabawi. Saya dan istri berpisah dan akan menikmati indahnya bagian dalam Masjid Nabawi secara sendiri-sendiri. Di tengah Masjid Nabawi juga ada payung. Cahaya mentari memberikan rona kemerahan dari payung yang menambah indah interior Masjid Nabawi. 

Bagian tengah dan belakang Masjid Nabawi relatif sepi setelah pagi hari. Kita bisa mengagumi arsitektur dan interior Masjid Nabawi. Jejeran tiang berbaris rapi dan simetris.
Interior Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah

Interior Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Kubah-kubah Masjid Nabawi berhias dengan desain geometris yang cantik di langit-langit. Indah sekali ! Belum lagi dekorasi emas yang berkilauan. Tampak petugas kebersihan masjid mengelap plat emas ini dengan teliti. Plat emas ini juga yang menghiasi pintu masjid dengan begitu indahnya. Kecantikan Masjid Nabawi memang bikin jatuh cinta.

Saat matahari telah naik lebih tinggi, kecantikan Masjid Nabawi semakin nyata adanya. Kubah hijau di atas makam Nabi Muhammad tampak jelas sekarang. Menikmati Masjid Nabawi di pagi hari adalah momen yang tidak boleh dilewatkan jamaah haji dan umroh.
Interior Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah

Interior Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Pagi menjelang siang ini, selain shalat, menikmati indahnya interior Masjid Nabawi, saya juga selalu menyempatkan  istirahat sambil meminum air zam-zam. Air zam-zam di Masjid Nabawi biasanya hanya berderet di sepanjang lorong-lorong yang lurus dengan pintu-pintu masjid. 

Namun seiring dengan semakin banyaknya jamaah haji yang sedang berziarah di Masjid Nabawi, kini air zam-zam diletakkan merata hampir diseluruh sudut Masjid Nabawi. Di hampir setiap selisih dua tiang, terdapat beberapa galon air zam-zam siap minum. 

Air zam-zam menjadi salah satu yang paling dicari jemaah haji dari seluruh dunia saat tiba di Tanah Suci. Baik di Makkah dan Madinah, setelah beribadah, para jemaah haji pasti akan mencari air zam-zam. 

Di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, tersedia dispenser di berbagai titik strategis. Selesai shalat, para jemaah akan antri menuju dispenser-dispenser yang telah dilengkapi dengan gelas-gelas plastik untuk minum. Dispenser-dispenser itu menyediakan air zam-zam dingin dan tidak dingin. 

Di Masjid Nabawi, air zam-zam diwadahi di dalam galon-galon besar berwana putih, kira-kira berukuran tiga kali galon air minum isi ulang. Bersama galon-galon ini, diletakkan pula gelas-gelas plastik sekali pakai. Seusai minum menggunakan gelas baru yang tertata rapi di sisi kanan galon yang diletakkan tenggurap, jamaah tinggal meletakkan gelas-gelas bekas minum tersebut secara terbuka bertumpuk di sisi kiri.

Pengurus Masjid Nabawi berusaha memberikan layanan terbaik bagi umat. Salah satunya adalah penyediaan air zam-zam di dalam kompleks masjid. Ya, hampir di setiap titik strategis di dalam Masjid Nabi ini terdapat dispenser air zam-zam. Terutama di jalan-jalan utama arus masuk-keluar jamaah menuju shaft (barisan) shalat terdepan Masjid Nabawi. 

Terdapat beberapa dispenser besar yang bisa dimanfaatkan jamaah menghilangkan rasa haus dengan air zam-zam. Setiap harinya Masjid Nabawi menyediakan 300 ton air zam-zam untuk jemaah. Ratusan ton air zam-zam tersebut dibawa langsung dengan truk tangki setiap harinya. Truk tangki itu mengisi air di dekat parkiran bawah tanah Kompleks Masjid Nabawi. 

Untuk penggantian galon-galon ini, pengelola Masjid menyiagakan petugas kebersihan selama 24 jam nonstop. Mereka bekerja sebagai petugas kebersihan yang setiap saat juga harus mengganti galon zam-zam jika ada yang sudah kosong.
Air zam-zam di dalam Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Sambil menikmati air zam-zam di dalam masjid bersejarah di kota Madinah ini, saya menunggu masuknya waktu shalat zuhur. Waktu sudah menunjukkan jam 11.00 WAS, sementara zuhur jam 12.15 WAS. Dari cerita istri, pada bagian perempuan saat itu sudah banyak jemaah yang berada di dalam maupun di pelataran masjid. Ternyata mereka ini juga sudah menunggu shalat zuhur. Saya sendiri tidak kesulitan untuk mencari tempat di dalam Masjid Nabawi yang beralas karpet tebal, karena memang sudah datang dari tadi pagi. Alhamdulilah tidak butuh waktu lama saya mencari tempat pada barisan yang sedikit di depan dan sedikit kosong. 

Selesai shalat zuhur, jam 13.00 WAS saya janjian ketemuan sama istri di Gate 15 H dari Masjid Nabawi. Dan kami langsung menuju ke Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk makan siang. Selesai makan siang, tanpa berlama-lama pada jam 14.00 WAS, saya dan istri kembali keluar meninggalkan Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. 

Tujuan kami kali ini adalah ke Gate 13 dari Masjid Nabawi. Angka 13  adalah angka yang membuat momok menakutkan bagi sebagian orang di belahan dunia ini. Sampai-sampai disalah satu negara mereka takut sekali untuk menggunakan angka 13 untuk penanda nomor suatu lantai bangunan. Sehingga hampir seluruh bangunan pencakar langit dan hotel di negara tersebut pada lantai 13 di loncat untuk penomorannya, yaitu dari lantai 12 langsung ke lantai 14. Waaaaaaaw... sebenarnya ada apa di balik angka tersebut ya ? 

Tetapi hal tersebut tidak berlaku di kawasan Masjid Nabawi. Cobalah anda berkunjung ke pintu nomor 13. Maka apa yang akan anda temukan? Iya benar di pintu nomor 13 adalah surganya belanja yang paling terdekat dengan Masjid Nabawi dan tepat bersebelahan dengan Bab Al Salam Seasonal Health Centre. 
Pasar tradisional di luar pintu nomor 13 Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Di Madinah ini sama seperti di Makkah, selain kita bisa menemui pusat perbelanjaan dan Mall yang terletak di Hotel berbintang, kita juga bisa menemui jejeran pedagang kaki lima. Hanya berjarak 50 meter dari gerbang pintu nomor 13 Masjid Nabawi, maka kita akan menemukan pasar tradisional. Pasar ini cukup mudah untuk di kenali. Caranya lihat saja orang yang rame lalu lalang keluar masuk dari pintu nomor 13 dengan membawa kantong kresek. 

Selain itu, pasar ini di lengkapi dengan payung tenda. Tendanya sama persis seperti model tenda di Mina. Karena pasarnya terdiri dari payung tenda, orang-orang Indonesia khususnya ibu – ibu mengenalnya dengan pasar “payung”. Dan buat bapak-bapak mengenalnya dengan “panic buying”. Karena kalau ibu-ibu dilepas disini untuk berbelanja maka dan yang pasti semuanya akan di borong.
Pasar tradisional di luar pintu nomor 13 Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Suasana di sekitar luar Masjid Nabawi di Madinah ini merupakan satu hal yang bikin rindu Tanah Suci ini. Setelah puas beribadah, kita juga bisa puas belanja di sekitar Masjid Nabawi.

Dahulu saat saya sekeluarga Umroh pada 19-27 Desembert 2015, pedagang kaki lima ini ramai menyemut tepat di depan gerbang keluar Masjid Nabawi. Hal ini dinilai mengurangi kenyamanan para Jamaah umroh dan haji yang berkunjung ke masjid suci ini. 

Tapi sejak beberapa tahun silam, para pedagang di sekitar Masjid Nabawi ini sudah direlokasi ke tempat yang lebih nyaman dan besar. Serta berada di jalur keluar masuk jamaah, jadi tetap ada kesempatan untuk belanja.
Pasar tradisional di luar pintu nomor 13 Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Pemerintah senang karena pedagang menjauh dari pintu masuk. Jamaah juga nyaman karena tidak langsung diserbu pedagang di pintu gerbang Masjid Nabawi. Pedagang pun senang karena direlokasi ke jalur lalu lintas jamaah yang ramai. Sepertinya ini solusi yang menguntungkan semua orang. Penataan lokasi jualan ini justru menjadikannya destinasi wisata belanja yang lebih asyik lagi.

Pedagang obral sangat banyak dijumpai di pasar “payung” di luar Masjid Nabawi ini. Disini kami sempat sedikit berbelanja oleh-oleh buat sanak saudara dan tetangga di Tanah Air. Barang seperti Lobe 1 Riyal per potong, Tasbih 2 Riyal per potong, Kerudung 3 Riyal per potong, Sajadah 5 Riyal per potong hingga Hijab Pasmina yang dijual mulai dari 10 Riyal per potong sangat mudah untuk di cari di pasar ini. Tidak hanya jamaah dari Indonesia yang menyerbu pedagang obralan itu, tetapi juga jamaah dari Nigeria, India, Kirgistan dan negara lainnya juga ikutan berbelanja. Selamat berbelanja ya...
Pasar tradisional di luar pintu nomor 13 Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah

Hasil borong di pasar tradisional di luar pintu nomor 13 Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Jam 15.00 WAS kami pun selesai sedikit berbelanja. Dengan suhu yang panas, rata-rata di atas 40 derajat celsius, maka kerongkongan dahaga terasa kering dan ingin minum disertai dengan perut mulai terasa benturan udara di dalam rongga usus, dan yang ini tanda berat akibat perut keroncongan. Jadi kami putuskan untuk mencari restoran.   

Tentu saja, waktu hampir 3 minggu lebih di Makkah dan Madinah, bisa membuat kami kangen akan masakan Indonesia. Meskipun 3 hari lagi kami Insya Allah telah sampai di rumah, tapi rasa rindu masakan negri tercinta sudah tak tertahan lagi. Meski mendapat layanan buffet selama di Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick dengan cita rasa Indonesia, namun kami juga harus menyesuaikan dengan makanan di tanah Arab. 

Jadilah kami berniat kuat mencari restoran khas Indonesia. Sebenarnya tidak sulit menemukan rumah makan yang menyediakan menu Indonesia di Madinah. Apalagi, jamaah haji Indonesia adalah jamaah terbanyak di Arab Saudi.

Tidak jauh dari Masjid Nabawi, terdapat salah satu restoran yang menyajikan masakan khas Tanah Air. Salah satu restoran yang cukup dikenal di kalangan jamaah haji Indonesia adalah “Rumah Makan Indonesia”. Nama Rumah Makan Indonesia itu Al-Qarat Restaurant. 

Dari Masjid Nabawi, gerakkan kaki menuju pintu 16. Lalu tinggal berjalan lurus keluar pintu 16, kita akan menemukan rumah makan khas Indonesia. Terletak di seberang jalan, dari kejauhan kita akan langsung menemukan tulisan "Rumah Makan Indonesia" yang cukup besar. Kita tinggal menyeberang jalan. Kawasan ini bernama Markaziyah. 
Rumah Makan Indonesia di Al-Madinah Al-Munawwarah


Pintu masuk ke Rumah Makan Indonesia ini berada di lantai I gedung Markaz Ilyas Center. Terdapat panah penunjuk arah yang cukup besar berwarna merah pada tulisan Rumah Makan Indonesia yang ada di sisi kanan. Terdapat eskalator yang di atasnya tertulis "Al-Qarat Restaurant". Setelah menaiki eskalator, kita tinggal berbelok ke kiri. Nah, sekarang sampailah kita di rumah makan khas Indonesia itu. Jadi Restoran ini sebenarnya terletak di lantai dua. Berkapasitas sekitar 200 tempat duduk, rumah makan ini sudah buka setelah Subuh. Restoran milik warga Arab Saudi ini beroperasi 24 jam nonstop dengan sajian menu yang beragam.

Saat memasuki restoran, deretan menu prasmanan berada di bagian kiri pintu masuk. Bermacam-macam menu tersaji di sini, mulai dari rendang, ayam cabai ijo, soto ayam, sop kambing, sop buntut, gulai, rawon, sayur bening, tumis sayuran hingga tempe dan kangkung serta menu nusantara lainnya. Kita tinggal memilih menu yang disukai dan akan dilayani pegawai restoran. 

Menu lain yang paling dicari jamaah adalah bakso. Konter bakso terpisah dari konter makanan prasmanan. Konter makanan berkuah tersebut letaknya di sebelah kanan pintu masuk atau berseberangan dengan konter prasmanan. Sedangkan penjaga dan kasir restoran duduk manis di dekat kaca mengarah ke jalan besar diantara kanan-kiri menu. 

Restoran ini cukup terkenal di kalangan artis Indonesia. Cukup banyak juga artis Indonesia yang mampir untuk mencicipi makanan khas Indonesia yang disajikan di restoran ini. Harga yang ditawarkan rumah makan ini juga bervariasi. Dengan makanan paling mahal dihargai 20-25 riyal. Sisanya bervariasi 3-15 riyal. Soal rasa, seperti bakso, mirip dengan yang dijajakan di Tanah Air. Dalam satu mangkuk berisi bihun putih, mie kuning, daun bawang dan seledri serta tiga buah bola-bola daging bakso. 
Rumah Makan Indonesia di Al-Madinah Al-Munawwarah


Bagi kami menyantap makanan di rumah makan ini cukup mengobati kerinduan akan makanan Tanah Air. Kami sangat merasa cocok dengan masakan yang disajikan. Biar ada variasi, tidak hanya makan makanan hotel saja. Restoran ini bisa menjadi pilihan bagi jamaah jika bosan dengan layanan buffet dan menu katering. Menyambangi restoran ini bisa mengobati rasa rindu dan kangen dengan masakan Indonesia. 
Rumah Makan Indonesia di Al-Madinah Al-Munawwarah


Mengisi perut tidak perlu berlama-lama. Maka pada jam 15.30 WAS kami segera meninggalkan Rumah Makan Indonesia ini dan langsung menuju ke Masjid Nabawi untuk melaksanakan shalat ashar. Tepat jam 15.40 WAS adzan dikumandangkan sebagai tanda masuk waktu shalat ashar. 

Selesai melaksanakan shalat ashar, sore jam 16.30 WAS ini kami melanjutkan langkah kaki berjalan-jalan di sekitar kota Madinah. Kali ini kami kembali menuju ke sisi utara Masjid Nabawi melalui pintu 15 dan terus melewati Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. Sore ini Matahari bersinar sangat lembut, saking lembutnya sampai-sampai kehangatannya tidak terasa. 

Sore ini kami berdua sengaja melancong agak menjauhi hotel, sekedar ingin melihat sisi lain dari kota Madinah. Jalanan yang kami lalui bersih dengan aspalnya sangat licin. Langit biru muda dengan riak-riak awan putih memayungi kota Nabi sore ini. Di sepanjang jalan yang dilalui, kami sering berpapasan dengan jamaah mancanegara. 

Di atas trotoar yang kami lalui, beberapa penjual berteriak-teriak menjajakan barang dagangannya. Sesudah shalat, seperti biasanya semua toko-toko sudah siap menerima kunjungan pembeli. Bertumpuk-tumpuk barang dagangan disusun rapi di atas meja di setiap pinggir pintu masuk toko. Kali ini kami tidak singgah ke toko-toko yang dilewati karena tujuan utama kami kali ini hanya untuk menikmati sore di kota Madinah. 
Sore hari di Al-Madinah Al-Munawwarah


Jam 17.00 WAS kami pun memutuskan untuk kembali ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. Kami kembali ke hotel untuk bersih-bersih dan berberes dan tidak terasa waktu untuk shalat maghrib pun sudah dekat. Jam 18.00 WAS kami kembali menuju ke Masjid Nabawi untuk melaksanakan shalat maghrib. Saat tiba di pelataran luar Masjid Nabawi saya dan istri berpisah masuk ke dalam Masjid Nabawi. Kami janjian akan bertemu kembali setelah melaksanakan shalat ishya di Gate 15 H Masjid Nabawi.   

Jam 18.21 WAS saat shalat maghrib pun telah tiba. Selesai menunaikan shalat maghrib dan menunggu masuknya waktu shalat ishya saya dan istri tetap menunggu di dalam Masjid Nabawi sampai tiba masuknya waktu shalat ishya. Tepat jam 19.51 WAS tiba saatnya kami melaksanakan shalat ishya. 

Selesai shalat ishya jam 20.30 WAS saya segera keluar dari dalam Masjid Nabawi menuju ke tempat janjian saya ketemu sama istri di Gate 15 H dari Masjid Nabawi. Kami bertemu kembali dan kami segera menuju ke Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk makan malam. Selesai makan malam kami pun kembali ke kamar untuk istirahat.
Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick


Alhamdullillah semua kegiatan kami hari ini berjalan lancar. Saya dan istri bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kami hingga hari ini dalam pelaksanaan ibadah haji. Baik nikmat kesehatan, nikmat ketercukupan, dan segala macam nikmat yang mustahil kami hitung satu-persatu. Bersyukur pada-Nya membuat kami lebih tenang, lebih berbahagia. Kami terus berusaha memperdalam rasa syukur. Bukan bersyukur karena bahagia, namun bersyukurlah yang membuat hidup ini bahagia.


19 Dzulhijjah 1437 H (Rabu, 21 September 2016)
(Al Madinah Al Munawwarah)
Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Sudah 6 hari kami berada di kota Madinah. Alhamdullillah, sampai hari ini kami masih diizinkan Allah untuk bershalat di Masjid Nabawi. Hari Rabu pagi dini hari ini saya dan istri sudah mulai bersiap untuk menuju ke Masjid Nabawi. Tampak hari pun masih gelap. Sebelum adzan subuh pada jam 04.00 WAS saya dan istri sudah bangun untuk bersiap-siap menuju ke Masjid Nabawi. 

Saat kami keluar dari Hotel Anwar Al Madinah Movenpick, waktu masih menunjukkan jam 04.30 WAS. Tampak jelas bilangan jamaah saban hari semakin tampak bertambah. Ketika mulai tiba di kota Madinah pada minggu lalu hanya jemaah dari Malaysia, Turki dan India yang mendominasi ruang di Masjid Nabawi. Kini berbagai identitas bangsa dengan berbagai tanda warna pada pakaian mereka, mula mengisi ruang di Masjid Nabawi sehingga hampir ke pintu akhir di sebelah belakang masjid. Tepat jam 04.51 WAS adzan subuh berkumandang. 
  
Setelah selesai shalat subuh berjamaah, maka pada jam 05.30 WAS kami pun bergegas kembali ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk memulai sarapan pagi. Sesampainya di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick kami segera menuju ke Al Salam Restaurant yang berada di lantai 1. Seperti biasanya menu yang disajikan adalah makanan Prasmanan masakan International. Setelah sarapan ini nanti kami segera berberes dan siap-siap akan menuju ke taman surga Raudhah dan ziarah ke makam Nabi dan sahabatnya.
Hotel Anwar Al Madinah Movenpick


Setelah balik dari shalat Subuh di Masjid Nabawi dan balik ke Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk bersarapan, maka tampak hari ini terasa berlainan dari hari sebelumnya. Maybe masing-masing kami menyadari ini hari yang terakhir kami berada di Madinah, kota Suci ke dua setelah Makkah dan benar-benar tidak terasa, keberadaan kami semakin mendekati hari terakhir rangkaian ibadah haji. Semua Koper dan barang-barang telah siap dikemaskan. Karena besok pagi tepat jam 08.00 WAS kami semua akan meninggalkan Madinah menuju ke Tanah Air Indonesia. 

Maka hari terakhir di pagi ini, tepat jam 08.00 WAS saya dan istri masing-masing memutuskan untuk menuju ke taman surga Raudhah serta saya akan melakukan ziarah ke makam Rasulullah Nabi Muhammad SAW, Khalifah Abu Bakar R.A dan Khalifah Umar bin Khoththob R.A. Dan setelah kami selesai dengan kegiatan masing-masing, maka kami janjian ketemu langsung di lobby Hotel Anwar Al Madinah Movenpick.  

Hari terakhir di Madinah ini kami manfaatkan sebaik-baiknya untuk melakukan perpisahan dengan Raudah dan Rasulullah. Mencurahkan perasaan, taubat dan harapan ke masa depan di taman-taman surga. Seperti biasa antrian untuk masuk ke taman surga Raudhah ini cukup panjang. Untuk dapat masuk ke Raudah, lebih kurang butuh waktu 1 jam untuk bisa masuk, kemudian 15 menit didalam Raudah diisi dengan shalat taubat, sholat hajat dan berdoa serta bersyukur atas nikmat yang telah diberikan bisa berada di masjid Rasul. 
Antrian jamaah yang akan masuk ke Raudah, Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Selesai dari taman surga Raudhah saya langsung menuju ke sisi selatan dari Masjid Nabawi. Tujuan saya adalah akan melakukan ziarah ke makam Rasulullah SAW dan sahabatnya. Kita bisa menyampaikan langsung salam kepada Rasulullah SAW dan semoga ucapan salam ini akan segera langsung juga dibalaskan oleh Rasul. Amin... 

Ya Allah berilah rahmat kepada nabi Muhammad dan keluarganya juga kepada para sahabat-sahabatnya, serta jadikan kunjungan hamba ini sebagai jalan kapada ampunan Mu dan mendapatkan syafaat nabi Mu. Ya Robb, semoga Engkau membalas semua perhatian dan pengertian teman-teman kami dengan maghfiroh dan ridhoMu, jadikan semua ini penambah eratnya persaudaraan diantara kami dan semoga Engkau mudahkan kami selama berada di tanah haram Mu hingga kami kembali pulang ke rumah kami masing-masing.

Ya Allah janganlah Kau jadikan kunjungan ini penghabisan kunjunganku kepada Nabi-Mu, izinkan hamba kembali ketempat ini bersama anak-anak kami di lain hari nanti, dan bekalilah hamba keselamatan dalam perjalanan selanjutnya. Terasa berat kaki melangkah, karena hati masih terikat, namun meskipun dengan deraian air mata, kami tetap harus melangkah meninggalkan masjid dan persemayaman nabi. 
Ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW, Khalifah Abu Bakar R.A dan Khalifah Umar bin Khoththob R.A, Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Jam 10.00 WAS selesai saya dari Raudah dan ziarah ke makam nabi, saya kembali pulang menuju ke lobby Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk menjemput istri. Semoga kesempatan yang sama untuk berada di kota ini dalam waktu yang cukup lama dapat terulang kembali. 

Tidak mau menunggu lama, akhirnya jam 10.30 WAS kami putuskan untuk pergi meninggalkan lobby Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk menuju ke pusat perbelanjaan Bin Dawood yang berada di lantai dasar Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. Siapa yang tidak mengetahui Supermarket Bin Dawood, sebuah pusat perbelanjaan yang sangat terkenal di telinga jamaah Haji, dan mudah dicari sebab supermarket ini bisa ditemui diberbagai daerah di Makkah dan Madinah sebagai alternatif belanja lain. 

Pusat perbelanjaan ini selalu penuh setiap usai shalat berjamaah. Sehingga terlihat jamak pula para jamaah haji menenteng tas belanja berisi berbagai barang-barang yang sudah dibelinya untuk dibawa pulang. Berbagai barang dan kebutuhan dijual ditempat tersebut dengan harga yang bersaing. Barang-barang dengan merk Internasional ternama bisa dijumpai disana yang sanggup menguras kantong dan mata terbelalak buat kaum bapak.

Supermarket Bin Dawood tak ubahnya tempat-tempat belanja atau mall di kota-kota besar di Indonesia, menjual berbagai kebutuhan jamaah, mulai dari baju, parfum, sajadah, souvenir, snacks, mainan anak-anak, aneka elektronik, juga menyediakan counter-counter makanan, minuman dan buah. Mengunjungi Bin Dawood anda akan merasa nyaman dan seperti berada di mall di Indonesia. Seperti halnya di supermarket di Indonesia, diskon menarik bisa didapatkan di tempat belanja ini. 

Menurut saya bila terpepet dan selalu ada aja yang kurang untuk di bawa buat bekal oleh-oleh, maka Supermarket Bin Dawood sebagai salah satu tempat alternatif untuk berbelanja yang mudah di cari dan mudah dijangkau dengan harga yang relatif terjangkau.
Supermarket Bin Dawood di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick


Selesai sedikit berbelanja, maka pada jam 11.30 WAS kami kembali pulang ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick tempat kami menginap. Jam 12.00 WAS kami sudah bersiap kembali menuju ke Masjid Nabawi untuk melaksanakan shalat Zuhur. Tepat jam 12.15 WAS tibalah waktu shalat Zuhur. Selesai shalat Zuhur jam 13.00 WAS saya dan istri janjian ketemu di Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk makan siang. Sama seperti hari sebelumnya, maka selesai makan siang, pada  jam 14.30 WAS saya dan istri pergi meninggalkan Hotel Anwar Al Madinah Movenpick.   

Seperti jamaah lain, usai menunaikan ibadah haji, jamaah tak lantas pulang dengan tangan kosong. Toko emas, toko peci dan sorban hingga toko baju abaya pun menjadi sasaran jamaah haji untuk berbelanja oleh-oleh bagi sanak keluarga. Untuk hari terakhir di Madinah ini kami akan mencari beberapa abaya. Segera kami menuju ke lantai dasar Hotel Anwar Al Madinah Movenpick.   
   
Kami langsung saja ke lantai bawah dengan menggunakan eskalator. Begitu sampai, kami langsung disambut jajaran pedagang. Sepanjang perjalanan tampak cara para pedagang Arab untuk menarik pembeli tak kalah atraktif. Salah satunya dengan teriakan memuji-muji seperti, "Indonesia bagus, Indonesia Bagus, Mari-mari, Ini murah-murah. Ayo, ayo, lihat dulu-lihat dulu Kakak," kata para pedagang Arab dengan bahasa indonesia yang masih terbata-bata... Teriakan pedagang di toko sepanjang sisi jalan dengan logat ke arab-araban ini menjadi daya tarik pejalan kaki, terutama jamaah asal Indonesia. Hampir semua pedagang bisa berbahasa Indonesia. Jadi siapa yang tidak tergiur singgah, “rayuan pulau kelapa” kalah saing dengan dengan “rayuan Indonesia bagus” seperti ini. 

Jualan disini bermacam-macam dan sangat beragam, dari sajadah, baju gamis laki-laki, aneka sorban, mainan anak-anak, macam-macam penganan termasuk permen coklat, aneka kurma kemasan dan tentu saja… abaya yang kami cari. Abaya di sini terkenal dengan istilah “Abaya Arba’in”. Arba’a artitnya 4. Jika ditambah akhiran ‘in’ maksudnya 40. Jadi “Abaya Arba’in” Maksudnya 40 riyal per potongnya. 

Abaya-abaya di sini memang kebanyakan dijual dengan harga 40 riyal saja. Tidak cuma yang harga 40 riyal, sich. Yang harga maksimal bisa mencapai 200 riyal per potongnya juga ada di sini. Tapi kalau hanya untuk oleh-oleh, bolehlah diborong ini si “Abaya Arba’in”. Corak dan motif juga kece-kece, kok. Yap, abaya tidak mesti hitam polos. Malah ada juga abaya yang motifnya lumayan ramai. Lihat saja “Abaya Arba’in” di bawah ini yang kami beli untuk oleh-oleh. Motifnya, komplit, plit, plit.
Hasil borong “Abaya Arba’in”, Al-Madinah Al-Munawwarah


Suasana belanja di pertokoan di bawah Hotel Anwar Al Madinah Movenpick ini cukup nyaman. Full AC yang jelas, sich. Kalau lapar dan haus, bisa ngumpulin tenaga dengan menikmati banyak makanan dan minuman yang dijajakan oleh pedagang-pedagang di situ. Eit, jangan belanjanya saja yang kuat, ibadahnya juga harus “pancen oye” dong, ya. 

Tepat jam 15.30 WAS kami segera meninggalkan pusat perbelanjaan dan langsung menuju ke Masjid Nabawi untuk melaksanakan shalat ashar. Tepat jam 15.40 WAS adzan dikumandangkan sebagai tanda masuk waktu shalat ashar. Selesai melaksanakan shalat ashar, sore jam 16.30 WAS, kami segera pulang menuju ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk beristirahat. 
Hotel Anwar Al Madinah Movenpick


Tepat jam 17.30 WAS kami keluar dari Hotel Anwar Al Madinah Movenpick dan kami segera menuju ke Masjid Nabawi. Kami memang sengaja datang lebih awal dari biasanya, karena hari ini adalah hari terakhir kami berada di kota Madinah dan kami tidak mau melewatkan detik-detik proses menutupnya payung-payung raksasa di pelararan luar Masjid Nabawi. Meskipun pada hari-hari sebelumnya kami sudah sering melihat dan mendokumentasikannya. Kali ini kami berencana ingin menyaksikan proses menutup payung raksasa di sisi utara Masjid Nabawi.  

Payung raksasa di Masjid Nabawi terbuka setiap subuh dan tutup menjelang azan magrib. Payung-payung ini dikendalikan secara otomatis, terbuka dan menutup sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. Proses payung raksasa mulai terbuka dan menutup di Masjid Nabawi ini menjadi pemandangan menarik yang dilihat rata-rata setiap jamaah dari luar Madinah. Tidak terlalu lama kami menunggu, tepat jam 17.45 WAS payung raksasa dengan lebar payung 25 meter dan tingginya 20 meter ini sudah tampak mulai menutup secara berlahan.
Proses menutupnya payung-payung raksasa di Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah

Proses menutupnya payung-payung raksasa di Masjid Nabawi, Al-Madinah Al-Munawwarah


Tampak tiap payung didesain dengan sangat modern namun tetap menyatu apik dengan arsitektur Masjid Nabawi. Material payung raksasa ini didesain khusus untuk menangkal sinar matahari. Ini untuk menghindari para jamaah dari teriknya matahari Arab Saudi, yang tidak jarang mencapai 45 derajat Celcius. 

Seperti bunga mekar lalu kuncup, payung otomatis ini diprogram untuk melipat dan membuka dalam beberapa menit. Baik proses membuka atau menutupnya puluhan payung raksasa ini hingga sempurna memakan waktu kurang lebih 3 menit. Para jamaah tampak terpesona saat payung raksasa mulai menutup berlatar langit senja.  
Proses menutupnya payung-payung raksasa di Masjid Nabawi telah selesai, Al-Madinah Al-Munawwarah



Selesai menyaksikan proses menutupnya payung raksasa di pelataran luar Masjid Nabawi, maka jam 17.50 WAS saya dan istri berpisah untuk masuk kedalam Masjid Nabawi. Kami janjian akan bertemu kembali setelah melaksanakan shalat ishya di Gate 15 H Masjid Nabawi.  Tepat jam 18.21 WAS saat shalat maghrib pun telah tiba. Selesai menunaikan shalat maghrib dan menunggu masuknya waktu shalat ishya, saya dan istri sudah janjian tetap akan menunggu di dalam Masjid Nabawi sampai tiba masuknya waktu shalat ishya. Tepat jam 19.51 WAS tiba saatnya kami melaksanakan shalat ishya. Selesai shalat ishya jam 20.30 WAS saya segera keluar dari dalam Masjid Nabawi menuju ke tempat janjian saya ketemu sama istri di Gate 15 H dari Masjid Nabawi. Kami bertemu kembali dan kami segera menuju ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk makan malam. 

Saat dalam perjalanan pulang ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick ini kami sempat terakhir kali membeli oleh-oleh. Berhubung semua koper sudah kami kemas rapi sejak tanggal 18 September 2016, maka kami hanya akan membeli oleh-oleh yang kecil, tidak berat dan mudah untuk di selipkan ke dalam  koper. Pilihan kami kali ini adalah membeli beberapa buah Topi Pakistan. Topi ini merupakan handmade dari Designer tenun tradisional Pakistan dengan Strip multicolor yang cantik. Topi ini di bandrol dengan harga 8 Riyal per potongnya.   
Hasil borong Topi Pakistan, Al-Madinah Al-Munawwarah
   

Jam 20.50 WAS kami selesai berbelanja dan kami langsung menuju ke kamar di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. Segera kami selipkan barang belanjaan kami untuk yang terkhir kali ini ke dalam koper. Tidak lama menunggu tepat jam 21.00 WAS petugas koper dari pihak agen biro perjalanan PT. Siar Haramain International Wisata datang ke kamar untuk menimbang semua koper para jamaah dan segera mengumpulnya. Alhamdulilah, koper kami tidak berlebih dari jatah bagasi yang sudah diberikan sebanyak 30 kg per orang.  

Selesai urusan koper, jam 21.15 WAS kami langsung menuju ke Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk makan malam yang sedikit terlambat. Dan selesai makan malam kami pun langsung menuju kembali ke kamar untuk istirahat. Karena jam 08.00 WAS besok pagi kami harus sudah ada di dalam bus yang akan membawa kami menuju Jeddah. Jadi malam ini adalah malam terakhir kami di Madinah. 

Perpisahan memang sebuah kemestian jika ada pertemuan di awalnya. Di sini pertemuan adalah sebuah kemestian. Apalagi perpisahannya. Yang terpenting adalah jangan sampai kita dipisahkan dari rahmat Allah sampai hari akhir nanti. Saya berdoa dan meminta kepada Allah, berilah kesempatan kepada kami untuk bisa datang kembali.


20 Dzulhijjah 1437 H (Kamis, 22 September 2016)
(Al Madinah Al Munawwarah - Jeddah)
Masjid Arrahmah, Masjid Terapung di Laut Merah, Corniche Road, Al Shati Jeddah Arab Saudi‎


Pagi subuh ini adalah Shalat kami terakhir di Masjid Nabawi, yang menandai tibanya waktu untuk berpisah dengan kota yang begitu sendu, karena Madinah adalah kota yang begitu dicintai oleh Rasul, yang mana di Madinah ini kita bisa terus berada di Masjid Nabawi yang dibangun oleh Rasulullah SAW, Raudhah atau taman-taman surga dan ziarah ke makam Rasulullah serta Khalifah Abu Bakar R.A dan Khalifah Umar bin Khoththob R.A serta Siti Aisyah dan Utsman bin Affan di Baqee. Perpisahan Rasul sejak hijrah ke Madinah tidak pernah lagi kembali ke Makkah kecuali untuk melaksanakan Haji Wada.  

Pagi terakhir ini kami mulai berangkat jam 04.15 WAS dari Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk menuju ke Masjid Nabawi. Seperti hari sebelumnya, untuk masuk ke Masjid Nabawi saya dan istri berpisah di Gate 15 H dari Masjid Nabawi. Kami akan masuk terpisah ke dalam Masjid Nabawi untuk memperbanyak ibadah dan Qiyamul Lail sambil menunggu masuknya waktu shalat Subuh. 

Pagi menjelang subuh ini, suasana di Masjid Nabawi ini sudah tampak ramai dengan para jemaah. Masjid Nabawi ini buka selama 24 jam setiap hari. Jamaah umrah atau haji bisa mengunjunginya kapan saja karena masjid ini tidak pernah sepi. Waktu tengah malam sampai subuh, adalah waktu favorit bagi jamaah yang ingin mencari sepi menuju ke Raudhah. Iya tapi untuk ukuran Masjid Nabawi, jamaah ratusan ribu orang, tinggal menjadi beberapa ribu saja, jadi akan tetap tampak ramai. Semua orang khusyuk beribadah dan waktu seolah berhenti di sana mentari mulai menjemput Subuh.  

Tepat jam 04.51 WAS adzan subuh yang menggetarkan jiwa berkumandang. Semua hiruk pikuk dini hari ini, seolah berhenti ketika Azan subuh berkumandang. Dalam langit yang kelam, suara Azan membelah angkasa. Melantun merdu membangunkan dengan lembut mereka yang tertidur di pelosok Madinah. "Allahu akbar, Allaahu akbar...." melanggam sang muazin dengan suara indahnya.

Kegiatan Qiyamul Lail ku akhiri ketika Azan Subuh mulai berkumandang. Azan di Masjid Nabawi ini menggetarkan jiwa siapapun yang mendengarnya, dan menjadi rindu dibuatnya. Perjalanan religi ke Masjid Nabawi ini saat umrah dan haji adalah kesempatan untuk mendengarkan Azan yang begitu indah dan merdu. 

Hingar bingar manusia di Masjid Nabawi seperti lenyap. Di dalam Masjid Nabawi, Azan itu begitu membahana dari segala arah. Kita makin tenggelam dalam sujud, merasa betapa kecilnya kita manusia di hadapan Dia. Ketika sholat subuh telah usai, memecahlah tangis manusia yang ingin berkeluh kesah dengan Tuhannya. Dalam lirih doa, dalam sujud, dalam tengadah tangan meminta ampunan Allah. Ribuan orang ada di Masjid Nabawi tapi setiap manusia di sana memohon dengan berbagi momen pribadinya hanya kepada Allah. 

Jam 05.30 WAS langit mulai terang. Manusia-manusia kembali bertebaran ke luar segala penjuru Masjid Nabawi. Saya segera ke Gate 15 H dari Masjid Nabawi  untuk menjemput istri dan kami pun bergegas kembali ke Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk memulai sarapan pagi. Sesampainya di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick kami segera menuju ke Al Salam Restaurant yang berada di lantai 1. Seperti biasanya menu yang disajikan adalah makanan Prasmanan masakan International. Setelah sarapan ini nanti kami segera berberes dan siap-siap akan menuju ke Jeddah.
Al Salam Restaurant di Hotel Anwar Al Madinah Movenpick


Jam 07.30 WAS semua jamaah telah selesai sarapan dan kami semua sudah bersiap kumpul di lobby Hotel Anwar Al Madinah Movenpick. Jujur kalau ditanya, saya sangat kerasan di tanah Haram ini. Begitu banyak kenangan yang saya peroleh disini. Kota Madinah dan Masjid Nabawi, menawarkan keramahan, persahabatan dan berbagai pelajaran berharga. 


Terima kasih ya Allah, Jangan catat ini sebagai pertemuan terakhir bagi kami dan kelak kami akan kembali ke sini, bersama anak-anak ku Insya Allah. Aku selalu berdoa kepada Allah agar kami tetap istikomah di jalan-Nya. Rasa syukur atas nikmat peluang yang diberi beserta rasa sayu dan sendu karena kami akan meninggalkan bumi barokah Madinah ini. Puas dan tenang, bila dapat meluapkan segala kepada-Nya. 
Lobby Hotel Anwar Al Madinah Movenpick


Tepat jam 08.00 WAS kami semua sudah berada di dalam bus yang cukup besar dan nyaman yang siap meninggalkan Hotel Anwar Al Madinah Movenpick untuk menuju ke Jeddah. Tempat bagasinya mampu menampung semua koper besar yang kami bawa. Sekarang saatnya kami mengucapkan Au Revoir, Goodbye, Selamat Tinggal Al-Madinah Al-Munawwarah, Kota Nabi yang kami cintai ini. Sudah 6 hari kami berada di kota penuh berkah ini. Kapanpun kita ke Kota Suci ini, marilah kita berdoa agar diberi kekuatan untuk bisa kembali ke tanah ini. 

Selanjutnya akan kami ayunkan langkah dan hati menuju Jeddah, tempat di mana prosesi perjalanan pulang ke Tanah Air akan mulai kami lakukan. Pagi ini kami semua akan menempuh perjalanan selama 4 jam 30 menit untuk jarak 450 km dari Madinah ke Jeddah.  

Seperti jalan-jalan raya lain, jalan raya dari Madinah ke Jeddah merupakan jalan raya yang lebar membelah padang gurun yang sangat luas. Sebelum mencapai Kota Jeddah, kita sudah akan terpukau dengan jalanan yang membelah melewati lereng-lereng pegunungan batu yang terjal. Jalanan ini merupakan akses utama menuju Kota Jeddah. Jalanan yang panjang, lurus, mulus dan lancar tersebut dibangun dengan megah di atas gunung-gunung batu di tengah pemandangan gurun pasir. Jalan bebas hambatan tersebut sangat mulus, saya tidak merasakan adanya goncangan yang berarti. Pada titik tertentu jalan dibuat bergetar untuk mengantisipasi supir yang mengantuk. Infrastruktur jalan di Saudi ini memang sangat memanjakan para pengemudinya. Semua infrastruktur jalan antar kotanya memang sangat bagus.

Saya tidak bisa membayangkan berapa lama pemerintah Saudi membangun jalanan tersebut. Mengingat bangunannya yang begitu kokoh dan panjang. Biarpun medannya terlihat menakutkan karena hanya terdiri dari pegunungan batu dengan batu-batu terjal dan gurun pasir,  tetapi jalanan ini sangat aman dan nyaman untuk dilalui. Keselamatan sangat diperhatikan. Di tiap tikungan yang sangat curam dan belokan tajam dipasang banyak speed breaker. Jalanannya terdiri dari dua jalur yang tidak searah yang disekat dengan beton panjang. Kita tidak akan berpapasan langsung dengan mobil dari arah yang berlawanan. Di pinggiran jalan yang mengarah ke lembah juga dibangun beton-beton tinggi dan kokoh. Tiap jalur berukuran cukup lebar.

Selain jalanannya yang lebar dan mulus, juga disediakan tempat-tempat khusus bagi kendaraan yang ingin menepi. Biasanya orang-orang menepi untuk bersantai sejenak sambil menikmati hamparan perbukitan batu dan gurun pasir. Banyak yang merekam indahnya jejak alam ini melalui kamera. Bus kami sendiri dalam perjalanan dari Madinah ke Jeddah ini sama sekali tidak ada berhenti. Dari dalam bus dapat kami saksikan batu-batu terjal yang berukuran raksasa ini berjajar rapi membentuk perbukitan batu yang luas dengan dasarnya adalah panasnya gurun pasir.
Perjalanan dari Madinah ke Jeddah


Alhamdulilah, tepat jam 12.30 WAS kami semua sampai di Jeddah. Kami langsung dibawa menuju ke Masjid Terapung Laut Merah, Jeddah. Masjid Terapung Laut Merah di kota Jeddah Arab Saudi, dulunya bernama Masjid Fatimah, lalu diganti dengan nama Masjid Arrahmah. Masjid satu ini boleh jadi adalah masjid paling popular di kota Jeddah bagi para jemaah haji ataupun jemaah umroh. 

Nama masjid terapung laut merah seolah telah melekat dalam daftar kunjungan pada penyelenggara ibadah haji dan umroh di tanah air, walaupun sebenarnya tidak ada keistimewaan apapun dalam kaitannya dengan ibadah haji ataupun umroh dengan masjid satu ini, tidak ada kaintannya juga dengan sejarah Islam, jadi kunjungan ke sini hanya sebatas wisata. 

Awalnya masjid ini sempat diberi nama masjid Fatimah, tetapi dikemudian hari pengunjung ke masjid ini seakan-akan terpeleset lidah menyebut nama masjid ini menjadi Masjid Fatimah Az-Zahra dan dikait-kaitkan dengan Nama putri Rosulullah S.A.W tersebut. Untuk mencegah salah penafsiran yang berkepanjangan serta untuk meluruskan informasi, maka pada bulan Desember tahun 2010 lalu pemerintah kota Jeddah mengubah nama masjid ini dari “Masjid Fatimah” menjadi “Masjid Arrahmah”. Jadi pemerintah Arab Saudi telah mengubah nama masjid ini menjadi Masjid Arrahmah hingga hari ini. 

Penggantian nama tersebut memang disengaja, salah satu alasannya adalah untuk menghindari salah pengertian diantara para jemaah terkait dengan keberadaan masjid ini. 
Masjid Arrahmah, Masjid Terapung di Laut Merah, Corniche Road, Al Shati Jeddah Arab Saudi‎



Tepat jam 13.00 WAS kami melaksanakan shalat jamak takdim dan qashar zuhur beserta ashar di Masjid Terapung Laut Merah, Jeddah ini. Selesai shalat kami sempat sejenak melihat sekitaran luar masjid. Tampak masjid ini berdiri tepat di pinggir pantai. Tiang-tiang pondasinya merupakan beton-beton besar yang menancap kokoh ke dalam laut. Bangunan utama masjid berada di atas beton-beton pondasi yang terlihat dengan mata. Pondasi dasar masjid ini tampak seperti tangan-tangan yang mengangkat bangunan masjid. Inilah sebabnya Masjid Arrahmah punya julukan sebagai masjid terapung.

Dari atas Masjid Terapung ini kita bisa langsung melihat luasnya Laut Merah di hadapan kita. Kendati pemandangan di pantai Laut Merah ini tidak seindah pemandangan pantai-pantai di Indonesia, namun para jamaah tetap terpikat dengan laut yang sarat dengan sejarah kisah Nabi Musa dan Firaun tersebut.  Laut Merahnya sendiri memang disebutkan dalam Al-Qur’an dalam kisah Nabi Musa A.S. yang dikejar oleh Fir’aun dan tentaranya kemudian atas izin Allah S.W.T beliau berhasil menyeberangi Laut Merah yang terbelah hingga selamat sampai ke Palestina bersama para pengikut setianya, sedangkan Fir’aun dan bala tentaranya tewas ditelan oleh Laut Merah.

Saat ini Laut Merah memang telah disulap Pemerintah Arab Saudi sebagai kawasan wisata mewah nan megah di Jeddah. Disepanjang Pantai Laut Merah Jeddah, Arab Saudi, merupakan kawasan baru yang dikembangkan oleh otoritas Saudi sebagai kawasan wisata. Di kawasan seluas 30 kilometer persegi ini, terdapat air mancur tertinggi di dunia yang diberi nama Air Mancur King Fahd. Di sepanjang pantai Laut Merah ini juga tersedia arena bermain dan rekreasi keluarga yang dipercantik dengan berbagai ukiran modern nan besar. 
Laut Merah tampak dari Masjid Arrahmah, Masjid Terapung  di Corniche Road, Al Shati Jeddah Arab Saudi


Setelah selesai shalat dan melihat sekitaran luar Masjid Arrahmah, maka tepat jam 13.20 WAS kami semua meninggalkan Masjid Arrahmah dan segera menuju ke salah satu rumah makan khas Indonesia untuk makan siang. Restoran ini masih terletak di kawasan Laut Merah, yang tidak jauh dari Masjid Arrahmah. Jam 13.30 WAS kami sudah sampai di restoran tersebut. Disini kami makan siang dengan menu prasmanan dan nuansa tradisional yang terdiri dari nasi putih, daging dendeng, ayam goreng, sate lilit ikan, telur balado, urap, sambal goreng ati, sambal dabu-dabu, rempeyek, kerupuk, air mineral dan iced tea. Pokoknya makan siang kali ini sungguh pas di lidah. 

Jam 14.30 WAS kami selesai menikmati makan siang dan segera meluncur menuju objek yang selalu menjadi sasaran jamaah haji dan jamaah umrah dari berbagai negara, yaitu Balad Corniche Commercial Center. Pusat perdagangan yang terkenal dengan sebutan Pasar Balad ini adalah salah satu ikon Kota Jeddah. 

Jam 14.45 WAS kami tiba di pasar Balad dan kami diberi waktu sampai jam 16.00 WAS untuk kembali dan berkumpul ke dalam bus. Memang Kota Jeddah sendiri sudah berdiri sejak sebelum Islam, namun titik awal perkembangan pesat kota ini terjadi pada masa pemeritahan Khalifah Usman Bin Affan, Khalifah ke-tiga dari jajaran Khulafaur Rasyidin. Sejak didirikan di tahun ke 26 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 674 Masehi oleh Khalifah Utsman bin Affan, Jeddah memang merupakan titik temu lalu lintas perdagangan yang dilakukan para saudagar Yaman dan Eropa. Pasar Balad ibarat monumen hidup aktivitas perdagangan di kota pelabuhan utama jazirah Arab ini. 

Beliau yang pertama kali menjadikan kota Jeddah sebagai kota pelabuhan laut internasional bagi jemaah haji yang datang dari seluruh penjuru dunia, sehingga menjadikan Jeddah sebagai gerbang utama bagi para calon haji untuk menuju ke Makkah dan Madinah, karenanya kota Jeddah juga mendapatkan julukan sebagai “Pintu Gerbang Dua Tanah Haram”. 

Seperti halnya kota metropolitan lainnya di bagian dunia yang lain, kota Jeddah juga senantiasa bersolek, kawasan Corniche kota Jeddah merupakan salah satu kawasan yang di tata begitu indah dan sangat menawan. Wajar bila kemudian kota Jeddah ini begitu ramai dikunjungi sejak masa ke khalifahan hingga sekarang. Pemerintah Arab Saudi menyulap kawasan pantai kota Jeddah yang menghadap ke Laut Merah menjadi sebuah kawasan kota baru yang terkenal dengan sebutan Jeddah Corniche.

Bagi yang senang berbelanja atau belanjaannya masih kurang juga, maka silahkan mampir ke Balad Corniche Commercial Center. Di Balad Corniche Commercial Center selain jamaah haji dan umrah serta wisatawan luar negeri lainnya, Pasar Balad ini juga selalu disesaki penduduk asli Jeddah. Pasar ini banyak menjual kebutuhan sehari-hari dan juga berbagai suvenir. Sejingga warga Jeddah juga banyak yang belanja di sini.  

Menurut saya belanja di Balad Corniche Commercial Center tidak ubahnya seperti belanja di pasar Tanah Abang yang menjadi pusat grosir konveksi terbesar di Asia Tenggara. Di Pasar Balad banyak dijual suvenir khas Arab Saudi, seperti sajadah, tasbih, abaya, parfum, dan lain sebagainya. Sensasi belanjanya juga benar-benar seperti belanja di Indonesia. Jamaah haji dan umrah asal Indonesia adalah pembeli yang sangat disukai para pedagang di pasar ini. Alasannya, mereka menilai jamaah Indonesia paling senang berbelanja dan mengeluarkan banyak uang di pasar tersebut.

Tak heran, banyak toko di pasar ini menggunakan kata murah di belakang nama tokonya. Dapat dilihat dari penamaan toko-tokonya, sebut saja misalnya Toko Ali Murah, Toko Amir Murah, Toko Sultan Murah, Toko Kamal Murah dan lain sebagainya. Dan sangat sering kita akan menemukan kalimat “selamat datang, Wilujeng Sumping", benar-benar serasa di Indonesia sekali. Karena alasan inilah banyak pelayan toko yang bisa berbahasa Indonesia. Mereka-mereka hebat loh ngomong Indonesianya, jadi nggak perlu pusing-pusing nyari kosa kata English apalagi Aroobia. Jamaah bisa tidak merasa sedang berada di negara asing saat berada di pasar ini. Tetapi meskipun sederet nama-nama toko di Balad Corniche Commercial Center itu menggunakan nama Indonesia, tetapi yang punya tetap bukan orang Indonesia. 

Toko-toko di Balad Corniche Commercial Center ini juga menyediakan semua fasiltas yang memanjakan para pembeli, mulai dari musholah sampai kamar mandi yang cukup bersih untuk para pembelinya, baik itu mau belanja ataupun tidak belanja. Sungguh pelayanan yang memuaskan.
Balad Corniche Commercial Center, Jeddah


Menurut saya belanja di Balad Corniche Commercial Center selain kualitas barang yang tidak kalah dengan barang-barang buah tangan yang dijual di Makkah dan Madinah, Pasar Balad punya kelebihan tersendiri. Harga barang di pasar ini relatif lebih murah dengan toko-toko di Makkah dan Madinah. Oh ya belanja disini harus pintar-pintar menawar  ya. Apalagi jika jamaah membeli barang-barang incarannya dalam jumlah banyak. Harga barang yang dijual secara lusinan lebih murah dibandingkan dengan harga barang yang dijual eceran atau satuan.

Kami di Balad Corniche Commercial Center ini tidak banyak berbelanja lagi, mengingat semua barang sudah masuk ke koper. Kami hanya belanja barang yang kecil-kecil saja, sehingga bisa di selipkan di dalam koper cabin yang kami tenteng. Kami hanya membeli baju yang bertuliskan Jeddah, Saudi Arabia. Baju penuh warna-warni ini kami beli untuk anak-anak dan keponakan-keponakan. Harganya tidak terlalu mahal, untuk baju ukuran anak dibawah 2 tahun, harga 2 potong baju di bandrol 15 Riyal, sedangkan untuk baju ukuran yang lebih besar, 1 potong baju di bandrol 10 Riyal. 
Hasil borong di Balad Corniche Commercial Center, Jeddah



Setelah puas berbelanja, bagi yang ingin memanjakan perut dan lambungnya di gerai makanan yang ada di kawasan Balad Corniche Commercial Center juga tidak sulit menemukan selera rasa nusantara. Kalau Anda kangen dengan masakan tanah air tidak perlu khawatir, karena disini banyak sekali gerai makanan yang menjual masakan khas Indonesia. Salah satu contohnya adalah gerai Bakso Mang Oedin.  

Gerai Bakso Mang Oedin lokasinya outdoor yang berada tepat di samping gedung Balad Corniche Commercial Center. Gerainya cukup mudah untuk ditemukan, karena dari kejauhan lapangan parkir saja yang berjarak 300 meter sudah tampak tulisan besar “Bakso Mang Oedin” di atas bangunannya yang berwarna orange mencolok. Didaftar menunya selain menjual bakso, gerai Bakso Mang Oedin juga menjual nasi goreng, nasi soto, mie ayam, es campur, es cendol dan menu khas Indonesia lainnya. 

Karena kami semua baru saja makan siang, maka kami pun hanya berlalu tanpa singgah ke Gerai Bakso tersebut. Tapi soal rasa bisa saya pastikan asli Indonesia, karena saya pernah singgah dan makan di tempat tersebut pada saat Umroh Desember tahun 2015 kemarin. 

Segera kami kembali masuk ke dalam bus untuk melanjutkan perjalanan. Jadi menurut saya, memang sangat beralasan mengapa Balad Corniche Commercial Center banyak menjadi incaran jamaah haji dan umrah Indonesia. Ya mereka tetap memutuskan untuk pergi berwisata ke Jeddah, khususnya ke Balad Corniche Commercial Center karena memang serba Indonesia semua ada di sini. Jadi bisa wisata sejarah sekaligus juga wisata belanja. 

Tepat jam 16.00 WAS kami berangkat dari Balad Corniche Commercial Center menuju ke King Abdulaziz International Airport (KAIA) Hajj And Umrah Terminals. Bandara ini berjarak 19 kilometer dari pusat kota Jeddah. Saat di dalam bus, semua rombongan kembali mendapat bekal nasi kotak untuk makan malam nanti. 


Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz Jeddah / King Abdulaziz International Airport (JED) - Hajj Terminal  
Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz Jeddah / King Abdulaziz International Airport (JED) - Hajj Terminal



Pada jam 16.30 WAS kami sampai di King Abdulaziz International Airport (KAIA) Hajj And Umrah Terminals. King Abdulaziz International Airport (KAIA) merupakan Bandara unggulan pemerintah Saudi dalam melayani jamaah haji dan umroh, keberadaannya sangat vital. Bandara ini adalah bandara yang disebut-sebut memiliki sejuta keindahan dari fasilitas yang disediakan dari pihak bandara.

Gagasan nama bandara ini diambil dari nama Raja Arab Saudi yang pertama yaitu Raja Abdul Aziz. Bandara yang dibuka pada bulan April tahun 1981 ini memiliki kapasaitas 30 juta penumpang setiap tahunnya dengan pembaharuan yang dilakukan mulai dari tahun 2006 lalu. Saat ini beberapa fasilitas tambahan bandara mulai dibangun seperti pembangunan rel kereta api dengan kecepatan tinggi dan terminal baru agar tidak terjadi kepadatan pengunjung di bandara King Abdul Aziz.

Di bandara King Abdul Aziz ketika sore datang memiliki keindahan tersendiri jika diamati dengan saksama. Panorama senja menjadi keindahan dan daya tarik tersendiri bagi para jamaah yang berada di bandara yang satu ini. Sangat indah dan mengagumkan ketika sore datang dengan matahari berwarna kuning kemerahan memantul indah ke tenda-tenda yang berderet rapi seakan senja bersembunyi dibaliknya. 

Secara umum bandara King Abdul Aziz Jeddah memiliki 3 terminal utama dan 1 terminal VVIP. Terminal pertama adalah Terminal Utara (North) yang dipakai oleh seluruh maskapai penerbangan asing. Terminal yang kedua disebut sebagai Terminal Selatan (South) ialah terminal yang khusus digunakan secara exclusive untuk maskapai penerbangan Saudi Arabian Airlines. Terminal Ketiga disebut sebagai Terminal Haji. Terminal ini khusus  dibangun untuk mengakomodir jumlah jamaah haji dan umroh dari seluruh dunia yang terus meningkat. Sementara untuk Terminal Keempat disediakan khusus untuk raja dan keluarganya, serta rombongan tamu negara. Terminal ini juga menyediakan secara khusus area parkir pesawat VVIP dan orang – orang penting lain nya.
Proses Check in di Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz Jeddah / King Abdulaziz International Airport (JED) - Hajj Terminal


Segera rombongan jamaah kami menuju proses cek in. Semua koper yang akan di masukkan ke bagasi pesawat akan disensor secara ketat. Termasuk air Zamzam. Memang pemerintah Indonesia, pemerintah Arab dan maskapai penerbangan sudah mengimbau kepada seluruh para jemaah haji, termasuk jemaah haji Indonesia agar tidak membawa air Zamzam saat naik pesawat, karena hal ini adalah dilarang. 

Dan setiap jemaah haji Indonesia diharapkan mematuhi ketentuan yang telah disepakati antara Kementerian Agama dan maskapai penerbangan tersebut, yaitu barang bawaan tidak melebihi berat 30 kg, baik saat keberangkatan menuju Jeddah atau Madinah maupun kepulangan ke Tanah Air dan larangan membawa air Zamzam kedalam pesawat.  

Namun sebagai gantinya setiap jemaah haji Indonesia akan diberikan 5 liter air Zamzam secara cuma-cuma saat kepulangan di Bandara masing-masing nantinya. Alasannya, pemberian itu sudah disesuaikan dengan kapasitas muatan pesawat. Pemberian satu gallon 5 liter air Zamzam gratis per orang merupakan bagian dari pelayanan maskapai penerbangan kepada jemaah haji sekaligus disesuaikan dengan kalkulasi batas muatan bagasi dalam pesawat. 

Maskapai penerbangan mengutamakan keselamatan penerbangan. Jadi, air Zamzam diluar pemberian dari maskapai penerbangan tidak akan ditolerir alias ditolak. Zamzam Pasti akan tersweeping, pasti dikeluarkan dari tas atau koper. 

Jika tas atau koper dibongkar, maka barang-barang lain juga dikeluarkan. Dikhawatirkan, barang-barang yang aman untuk dibawa malah akan ketinggalan bahkan bisa hilang. Jadi saat pulang dari beribadah haji atau umrah jangan pernah memasukkan air Zamzam ke dalam koper ya, karena itu terlarang.
Deretan Counter Check in di Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz Jeddah / King Abdulaziz International Airport (JED) - Hajj Terminal


Selesai beres urusan cek in dan bagasi yang memakan waktu hingga 1 jam dan karena kami belum di perbolehkan masuk melewati  proses imigrasi, maka kami hanya dapat menunggu di area luar Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Fasilitas yang ditawarkan di Terminal Haji Bandara King Abdul Aziz Jeddah untuk para jamaah haji dan umroh meliputi area sholat, tempat istirahat, ATM, pertukaran mata uang, kantor pos, minimarket, restoran, meja informasi umum, loket informasi penerbangan, hingga klinik medis.

Pada jam 18.30 WAS kami melakukan Sholat Jamak Taqdim dan Qoshor Magrib Isya di musholah lantai dasar King Abdulaziz International Airport (KAIA) Hajj And Umrah Terminals yang berada di luar konter Cek in. Dan setelah selesai Sholat, kami seretak makan malam terlebih dahulu dengan bekal nasi kotak yang sudah di bagikan tadi saat di dalam bus.

Selesai Sholat dan makan malam, tepat jam 19.00 kami semua mendapat izin untuk melewati imigrasi. Sesaat sebelum melewati imigrasi, semua jamaah baik pria maupun wanita mendapatkan mushaf  Al-Qur'an secara gratis. 

Yang mana pada biasanya bila kami berkunjung ke percetakan Al Qur'an terbesar di dunia, yaitu Majma Malik Fahd Li Thibaah Mushaf Syarif (King Fahd Complex for Printing the Holy Qur`an) atau yang lebih dikenal sebagai Percetakan Al-Qur'an Raja Fahd hanya jamaah pria saja yang memperoleh kenang-kenangan sebuah mushaf Al-Qur'an secara gratis. Jadi untuk kali ini kami mendapatkan 2 buah mushaf Al-Qur'an gratis. 
Mushaf Al-Qur'an gratis dari Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz Jeddah / King Abdulaziz International Airport (JED) - Hajj Terminal



Setelah mendapatkan pembagian mushaf Al-Qur'an secara gratis kami melewati pemeriksaan oleh security bandara. Mulai dari pemeriksaan barang melalui X-ray Cabin juga pemeriksaan personal (body search). Body Search mencakup pemeriksaan badan. Setelah melewati walktrough kita akan diperiksa menggunakan Hand Held Metal Detector (HHMD). Sekali lagi, air Zamzan akan ikut juga tersweeping disini. 

Jadi kalau ada jemaah yang membawa air Zamzam dalam tas tentengan, maka upaya ini juga dipastikan gagal. Karena jemaah di sweeping sebelum masuk bandara. Jadi jangan beranggapan bahwa air Zamzam yang di bawa di tas kabin tidak akan tersweeping. Sebagai penumpang yang baik maka kita harus bisa mematuhi peraturan yang ada, sikap kooperatif penumpang akan membantu mencegah hal-hal yang berdampak terhadap keselamatan penerbangan dan juga memperlancar proses pemeriksaan. Untuk itu diharapkan betul kerja sama dan pengertian jemaah soal barang bawaan. 

Setidaknya untuk proses pemeriksaan barang, pemeriksaan personal (body search), proses pengecekan passport hingga proses melewati imigrasi ini memakan waktu yang tidak bisa dikatakan sebentar. Bahkan pengalaman kami dalam beberapa kali ikut umroh, urusan sampai lolos imigrasi ini dapat memakan waktu hingga 2-3 jam. 

Alhamdulilah jam 20.30 WAS kami semua lolos imigrasi dan setelah masuk melewati imigrasi kami langsung menuju ke lantai 1 King Abdulaziz International Airport (KAIA) Hajj And Umrah Terminals untuk menunggu sebelum masuk ke ruang tunggu. Setelah menunggu 15 menit akhirnya jam 20.45 WAS kami di perbolehkan untuk antri masuk ke ruang tunggu King Abdulaziz International Airport (KAIA) Hajj And Umrah Terminals. Sekali lagi dilakukan pemeriksaan X-ray Cabin dan pemeriksaan personal (body search) sebelum masuk ke ruang tunggu. 

Untuk kali ini jamaah pria dan wanita di bedakan pemeriksaannya. Semua jamaah wanita harus masuk ruang khusus dan diperiksa satu persatu oleh polisi wanita bandara. Sedangkan jamaah pria hanya berlalu melewati metal detector. Sampai disini, bisa dipastikan air Zamzam sudah tidak ada lagi yang dapat masuk ke dalam kabin pesawat. Semua tersweeping terakhir kali disiini.
Ruang tunggu Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz Jeddah / King Abdulaziz International Airport (JED) - Hajj Terminal


Di ruang tunggu King Abdulaziz International Airport (KAIA) Hajj And Umrah Terminals kami juga tidak terlalu lama menunggu. Sambil menunggu kami dapat menyaksikan betapa luas dan besarnya bandara ini. Bandara King Abdul Aziz Jeddah mempunyai luas 510 ribu meter persegi, atau sekitar 51 hektare. Terminal haji bandara ini sendiri mempunyai luasan 90 hektare, dengan tempat parkir lapangan penerbangan bisa menampung pesawat berbadan lebar sebanyak 26 unit, termasuk jenis  pesawat Airbus 380.
Bersiap meninggalkan Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz Jeddah / King Abdulaziz International Airport (JED) - Hajj Terminal



Pada jam 21.15 WAS kami sudah di persilahkan masuk ke dalam pesawat. Perasaan dihati kami hari ini adalah sedih dan gembira. Sedih karena hari ini kami akhirnya benar-benar akan meninggalkan kota Haramain "Dua Tanah Haram" Makkah dan Madinah. Gembira karena niat kami berhaji dan untuk mengunjungi Dua Kota Suci ini termakbul. Alhamdulillah. 

Akhirnya dengan shuttle bus yang canggih dan dapat menampung jamaah dalam jumlah besar, kami di bawa menuju ke pesawat Scoot Boeing 787 yang akan memberangkat kami dari Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz Jeddah menuju ke Bandar Udara Internasional Changi Singapura. 

Dengan pesawat Scoot Boeing 787 dengan nomor penerbangan TZ 591 kami akan menuju ke Bandar Udara Internasional Changi Singapura. Awalnya kami duduk terpisah di bangku 40 D dan 32 B. Pesawat Scoot Boeing 787 yang kami tumpangi ini sangat sepi sekali. Hanya membawa rombongan jamaah kami saja, tanpa ada jamaah dari agen biro perjalanan lain pun. Jadi meskipun terpisah, kami malah dapat bebas memilih tempat duduk selama penerbangan panjang ini. 
Boarding Pass Tiket Jeddah - Singapore 

Akhirnya pada penerbangan ini kami memilih untuk duduk di bangku 32 A dan 32 B. Dan tepat jam 22.00 WAS pesawat Scoot Boeing 787 yang kami tumpangi berangkat dari Jeddah menuju Singapura. Ya Allah, ya Tuhanku, Janganlah dijadikan kehadiran kami di Baitullah Makkah dan ziarah di Madinah hamba mu ini sebagai kali yang penghabisan. Berilah kesempatan kepada kami untuk bisa membawa anak cucu kami hadir di 2  kota Haramain ini. 

Kami pun segera tidur untuk beristirahat. Ini adalah cara terbaik untuk menghabiskan waktu dalam penerbangan yang lama. Saat mengambil penerbangan malam selama jam tidur normal, tidur di pesawat sangat bermanfaat untuk mengembalikan energi yang hilang, terutama dalam penerbangan panjang seperti ini. Selain itu, tidur sejenak juga bisa membantu mencegah jet lag. 



21 Dzulhijjah 1437 H (Jum’at, 23 September 2016) 
(Jeddah – Singapore – Medan)
Saat menaiki Pesawat Scoot Boeing 787 nomor penerbangan TZ 591 dari Jeddah ke Singapore



Penerbangan hari ini adalah penerbangan panjang dan lama bagi kami. Perjalanan dari Jeddah menuju Singapore ini akan kami lalui dengan penerbangan selama 9 jam 50 menit dengan jarak perjalanan 7.126 km. Untuk sekedar info kami berangkat dari Jeddah jam 22.00 WAS (Jeddah, GMT +03) dan diperkirakan tiba di Singapore jam 12.15 waktu Singapore (Singapore, GMT +08).   

Arab Saudi sendiri hanya memiliki satu zona waktu, tidak ada perbedaan waktu antara kota-kota di Arab Saudi, seperti : Makkah Al Mukkarammah – Arafah - Mina - Al Madinah Al Munawwarah – Jeddah - Riyadh. Terdapat perbedaan waktu 5 jam antara Jeddah, Arab Saudi (GMT +03) dengan Singapore (GMT +08). Atau terdapat perbedaan waktu 4 jam antara Jeddah, Arab Saudi (Arabia Standard Time / AST) dengan Medan, Indonesia (GMT +07). Jadi Arab Saudi lebih lambat 4 jam dari Medan, Indonesia atau Arab Saudi lebih lambat 5 jam dari Singapore. Jika di Jeddah, Arab Saudi jam 05.00 maka di Singapore Jam 10:00. Waktu penerbangan malam nan panjang ini kami habiskan dengan lebih banyak tidur untuk beristirahat. 

Dan kami terbangun disaat waktu akan melaksanakan shalat subuh. Waktu shalat di atas pesawat international memang agak rancu. Mengingat kita tidak tahu di atas kota apa kita saat ini sedang terbang. Bahkan mungkin malah bukan di atas kota, tetapi di atas laut, hutan, pegunungan, padang pasir dan sejenisnya, dimana memang tidak pernah dibuatkan jadwal waktu shalatnya. Jadi kalau pun kita tahu kita berada di atas titik koordinat tertentu, masih ada masalah besar yaitu tidak ada jadwal shalat untuk titik koordinat tersebut.

Jawabannya sebenarnya sederhana. Di atas pesawat yang terbang tinggi di langit itu kita justru dengan mudah bisa mengenali waktu shalat dengan sederhana. Terutama untuk Shalat subuh itu waktunya sejak terbit fajar hingga matahari terbit. Dan kalau kita berada di angkasa, mudah sekali mengenalinya. Cukup kita menengok keluar jendela, ketika gelap malam mulai hilang dan langit menunjukkan tanda-tanda terang namun matahari belum terbit, maka itulah waktu subuh. Shalatlah subuh pada waktu itu dan jangan sampai terlanjur matahari menampakkan diri. Jadi di atas pesawat yang terbang di angkasa, kita dengan mudah bisa menetapkan waktu shalat, bahkan tanpa harus melihat jam atau bertanya kepada awak pesawat.
Selesai melaksanakan shalat subuh di Pesawat Scoot Boeing 787 nomor penerbangan TZ 591 dari Jeddah ke Singapore



Setelah selesai shalat subuh, dan kami sudah tidur dan duduk terlalu lama tanpa berjalan sama sekali maka kini saatnya kami akan mengeksplore kabin pesawat Scoot Boeing 787. Bagi yang kebetulan melakukan perjalanan panjang dan membutuhkan waktu lama didalam pesawat, saya sarankan untuk sesekali bergerak keluar dari kursi tempat duduk, untuk jalan-jalan di sepanjang lorong dalam pesawat. Iya jangan dibayangkan seperti jalan-jalan cantik naik turun private jet kayak ARB dan Mbak Syahrini. Karena ini cuma jalan-jalan disepanjang lorong pesawat saja. 

Dari awal penerbangan dengan pesawat Scoot Boeing 787 dengan nomor penerbangan TZ 591 dari Jeddah menuju Singapore ini hanya membawa rombongan jamaah kami saja, tanpa ada jamaah dari agen biro perjalanan lain. Meskipun pesawat terbang merupakan moda transportasi yang tergolong mewah, namun ada kalanya juga pesawat-pesawat ini harus kembali tanpa membawa penumpang yang sesuai dengan jumlah kursi yang tersedia.

Tentu saja banyak alasan mengapa kursi-kursi di pesawat ini benar-benar kosong tanpa tambahan penumpang lainnya. Umumnya memang karena sedang low season atau memang karena hal tertentu lainnya.

Dengan sepinya penerbangan ini, maka jalan-jalan cantik kali ini kami serasa naik pesawat kosong tanpa penumpang dan tidak berdesakan serta tidak berhimpitan saat jalan-jalan di lorong-lorong dalam kabin pesawat.  

Berjalan di lorong pesawat secara berkala ini sangat berguna sekali. Dengan kita melakukan peregangan di luar kursi, maka kita dapat mencegah terjadinya Edema (pembengkakan) tungkai bawah bahkan lebih jauh kita bisa menghindari terjadinya Deep Vein Thrombosis (DVT), sumbatan darah yang dapat terbentuk di kaki ataupun panggul. Sereeeem bukan efeknya bila kita terlalu lama duduk. 

Jadi untuk menghindari hal tersebut terjadi, saya dan istri pun mulai berjalan-jalan cantik di sepanjang lorong pesawat yang kosong ini. Setelah bolak-balik belok ke kanan terus belok ke kiri, terus ngegelinding ke muka dan ke belakang, dan tak lupa koprol beberapa kali, akhirnya kami balik kembali ke kursi. 
Kabin Pesawat Scoot Boeing 787 nomor penerbangan TZ 591 dari Jeddah ke Singapore yang tampak sepi



Scoot Airlines ini merupakan maskapai penerbangan bertarif rendah (low cost airlines) jarak jauh yang memiliki basis di Singapura dan merupakan anak perusahaan dari Singapore Airlines. Asyiknya nich, untuk penerbangan Jeddah - Singapore, Scoot ini menggunakan pesawat Boeing 787. 

Kesan kami menaiki Scoot Airlines ini adalah "Nyaman". Karena kursi standar di Ekonomi kelas dengan 9 baris kesamping memiliki ukuran dan jarak antar kursi cukup lega, jauh lebih luas daripada rata-rata maskapai low-cost lainnya. Dengan demikian kaki kita bisa selonjoran hingga ke kursi depan sehingga tidur pun jadi lebih nyaman karena kaki ngak tertekuk. 
Nyamannya di Scoot Airlines

Nyamannya di Scoot Airlines



Salah satu fasilitas di Scoot Boeing 787 ini yang unik adanya Seat Button disandaran tangan. Di Scoot Airlines ini semua tombol yang biasanya berada di overhead cabinet dekat dengan pengaturan AC diletakkan di sandaran tangan. 

Melalui tombol ini akan memudahkan kita apabila kita perlu memanggil pramugari ataupun menyalakan lampu. Tetapi, karena berada disandaran tangan, seringkali tombol ini tidak sengaja tertekan. Jangan kaget kalau tiba-tiba lampu menyala sendiri atau ada pramugari mendatangi kita karena tertekan.
Seat Button di Scoot Airlines



Dengan penerbangan kelas ekonomi jarak jauh, sudah barang tentu ada saja tantangannya. Tentu setiap tantangan dapat disiasati, meskipun di kelas ekonomi tetapi kita tetap bisa merasakan seperti pada penerbangan full service. Kenapa demikian, karena penerbangan dengan Scoot Airlines penumpang sudah pasti diberikan amenity kit untuk kenyamanan selama penerbangan. 

Scoot Airlines ini menyediakan fasilitas buat kenyamanan penumpang  yang sudah di letakkan 1 paket di tiap kursi. 1 paket ini berisikan bantal tiup (Travel Pillow), penutup mata dan selimut. Semua paket ini diberikan secara gratis untuk setiap penumpang sebagai souvenir. 

Travel Pillow ini selain dapat membantu leher agar tidak cepat lelah, keberadaan bantal penyangga leher juga dapat membantu kita beristirahat selama perjalanan. Tidak kalah penting juga adalah keberadaan penutup mata. Kehadiran penutup mata / bantal mata dalam perjalanan tentunya akan membantu Anda untuk beristirahat selama mengudara. 

Sama seperti Travel Pillow dan penutup mata, maka selimut juga mempengaruhi perjalanan Anda, karena tidak semua orang kuat dengan temperatur di dalam pesawat yang bisa dibilang cukup dingin. Maka dari itu, kehadiran selimut ini akan membantu untuk melawan hawa dingin di dalam pesawat. Bagi kami semua Amenity Kit dari Scoot Airlines ini sangat membantu mengurangi ketidaknyamanan selama penerbangan kami dari Jeddah - Singapore. 
Amenity Kit dari Scoot Airlines sebagai Souvenir buat setiap penumpang



Karena pesawat Scoot Boeing 787  ini tidak terlalu full dan kebetulan kami bisa duduk di window seat, maka kami dapat menyaksikan keindahan ciptaan Allah dari ketinggian di window seat ini. 

Saat duduk di window seat ini, ada hal lain yang menarik dari pesawat Boeing 787 ini, yaitu electrochromic windows-nya. Umumnya pesawat menggunakan penutup jendela yang bisa ditarik ke arah atas atau bawah, tetapi di pesawat Boeing 787 ini, jendela yang juga berukuran lebih luas dari biasanya ini menggunakan sistem elektronik. Tapi bukan artinya pula bahwa penutupnya akan turun-naik sendiri dengan tekan tombol.

Kaca jendela pesawat Boeing 787 ini menggunakan lapisan gel yang bisa bereaksi secara kimiawi untuk membuat jendela bisa terlihat terang bening, sedikit redup hingga gelap. Tombol (panel solar) yang diletakkan di bagian bawah jendela terdiri dari 2 bagian yaitu tombol berwarna putih dan gelap. Dimana anda bisa mengatur tingkat kecerahan jendela dalam beberapa tingkatan. 

Kalau ditekan tombol yang berwarna putih maka kaca jendela akan semakin terang, demikian juga sebaliknya, jika ditekan tombol berwarna gelap maka kaca akan semakin hitam pekat. Selain memang terlihat canggih, kaca jendela dengan sistem ini juga memungkinkan kita untuk masih bisa melihat pemandangan di luar walaupun di set dalam kondisi gelap, sederhananya sama seperti kita memasang kaca film yang gelap di mobil. 
Electrochromic Windows lengkap dengan panel solar di Scoot Airlines



Selama penerbangan yang panjang dengan Scoot Airlines ini kami semua mendapatkan 2 kali makan dengan minum sepuasnya. Salah satu menu yang di sajikan untuk sarapan pagi ini adalah Nasi Lemak With Chicken and Fish Tofu.   
Nasi Lemak With Chicken and Fish Tofu, di Scoot Airlines


Setelah selesai bersantap dan mengeksplore kabin pesawat Scoot Boeing 787, sekarang saatnya kami kembali beristirahat. Dengan kursi standar yang cukup lega ini tidur kami pun cukup nyaman, ya karena kaki ngak tertetuk dan perut pun sudah kenyang. Alhamdulilah. 

Disaat kami semua tertidur, kami tersentak dengan adanya pengumuman resmi dari sang pilot. Sang pilot memberitakan bahwa 1 jam kedepan pesawat akan segera tiba di Singapore. Segera kami semua pada berberes. 


Bandar Udara Internasional Changi Singapura / Singapore Changi Airport (SIN) 
Bandar Udara Internasional Changi Singapura / Singapore Changi Airport (SIN)



Alhamdulilah tepat jam 13.30 waktu Singapore kami sampai di Bandar Udara Internasional Changi Singapura. Segera kami keluar dari pesawat dan menuju ke Departure Transit Lounge, Level 2, Transit Area, Terminal 2. Sesampainya di Transit Area, rencana awal kami akan mengikuti kegiatan Free Singapore Tour. Segera kami bergegas menuju ke loket pendaftaran Free Singapore Tour yang terletak di ujung Transit Area, Terminal 2 di Level 2. 

Tetapi saat mendaftar kami ternyata tidak dapat mencoba tour gratis yang disediakan oleh manajemen Bandar Udara Internasional Changi Singapura ini. Karena Tour ini berlaku buat penumpang yang transit atau transfer minimum 5 jam. Sedangkan waktu boarding kami menuju ke Medan nanti pada jam 18.15 waktu Singapore. Jadi kurang dari 5 jam, sehingga akan terlalu mepet dengan jadwal keberangkatan kami dari Singapore ke Medan. Tak apalah, mungkin lain waktu kami akan mencoba kembali Free Singapore Tour ini.   

Dari loket pendaftaran Free Singapore Tour ini kami pun segera menuju ke Transit Lounge, Level 3, Transit Area, Terminal 2. Saat Jam 14.00 waktu Singapore rombongan kami pun memutuskan untuk makan siang di Food Court di Level 3 ini dengan menu nasi lemak + ayam goreng + telur + pergedel persis sama seperti saat berangkat 26 hari yang lalu.  
Menu makan siang kami di Food Court, Level 3, Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport 


Jam 14.45 waktu Singapore kami sudah beres dengan urusan perut, sekarang tiba saatnya waktu shalat. Kembali kami segera turun menuju ke Mushola yang terletak di Level 2 tepat di depan Magically Garden. Diarea ini tersedia ruang khusus buat sholat yang terpisah antara laki-laki dengan perempuan yang dilengkapi dengan tempat berwudhu yang juga terpisah. Sedangkan toiletnya sendiri terletak disisi luar dari mushola. Di toilet ini kami menyempatkan untuk bersih-bersih dan berganti baju. Selesai berberes kami melaksanakan Sholat Jamak Taqdim dan Qoshor Zuhur Ashar. 
Mushola di depan Magically Garden, di Departure Transit Lounge, Level 2, Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport 



Jam 15.30 waktu Singapore selesai semua ritual makan dan ibadah sholat, kini tiba saatnya kami akan menikmati semua fasilitas gratis yang disediakan oleh pihak mangemen Bandar Udara Internasional Changi Singapura. Transit Lama di Bandar Udara Internasional Changi Singapura (Singapore Changi Airport), Mau Ngapain Aja Ya ?

Bingung mau ngapain aja di Bandara Changi ? Tidak perlu bingung, seperti biasa karena sebelum berangkat saya sudah mencari tahu kegiatan apa saja yang bisa kami lakukan di dalam Bandara Changi salama transit, tentunya selain dari kegiatan Free Singapore Tour ya. 

Tentu saja kalau transit berjam-jam di bandara menunggu pesawat lainnya adalah pekerjaan yang membosankan. Mau ke kota waktunya juga mepet, nanti takutnya ketinggalan pesawat. Solusinya adalah jalan-jalan keliling bandara. 

Dibuka pada tahun 1991, Terminal 2 telah dirubah menjadi pusat hiburan non-stop. Bandara Changi di Singapura adalah bandara yang selalu memanjakan pengunjung, baik yang mau naik pesawat atau yang sekedar transit sementara. Di area ini kita bisa mengunjungi bioskop, kebun, restoran, toko dengan merk-merk terkenal yang menjual barang tanpa dikenai pajak dan banyak lagi sambil menunggu penerbangan berikutnya. Kita serasa Feel at home dengan semua fasilitas dan pelayanan di Bandara Changi. 

Kita membutuhkan minimal 2-3 jam untuk mengunjungi semua tempat di bandara Changi, jadi jangan takut bosan di bandara ini. Saat berada di Level 2, Transit Area, segera kami menikmati beberapa fasilitas gratis yang disediakan di Bandara Changi tersebut. 

Pertama-tama kami akan menikmati fasilitas free massage chairs atau kursi pijat gratis. Penggunaan kursi pijat ini tidak ada batas waktunya, terserah mau berapa lama dan jumlahnya tersebar cukup banyak. Kita cukup saling bergantian dengan orang lain saja.   
Free massage chairs, di Departure Transit Lounge, Level 2, Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport



Setelah puas menikmati kursi pijat gratis, yang juga kebetulan sangat dekat sekali dengan Magically Garden (Taman Ajaib), maka kami pun berpindah ke Magically Garden yang juga masih berada di Departure Transit Lounge, Level 2, Transit Area, Terminal 2. Taman ini diisi dengan tumbuhan paku-pakuan raksasa beserta kolam ikan koi di sekitarnya. Kita akan terpikat oleh interaktif dan dekoratif taman ajaib ini.

Dengan panorama bunga-bunga mekar yang dilengkapi suara dari sensor gerak yang akan memicu suara alam menambah heningnya taman ini. Sementara serat - optik dan pencahayaan LED memberikan penerangan menarik dari gemerlap lampu dan taman ini dilengkapi dengan jalur pejalan kaki yang bergelombang membentuk karpet. 
Magically Garden, di Departure Transit Lounge, Level 2, Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport 


Sesuai namanya taman ini bernuansa ‘Magical’. Pusat dari taman ini terdiri dari empat giant glass bouquet yang dihiasi dengan mosaik reflektif dan berkilauan kaca. Buket-buket bunga raksasa yang dilapisi gelas kaca warna-warni ini akan memantulkan cahaya lampu yang sangat indah. Efek kilauan mozaiknya semakin mendukung nuansa ‘ajaib’. Taman ini membuat kita seperti sedang berada di negeri dongeng saja. Terletak di dalam giant glass bouquet tersebut berbagai potong bunga segar dengan beberapa pohon pakis yang tumbuh subur. Taman ini juga dilengkapi dengan sensor penyiram taman secara otomatis yang akan hidup pada jam-jam tertentu.
Magically Garden, di Departure Transit Lounge, Level 2, Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport 


Kalau sudah menemukan Magically Garden, kita tinggal jalan luruuuuus saja. Nanti selanjutnya akan bertemu dengan Orchid Garden & Koi Pond. Kami pun segera melangkah menuju ke Orchid Garden & Koi Pond. Ini merupakan taman untuk beberapa spesies anggrek tropis yang langka, beserta kolam ikan koi di dekatnya. Taman ini juga terletak di Departure Transit Lounge, Level 2, Transit Area, Terminal 2.
Orchid Garden & Koi Pond, di Departure Transit Lounge, Level 2, Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport


Sesuai namanya, Orchid Garden adalah taman yang dipenuhi oleh aneka ragam bunga anggrek yang berwarna-warni. Dibangun pada tahun 1997, Orchid Garden di Changi Airport Terminal 2 ini menampilkan sekitar 1.000 anggrek dari 30 spesies yang berbeda. Anggrek ini dikelompokkan berdasarkan warna dan bentuknya. Anggrek- anggrek ini merepresentasikan 4 utama elemen alam, yaitu Udara, Bumi, Api dan Air.
Orchid Garden & Koi Pond, di Departure Transit Lounge, Level 2, Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport

Orchid Garden & Koi Pond, di Departure Transit Lounge, Level 2, Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport


Di Orchid Garden ini juga terdapat kolam ikan koi. Di dalam kolam ikan koi (Koi Pond), ketika saya mengamati dasar kolam terlihat banyak uang logam dari berbagai mata uang. Sebagian besar sih, Singapore Dollar (SGD), tetapi sekilas saya sempat melihat koin lima ratus rupiah berwarna kuning di dasar kolam. Biar apa ya kira-kira menebar koin di kolam ini ? Biar balik lagi ke Changi mungkin ya. Khe ... Khe ... Khe ... 
Orchid Garden & Koi Pond, di Departure Transit Lounge, Level 2, Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport


Di atas kolam ikan koi, dibuat semacam balkon kecil yang dapat menampung maksimal 4 orang. Dasar balkonnya terbuat dari kaca tembus pandang sehingga saat berdiri di balkon rasanya seperti sedang berdiri mengapung di permukaan kolam. Sedangkan di bagian tengah kolamnya terdapat semacam jembatan. Tidak lupa di pinggir taman disediakan bangku untuk menikmati suasana. Keren sekali ya, ada taman kecil di dalam ruangan yang dibuat secantik ini.
Orchid Garden & Koi Pond, di Departure Transit Lounge, Level 2, Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport



Setelah puas mengeksplore sebagian Departure Transit Lounge, Level 2, Transit Area, Terminal 2, maka kami lanjut menuju ke Terminal 2, Departure Transit Lounge, Level 3. Kami berencana akan menuju ke Sunflower & Light Garden. Dari Orchid Garden & Koi Pond, tinggal cari lift atau eskalator menuju ke lantai 3. Sunflower & Light Garden ini terletak di lantai 3. Dan saat dari Level 3 kita dapat menyaksikan indahnya Orchid Garden & Koi Pond. Seperti ini kira-kira wujud Orchid Garden & Koi Pond dilihat dari Level 3. Cantik, khan ?
Orchid Garden & Koi Pond, di lihat dari Level 3, Departure Transit Lounge, Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport



Dari dulu kami sudah pengen banget melihat taman bunga matahari secara langsung. Akhirnya ketemu juga di Changi Airport Terminal 2 ini. Di Level 3 saat menuju Sunflower Garden, kami melalui Entertainment Deck pada sisi kanan kami. Di sini terdapat ruangan yang menyediakan berbagai games seperti XBOX Kinect Room dan XBOX 360 Playstation 3. Ada juga MTV Booth dan Movie Theatre yang dilengkapi dengan tempat duduk yang nyaman dan speaker yang terintegrasi di sandaran tempat duduk kita. Tepat di belakang ruangan ini juga tersedia cukup banyak toilet.

Berbeda dengan Magically Garden dan Orchid Garden yang terletak didalam ruangan, maka Sunflower Garden ini terletak di luar ruangan, karena bunga matahari akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila ditanam di tempat yang terkena sinar matahari langsung. 
Sunflower & Light Garden, di Departure Transit Lounge, Level 3, Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport


Changi Airport Sunflower Garden ini dibuat sejak tahun 2002 dengan luas area sebesar 300 meter persegi. Terdapat sekitar 500 tangkai bunga matahari tumbuh di taman ini yang semuanya merupakan hasil pembibitan tanaman sendiri. Tim ahli hortikultura bandara menumbuhkan tanaman bunga matahari ini mulai dari biji memakan waktu sekitar 90 hari sampai ketinggian 1 meter sebelum mereka dibawa ke taman ini untuk tumbuh bermekaran.
Sunflower & Light Garden, di Departure Transit Lounge, Level 3, Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport


Taman ini pada siang hari adalah taman untuk bunga matahari, tetapi bila malam tiba akan menjadi taman yang ditaburi cahaya-cahaya yang indah. Karena tidak hanya taman bunga matahari, tetapi semua lampu-lampu yang ada di taman ini rangkanya juga dibuat berbentuk bunga matahari.
Sunflower & Light Garden, di Departure Transit Lounge, Level 3, Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport


Ketika kami sampai di Sunflower Garden, matahari sudah mulai redup. Perpaduan langit senja, warna kuning bunga matahari yang mendominasi taman dengan latar belakang landasan pesawat terbang tampak cantiiiiiik sekali. 

Dari taman bunga matahari ini kita bisa melihat landasan pesawat terbang Changi Airport. Jadi sambil menikmati indahnya taman, kita juga bisa melihat pesawat turun naik lepas landas.
Sunflower & Light Garden, di Departure Transit Lounge, Level 3, Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport


Di Sunflower Garden ini disediakan sejumlah bangku taman untuk pengunjung taman ini. Jadi pengunjung bisa duduk-duduk menikmati pemandangan dan semilir angin yang lumayan karena taman ini terletak di Level 3. Sejauh ini taman ini adalah favorit kami di Changi Airport.
Sunflower & Light Garden, di Departure Transit Lounge, Level 3, Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport



Tidak terasa sudah 2 jam kami mengeksplore Level 2 dan Level 3 Transit Area, Terminal 2, Singapore Changi Airport ini. Saat ini waktu sudah menunjukkan jam 17.30 waktu Singapore, segera kami menuju ke ruang tunggu keberangkatan. Sambil menunggu keberangkatan kami menyempatkan untuk mencharge perlengkapan elektronik kami. Bukan cuma kami yang mencari colokan listrik. Semua penumpang juga mencari colokan listrik dan diruang tunggu ini kita tidak perlu takut tidak kebagian, karena cukup banyak di sediakan colokan listrik +  USB Charge juga. Ternyata menunggu lama di Singapore Changi Airport ini cukup nyaman dan  menyenangkan ya.

Tidak terlalu lama kami menunggu di ruang tunggu, tepat jam 18.15 waktu Singapore kami dipersilahkan untuk masuk kedalam pesawat. Pada jam 19.00 waktu Singapore dengan menggunakan pesawat Silk Air Boeing 737 800 dengan nomor penerbangan MI 238 kami berangkat dari Bandar Udara Internasional Changi Singapura, dan akan tiba di Bandar Udara Internasional Kualanamu Medan pada jam 19.20 WIB. Kami duduk di bangku 21 A dan 21 B. Bagi kami untuk durasi penerbangan yang singkat ini, memilih spot tempat duduk pesawat rasanya bukanlah suatu hal yang terlalu penting. Jadi kami siap ditempatkan dimana saja.
Boarding Pass Tiket Singapore - Medan


Didalam pesawat Silk Air ini semua petunjuk keselamatan disajikan dengan menggunakan TV tanpa ada pramugari dan pramugara yang mendemokan. Semua disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia serta bahasa isyarat. Selama penerbangan kami mendapatkan makanan ringan berupa chicken pie + orange juice. 
Pesawat Silk Air Boeing 737 800 dengan nomor penerbangan MI 238


Selama penerbangan tampak jelas pesawat ini memiliki tim yang terlatih dengan standar keamanan yang tinggi. Lama penerbangan dari Singapore menuju ke Medan ini hanya berlangsung selama 1 jam 20 menit. Dan penerbangan kami menuju ke Bandar Udara Internasional Kualanamu Medan ini berjalan dengan lancar.


Bandar Udara Internasional Kualanamu Medan / Medan Kualanamu International Airport (KNO)
Bandar Udara Internasional Kualanamu Medan / Medan Kualanamu International Airport (KNO)



Alhamdulilah jam 19.30 WIB kami sampai di Bandar Udara Internasional Kualanamu Medan. Terdapat perbedaan waktu 1 jam antara Medan dengan Singpore. Medan lebih lambat 1 jam dari Singpore. Segera kami semua menuju proses imigrasi. Dan Alhamdulilah semuanya berjalan lancar. Jam 20.00 WIB kami semua sudah berkumpul dan bersiap untuk meninggalkan Bandar Udara Internasional Kualanamu Medan menuju ke PT. Siar Haramain International Wisata yang berada di Jl. Sisingamangaraja No. 18 (Hotel Garuda Plaza) Medan. 

Sejak 25 Juli 2013, Kualanamu International Airport / KNO mengambil alih peran bandara udara Polonia Medan. Kualanamu International Airport ini terletak di sisi timur kota Medan, yaitu di Kabupaten Deli Serdang, 32 kilometer dari pusat kota Medan. Perjalanan dari Kualanamu International Airport ke PT. Siar Haramain International Wisata bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 1 jam.

Alhamdulilah, perjalanan dari Bandar Udara Internasional Kualanamu (KNO) Medan menuju PT. Siar Haramain International Wisata berjalan lancar. Tepat jam 21.00 WIB kami semua sampai dengan selamat di PT. Siar Haramain International Wisata. Dan semua keluarga kami sudah menunggu kedatangan kami. Kebetulan pada malam ini kami di jemput oleh adik saya beserta suami dan kedua putranya. 
Alhamdulilah kami sampai kembali dengan selamat di Medan 

Alhamdulilah kami sampai kembali dengan selamat di Medan 



Setelah sampai di PT. Siar Haramain International Wisata kami semua harus bersabar sebentar untuk menunggu pembagian air Zamzam dan juga pengambilan koper bagasi kami. Setiap jamaah Haji mendapatkan jatah air Zamzam setiba di Tanah Air sebanyak 5 liter per orang secara gratis. Jadi kami mendapatkan 2 galon air Zamzam, yang tiap galonnya berisi 5 liter air Zamzam. 

Alhamdulilah semua barang bawaan kami yang terdiri atas 2 koper besar bagasi, 2 tas tentengan di kabin, 2 tas paspor kecil dan 2 galon air Zamzam telah berhasil kami peroleh. Dan pada Jam 21.30 WIB kami berpamitan dengan semua peserta yang lain dan segera meninggalkan PT. Siar Haramain International Wisata untuk menuju ke rumah kami tercinta. 
2 galon air Zamzam Kepunyaan kami


Alhamdulilah jam 21.45 WIB kami sampai kembali di rumah. Setibanya kami pulang dari Tanah Suci ini, selain papa mama dan anak-anak kami, tampak juga banyak para sanak saudara, keluarga, teman-teman, kolega, hingga tetangga datang dan telah lama menunggu kepulangan kami. 

Tentu ini momen kegembiraan tiada terhingga dalam pertemuan setelah merasakan haru dan pilu saat melepas keberangkatan kami 26 hari yang lalu. Pada saat ini satu sisi kami meraih kegembiraan dan di sisi lain ada ujian baru buat kami, yakni mengimplementasikan hasil pengembaraan spiritual Haji yang telah kami lalui.
Mama tersayang yang selalu mendoakan kami

Bersama Si Bungsu tersayang

Ibu mertua tersayang yang juga selalu mendoakan kami


Tanpa menunggu lama segera kami buka sekedar oleh-oleh dari Saudi yang memang telah kami bawa khusus untuk dibagi-bagikan untuk para tamu. Semua oleh-oleh ini asli kami bawa dan beli dari Tanah Suci Makkah dan Madinah. Untuk malam ini kami memberikan oleh-oleh berupa kurma, kismis, kacang, air Zamzam dan beberapa souvenir buat kenang-kenangan ke semua tamu yang datang. 
Papa tersayang menikmati oleh-oleh yang kami bawa

Para tamu menikmati oleh-oleh yang kami bawa



Akhirnya jam 23.00 WIB semua sanak saudara, keluarga dan teman-teman pamit meninggalkan kediaman kami. Ya Allah begitu banyak doa-doa yang dititipkan kepada kami oleh sanak saudara dan teman-teman kami, kabulkanlah semuanya yang mereka titipkan itu ya Allah. Dan begitu banyak yang telah mendoakan kami untuk menjadi haji yang mabrur, maka kami meminta padamu ya Allah, jadikan pula mereka haji yang mabrur dan berilah juga kesempatan kepada mereka untuk datang mengunjungi makam kekasih Mu. 

Sekali lagi, yang menilai mabrur tidaknya haji seseorang adalah Allah semata. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan manfaat dari perjalanan ritual ibadah haji yang selanjutnya kita terapkan di dalam kehidupan, sehingga kita meraih derajat yang tertinggi di sisi Allah. Keadaan seperti itu, harus terus ditunjukan dalam kehidupan figur seorang haji yang mabrur. Waktunya, bukan sebatas sebulan atau satu tahun setelah pulang dari Tanah Suci, tetapi sepanjang hidup, sehingga benar-benar menjadi panutan bagi yang lainnya. Semoga Allah menerima haji kami, mengampuni dosa kami dan menggantikan nafkah kami. Amiiin...





Tidak ada komentar:

Posting Komentar