Minggu, 11 September 2016

Haji Hari Ke-14, Catatan Perjalanan Ibadah Haji : Be The Real Hajj, Starting point nya Haji is "The Power of Niat".



By Aidil espeogeh
Labbaikawloohumma labbaik,
Labbaika laa syariika laka labbaik,
Innalhamda wanni'mata laka wal mulk,
Laa syariika lak.



09 Dzulhijjah 1437 H (Minggu, 11 September 2016)
(Makkah Al Mukkarammah - Arafah - Muzdalifah)
Arafah, Saudi Arabia, 09 Dzhulhijjah 1437 H (Minggu, 11 September 2016)



"How Old Are You ? Berhaji-lah selagi muda… Hmmm... Mengapa tidak ?”

Well, baiklah… Pergi berhaji selagi muda, memang berbeda tantangannya. Sebelum pergi berangkat haji saya memang sering melihat sendiri banyak saudara, teman or tetangga yang sebetulnya secara fisik dan financial mampu, bahkan lebih dari mampu tapi masih ragu untuk pergi berhaji. Barangsiapa berkemampuan menunaikan haji lalu ia tidak menunaikannya, maka terserah baginya memilih mati dalam keadaan yahudi atau nasrani. Hal inilah yang telah melecut diriku untuk membulatkan niat pergi berhaji sejak 4 tahun sebelum keberangkatan 1437 H / 2016 M ini.

Jika memang kewajiban berhaji itu telah sampai kepada kita. Sebaiknya jangan ditunda, apalagi dengan alasan klasik “Aku belum siap, Aku merasa ilmuku belum memadai” dan beragam alasan lainnya. Ingatlah, karena kita tidak pernah tahu sampai kapan akhir umur kita ini. Kematian bukan cuma milik Kakek, Nenek, Opa, Oma Eyang dan Mbah Buyut saja. Kematian juga bisa datang pada kita yang muda.

Menunaikan haji adalah kewajiban setiap manusia terhadap Allah. “Dan diantara kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengikari kewajiban haji, maka ketahuilah bahwa Allah maha kaya, tidak memerlukan sesuatu dari seluruh alam (Ali Imran 97)”.

Berhaji diusia muda, memang berbeda tantangannya. Secara fisik insya Allah tidak banyak kendala bagi ku, secara aku adalah seorang atlet (aceeem benar aja). Ujian lebih banyak mendera di perasaan bathin. Sangat menguras dan melatih emosi (secara awak masih imut-imut, Khe … Khe … Khe …).  Sabar… Sabar... Sabar adalah obat yang harus ditelan setiap hari dengan ikhlas. Kalau sehari menelan pil sabar hanya 3 kali, maka untuk keberangkatan haji ini dosis harus ditinggkatkan menjadi 8-10 kali sabar lagi. Yang pasti dosis segini tidak akan pernah over dosis, malah yang ada kurang dosis. 

Cepat-cepatlan kalian menunaikan haji, yakin haji adalah wajib malah masih berani menundanya, karena sesungguhnya seseorang diantara kamu tidak tahu apa yang akan terjadi pada umur mu. 

Berhaji-lah selagi muda, karena memang berbeda hikmahnya. Menurut ku berhaji di usia muda memiliki beberapa kelebihan. 
1. Usia muda, usia dimana fisik dan stamina masih kuat dan sehat, sehingga kita mampu untuk melakukan berbagai macam hal tanpa keluh kesah. 
2. Usia muda, usia dimana kemampuan berfikir masih prima dan kemampuan ingatan masih kuat, yang didukung dengan banyaknya sumber-sumber ilmu yang ada di sekitar, maka di usia muda akan lebih mudah untuk banyak belajar. 
3. Usia muda, usia dimana kita bisa lebih mandiri. Dengan fisik, stamina dan kemampuan berpikir yang masih sehat, usia muda relatif akan lebih mandiri ketika menjalani ibadah haji. Pergi kemana-mana tidak perlu ada yang ditakuti, karena usia muda masih punya keberanian dan ingatan yang kuat, sehingga tidak perlu khawatir akan tersesat, malah kita memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengeksplore hampir semua tempat di Tanah Suci. 
4. Usia muda, usia dimana kita memiliki kesempatan yang banyak untuk bisa berbuat baik dengan lebih banyak membantu jamaah lain yang sudah sepuh. Mulai dari hal-hal kecil yang sangat sederhana seperti misalnya membantu membuat panggilan telepon, memang kesannya sepele, tetapi buat orang sepuh bantuan ini yang paling banyak saya temukan sendiri, atau kita bisa membantu mengangkat barang jamaah lain, sampai hal-hal yang besar seperti membantu mendorong kursi roda dan menolong jamaah yang tersesat dari rombongan sendiri ataupun dari rombongan lain (ini juga termasuk yang banyak saya alami). 
5. Usia muda, usia dimana kita Insya Allah masih memiliki sisa umur yang masih panjang, sehingga bisa dimanfaatkan dalam jalan yang di ridhoi Allah. Sepulang dari berhaji, insyaallah masih akan ada banyak waktu untuk mengubah diri menjadi lebih baik dari sebelumnya. Saat masih muda nan unyu-unyu ini kita masih memiliki banyak kesempatan untuk meraih dan menabung kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat, masih banyak waktu untuk beribadah dan untuk berbuat baik dalam rangka mewujudkan tujuan yang utama yaitu selamat di dunia dan selamat di akhirat.

Well… Sesungguhnya perjalanan haji itu adalah hal yang sangat personal alias pribadi. Berhaji selagi muda, memang berbeda tantangannya. Selain kekuatan fisik dan financial, justru saat berhaji selagi muda kita perlu harus selalu membawa SIM. Iya Berhaji selagi muda, HARUS ingat bawa SIM  (Sabar… Ikhlas… Menerima…) dimanapun kita berada. Karena meskipun kita akan “MENGALAMI” perjalanan haji yang sama, tetapi belum tentu kita akan “MERASAKAN” perjalanan haji yang sama. Semua itu tergantung pola pikir, cara pandang dan kedewasaan emosi. 

Tulisan di papaaidil.blogspot.com ini sengaja saya terbitkan untuk sekedar berbagi pengalaman bersama dengan teman-teman yang sudah berhaji. Berbagi tips dan info buat teman-teman yang memang sudah niat untuk berangkat berhaji. Serta memberikan semangat dan motivasi buat teman-teman yang sudah mampu namun masih ragu untuk berhaji. Karena niat saya untuk membangkitkan semangat kaum muslimin agar segera bisa berkunjung atau malah hadir kembali ke rumah bagi 2 masjid paling suci, yaitu ke Masjidil Al-Haram di Makkah Al-Mukkarammah dan ke Masjid Nabawi di Al-Madinah Al-Munawwarah. 

Berikut ini akan saya sharing catatan moment dalam pejalanan Ibadah haji kami yang berkesan. Banyak pengalaman berkesan kami lewati. Banyak moment berharga yang kami jalani.
Kami bersiap menuju ke Arafah


Sejak malam di tanggal 08 Dzulhijjah 1437 H (Sabtu, 10 September 2016) jam 23.00 WAS kami semua sudah di bangunkan dari tidur nyenyak kami untuk segera bersiap-siap melaksanakan puncak ibadah haji. 

Kami mulai melakukan amalan Haji Bagi Haji Tamattu. Suasana sangat excited tetapi juga tegang. Diawali dengan mandi membasahi seluruh tubuh dan memakai wewangian bagi orang laki di tubuhnya. Setelah itu kami pun mulai berihram untuk haji Tamattu di tempat saat itu kami berada, di Makkah atau sekitarnya di tanah haram. 

Saat tanggal 09 Dzulhijjah 1437 H (Minggu, 11 September 2016) jam 00.30 WAS kami semua sudah berkumpul di lobby Apartemen. Semuanya sudah mengenakan pakaian ihram dan hanya boleh membawa tas tenteng saja. Dan sebelum berangkat, pagi dini hari ini kami masih mendapatkan bekal tausiah. Diingatkan kembali akan pentingnya rekonstruksi niat untuk membersihkan hati dengan memperbanyak berzikir. Wukuf bukan sekadar datang, duduk, dan diam di Arafah, tetapi merupakan proses perenungan diri untuk mengetahui hakikat siapa diri kita sesungguhnya. Untuk itu, ketulusan dan keikhlasan dalam melaksanakan ibadah haji menjadi faktor penting. Karenanya, segala bentuk identitas yang menjadi pembeda satu dengan yang lain harus sudah dilepaskan pada saat niat berihram ini. 

Dengan memperbanyak istighfar, memohon ampunan kepada Allah SWT, semoga kami dimampukan berkonsentrasi penuh mengikuti semua ritual haji ini dan mendekatkan diri sepenuhnya ke Sang Pencipta. Karena beberapa hari kedepan, ibadah ini memasuki tahap yang paling membutuhkan kesiapan fisik.

Setelah tausiah dan semua persiapan ihram telah siap, maka kami secara bersamaan melakukan niat ihram untuk haji, seraya mengucapkan :



Tepat jam 01.00 WAS kami semua segera naik ke bus. Berangkatlah kami mengarungi jalanan macet dari Apartemen Nusha Murrur Hashim, Makkah Al-Mukkarammah untuk menuju padang Arafah. Dengan pertimbangan teknis, agar tidak kecebak macet biasanya membuat sebagian besar jamaah sudah harus berangkat ke Arafah sebelum Subuh. Ya Allah, jadikan haji kami haji yang mabrur...
Kami bersiap menuju ke Arafah
Kami bersiap menuju ke Arafah


Meski pun dini hari, hampir semua jalanan di Kota Makkah yang mengarah ke Arafah macet total. Jutaan orang jamaah bergerak dari segala penjuru menuju Arafah untuk melakukan wukuf.

Jemaah haji sedunia akan berdatangan, sehingga laju bus akan melambat. Kemacetan di dalam kota Makkah serta jalan menuju Arafah, Muzdalifah dan Mina, merupakan hal yang lumrah karena ada 15 ribu bus yang akan mengantarkan jamaah calon haji sementara jarak Makkah sampai Arafah hanya 13 kilometer sehingga antrean kendaraan sepanjang jalan cukup panjang. Kita dapat melihat ekor antrean yang mengular mencapai berkilometer di masing-masing jalur lalu lintas.

Beruntung pada musim haji kali ini Pemerintah Arab Saudi membatasi jumlah bus yang masuk ke kawasan Arafah, Muzdalifah dan Mina dengan pemasangan stiker. Kendaraan apapun tanpa kelengkapan striker maka tidak bisa masuk kawasan itu. Pembatasan itu cukup efektif membuat pergerakan jamaah haji dari Makkah-Arafah, Arafah-Muzdalifah dan Muzdalifah-Mina menjadi relatif tidak mengalami kemacetan parah seperti tahun-tahun sebelumnya (Iya tapi tetap aja macet loh mboook...).
Kemacetan parah di jalur Makkah ke Arafah


Macetnya sejumlah ruas jalan membuat jalan kaki menjadi solusi terbaik bagi sebagian jamaah. Sepanjang perjalanan, kami melihat kelompok-kelompok kecil jamaah yang berjalan kaki. Salut... 

Alhamdulilah, sekitar satu setengah jam perjalanan, tepat jam 02.30 WAS dini hari kami sudah sampai di tenda Arafah. Sebagai catatan, perjalanan Makkah ke Arafah yang hanya berjarak 13 kilometer, ternyata baru dapat ditembus dengan waktu 1 jam 30 menit.  

Setelah kami tiba di area kemah Arafah. Bus yang kami tumpangi berhenti tepat di depan pintu maktab nomor 113. Nomor maktab ini akan terus dipakai hingga ke Mina. 

Kami langsung turun dari bus masuk ke area perkemahan kami. Pada saat hendak masuk ke area dalam maktab 113, tepat didepan pintu maktab 113 dilakukan pengecekan oleh para penjaga pintu dengan menunjukkan gelang ber barcode warna hijau, lalu setelah itu baru boleh masuk. Saat kami sampai, belum banyak jamaah lain di tenda Arafah ini.
Papan petunjuk Maktab nomor 113 di Arafah

Saat berada tepat di pintu masuk Maktab nomor 113 di Arafah



Setelah tiba di Arafah, sebelum melakukan wukuf, rukun haji yang paling besar dan paling utama, pastikan anda sudah berada di area Arafah dengan melihat tanda-tanda yang ada. Tanda batas Arafah, ini tanda yang sangat krusial untuk diperhatikan oleh para jamaah, karena sekali lagi tidak sah pelaksanaan wukuf jika dilakukan di luar kawasan Arafah. Papan-papan notifikasi banyak tersebar di kawasan Arafah sebagai penanda penting zona sah wukuf. 


Tanda batas Arafah dengan tiang-tiang besar layaknya rambu-rambu lalu lintas terpampang nyata cukup besar dan tersebar di setiap area Arafah. Bila jamaah haji tidak memperhatikan batas area Arafah, dan melakukan wukuf di luar Arafah, hal ini menjadikan wukufnya tidak sah, padahal wukuf merupakan rukun haji. Kalau rukun haji tidak sah bermakna hajinya batal dan harus diulang. 

Mereka yang wukuf di luar area wukuf tidak ada haji padanya, berdasarkan hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Haji adalah wukuf di Arafah.” HR. Tirmizi no. 889.

Maka siapa yang tidak wukuf di tempat yang termasuk area Arafah dan pada waktu yang khusus ditetapkan untuk wukuf, hajinya tidak sah berdasarkan hadits yang telah disebutkan di atas. Ini perkara bahaya.

Karena itu, telah dipasang tanda-tanda yang jelas batas-batas Arafah, tidak ada yang tidak mengetahuinya kecuali orang masa bodoh dan menganggap remeh. Maka, wajib bagi setiap jamaah haji untuk melihat batasan-batasan ini, agar dia dapat memastikan bahwa dirinya wukuf di Arafah, bukan di luarnya.

Para petugas yang mengurus masalah haji juga akan selalu memberikan pengumuman yang dapat sampai kepada seluruh jamaah haji dengan berbagai bahasa dan memperhatikan para pembimbing haji untuk memberikan peringatan kepada jamaah haji akan hal ini. Agar mereka memiliki pemahaman terhadap masalah ini sehingga mereka dapat menunaikan ibadah haji yang dapat menggugurkan kewajiban mereka.
Tampak depan suasana tenda kami di Arafah


Pada kesempatan saat berada di Arafah ini tentu saja selain kegiatan yang bersifat ibadah, itu sudah wajib tahu, maka saya akan memberikan beberapa informasi situasi dan kondisi terkini selama di Arafah.

Sebelum masuk ke dalam tenda saya sempat mengecek fasilitas tenda yang akan kami gunakan selama di Arafah. Tenda kami selama di Arafah berukuran kurang lebih 5 x 15 meter dengan daya tampung 78 calon jamaah haji. Satu tenda ini di bagi dua. Pria berada di barisan depan, sedangkan wanita berada di barisan belakang yang hanya di batasi dengan tirai kain. Selain itu disisi lain kita dapat juga melihat tenda yang berukuran lebih besar lagi 10 x 15 meter, bahkan ada yang mencapai 25 x 15 meter, karena menyesuaikan bidang tanah di Arafah dan jumlah jamaah haji.

Tenda kami ini dilengkapi dengan pendingin AC baru sebanyak enam unit, 3 unit berada di sisi kanan tenda dan 3 unit berada disisi kiri tenda. Di bagian luar tenda dapat di temukan beberapa unit kipas angin besar yang dilengkapi dengan spray air. AC dan kipas angin dengan spray air ini sangat diperlukan, karena suhu udara pada puncak haji 2016 diperkirakan sangat panas. Tahun 2016 ini tercatat suhu mencapai 45-50 derajat Celcius pada saat jamaah haji melakukan wukuf atau tinggal di padang Arafah. Dengan cuaca panas, risiko calon jamaah haji mengalami heatstroke sangat tinggi. Oleh sebab itu, penyelenggara haji terus berupaya meningkatkan fasilitas bagi jamaah haji.
Tampak depan tenda kami di Arafah yang dilengkapi dengan 3 unit AC di tiap sisi tenda


Saya sempat juga mendokumentasi suasana bagian dalam tenda kami di Arafah. Saat kami masuk ke dalam tenda, selain AC yang baru untuk membuat jamaah terasa nyaman beristirahat, juga karpet didalam tenda yang digunakan di Arafah ini terlihat relatif baru. Tenda-tenda jamaah haji di Arafah, Arab Saudi, akan terasa lebih nyaman dengan AC dan karpet baru. Tenda Arafah jamaah haji khusus PT. Siar Haramain International Wisata tahun 2016 ini juga dilengkapi kasur lipat tebal, bantal dan selimut.
Suasana dalam tenda kami di Arafah

Perlengkapan dalam tenda kami di Arafah

Kami sangat beruntung karena ritual haji baru akan dimulai besok siang tanggal 9 Zulhijjah, sementara kami sudah tiba lebih awal tanggal 9 Zulhijjah dini hari. Waktu yang begitu banyak ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk beribadah dan istirahat.
 
Karena masih gelap, dengan kondisi tenda yang cukup nyaman, maka sambil menunggu shalat subuh kami sempatkan untuk beristirahat. Malam ini, alhamdulillah tidur kami nyenyak hingga menjelang subuh.
Suasana dalam tenda kami di Arafah


Tepat jam 04.45 WAS shalat subuh berjamaah pun kami lakukan di dalam tenda. Selesai melaksanakan shalat subuh, kami pun melakukan sarapan pagi pada jam 06.00 WAS. Makanan untuk sarapan pagi ini disediakan makanan Prasmanan sederhana yang terdiri dari makanan tradisional Indonesia seperti sayur asem, sayur sop bening, capcai, kare daging, ayam goreng kalasan, ikan teri, sambal merah sampai beraneka macam buah-buahan dan cemilan kacang dan lainnya tersedia. Untuk minumannya juga tidak kalah banyak pilihan, mulai dari air zam zam botol kemasan, kopi, teh, susu hingga beragam juice segar. 

Saat acara makan ini jamaah asal rombongan lain tidak segan berbagi antri bersama makan dengan kami, semua kami saling membaur satu sama lain. Meskipun antri makanan yang tersedia berlimpah, jadi jangan kuatir... Antrian juga relatif cepat dan kalau mau tidak antri, tunggu sekitar setengah sampai satu jam setelah peak hour, maka antrian akan tidak ada lagi. Selama di Arafah ini kami mendapatkan pelayanan makan sebanyak 3 kali. 

Di Arafah, makanan dan minuman amat melimpah. Diluar pagar maktab mulai pagi ini dapat kami lihat bertruk-truk air mineral, jus kotak, snack, bahkan makanan kotakan dibagikan pada jamaah haji yang melintas menuju ke Arafah sepanjang hari. Baik dari Perusahaan atau pun perorangan seperti berlomba mengais pahala hari ini.
Menu sarapan pagi super besar kami di Arafah


Sambil sarapan, pada jam 06.30 WAS sang raja tata surya matahari mulai tampak terbit dari sebelah timur. Saat ini di lokasi tenda kami telah tampak jelas pemandangan Padang Arafah. Padang Arafah ini sudah bukan padang pasir luas tak berpohon lagi. Arafah masa kini sudah banyak ditumbuhi pohon, sehingga begitu sejuk dan indah dipandang mata. Pepohonan yang terletak disela-sela tenda ini sangat membantu mengurangi panas dari teriknya matahari.
Suasana pagi di Arafah


Selesai sarapan, saya sempat memutari area maktab 113. Maaf pada kesempatan ini saya akan memposting info seputaran toilet khususnya toilet pria di Arafah. Karena fasilitas lain yang tidak kalah penting menurut saya adalah ketersediaan toilet yang memadai. Mengapa sedemikian penting masalah toilet ini sampai saya posting khusus ? Karena masalah toilet ini akan kita hadapi selama berada di Armina (Arafah, Muzdalifah dan Mina). Memang kesannya sepele, tapi ini penting loh... Jamaah haji akan berada di Arafah selama satu hari, di Muzdalifah semalam, di Mina tiga hari, tentunya urusan buang air adalah sesuatu yang penting sekali, oleh karenanya perlu dipahami suasana dan kondisi toilet yang ada di sana. Plus tipsnya. Serius, saya mau cerita tentang yang satu ini. Waaaaaw jadi deg deg serrrr.....
Fasilitas kamar mandi pria di Arafah


Seluruh Jamaah haji dari segala penjuru dunia akan wukuf atau berhenti di Arafah mulai Minggu, 09 Dzhulhijjah 1437 H / 11 September 2016 M hingga tengah hari lalu kemudian bergerak menuju ke Muzadalifah dan akan menetap di Mina hingga Kamis, 13 Dzhulhijjah 1437 H / 15 September 2016 M.

Kita ketahui bahwa perbandingan antara jamaah laki-laki dan perempuan, jumlah jemaah perempuan lebih banyak dan jamaah perempuan juga lebih lama menggunakan toilet, sehingga antrean pasti lebih panjang. Maka di buatkanlah jumlah toilet perempuan dan laki-laki adalah 60:40. Tetapi kali ini saya khususnya akan memberikan gambaran kondisi dari toilet pria (because I am male).

Kalau kita membayangkan dua kata : Arab Saudi, maka hal yang terlintas dalam pikiran adalah negara padang pasir, tandus, kering, onta, kurma, Makkah dan Madinah. Tapi jangan dikira kalau tandusnya negara itu malah kalah jauh dengan ijo royo-royonya Indonesia tercinta menyebabkan mereka kekurangan air.  Tidak.... Bahkan melimpah sekali dan semuanya tersedia dalam sediaan air hangat loooh.

Selama perjalanan haji tahun 1437 H / 2016 M terutama di Armina (Arafah, Muzdalifah, dan Mina), saya sama sekali jarang bahkan tidak pernah sama sekali menjumpai air yang hangat ini mengalir lemah keluar dari kran. Semuanya kencang. Tekanannya tinggi. Sama seperti kalau kita pergi ke toilet yang ada di Masjidil Al-Haram.

Fasilitas toilet yang tersedia di Arafah ini terdiri dari 10 deretan kamar mandi dibeberapa tempat yang masing-masing di lengkapi dengan kloset jongkok, kran air + selang air untuk cebok / membasuh setelah buang hajat serta tempat sampah. Satu lagi, kamar mandi ini dilengkapi juga dengan pancuran / Shower yang memiliki banyak lubang air kecil yang digunakan untuk mandi, yang memiliki tekanan semprot dan suhu air yang cukup hangat. Jadi kita serasa merasakan efek terkena percikan hujan di padang pasir. Khe ... Khe .... Khe ...
Fasilitas toilet pria di Arafah


Fasilitas lain yang tidak kalah penting iyalah adanya tempat kencing pria dengan menggunakan jenis urinoir (tempat kencing) berdiri. Disetiap toilet juga dilengkapi dengan Wastafel yang lengkap dengan cermin mengkilat. Oh ya, kran air untuk berwudhunya juga cukup banyak, sehingga tidak akan terjadi antrian panjang. Semua fasilitas ini dilengkapi dengan air yang keluar cukup kencang.
Fasilitas urinoir di Arafah


Fasilitas toilet yang memadai ini tentunya menentramkan hati kalau kita mau bersuci ataupun mandi. Meyakinkan saya kalau najis-najis yang ada di badan ataupun di sekitar toilet akan cepat hilang kalau disiram. Mandi dan buang air jadi terbantu. Toilet pun jadi tidak bau dan pada dasarnya kebersihan toilet tergantung para jamaah haji sendiri. 

Kita tidak bisa membayangkan kalau air yang keluar itu sedikit. Jutaan orang akan mengalami ketidaknyamanan yang luar biasa. Antrian akan semakin panjang karena orang yang sedang buang hajat itu akan lama memastikan bahwa dirinya sudah suci. Mandi apalagi. Alhamdulillah ini tidak pernah terjadi pada saat perjalanan haji saya.

Saya bersyukur bahwa selama ritual haji yang utama di Arafah ini saya tidak mendapatkan kesulitan dalam masalah ini. Karena satu hal juga : saya meminta kepada Allah atas hal yang sepele ini. Saya benar-benar berdoa kepada Allah agar saya dimudahkan segala urusan dalam mandi dan bersuci. Enggak perlu antri panjang dan lancar-lancar saja. Kenyataannya memang demikian.
Fasilitas kran air untuk berwudhu pria di Arafah



Tentunya saya juga memperhitungkan kapan waktu yang lebih sepinya agar saya bisa bebas, lebih lama serta tidak menzalimi yang lain. Kalau waktu menjelang sholat itu yang antriannya bisa panjang, tiga sampai empat orang berderet ke belakang. Kalau sudah begini, maka toleransi kita perlu dipertajam kalau sudah ada di dalam, tidak perlu lama-lama. Seperlunya saja.

Itulah gambaran suasana toilet yang ada di Arafah yang dapat saya ceritakan sedikit. Semoga calon jamaah haji dapat mempersiapkan mental dan dirinya. Tentunya kesabaran juga perlu dipupuk karena ada juga yang enggak mau antri untuk bisa mandi ataupun buang hajat. Yang paling penting adalah minta sama Allah untuk dimudahkan dalam segala urusan menyangkut air selama di sana. Bertoilet di Arafah cukup dengan sabar, tahu waktu, tertib mengantri, seperlunya, dan berdoa. Semoga bermanfaat. Semoga keyakinan dalam bersuci menjadi jalan menuju haji yang mabrur. Amiiiiiin.....
Fasilitas wastafel di Arafah



Saat pagi ini waktu masih menunjukkan jam 07.00 WAS. Saya dan istri menyempatkan untuk berkeliling area maktab 113. Di area dalam maktab 113 ini kita juga dapat menemukan banner dengan design dan warna keren beserta gambar menarik yang dilengkapi dengan penjelasan dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Ukuran bannernya juga relatif besar, sehingga kita mudah untuk membacanya.
Banner peraturan yang harus di patuhi oleh setiap jamaah


Penyelenggara haji menempatkan banner ini dengan jumlah yang cukup banyak dan dengan tata letak yang teratur sehingga memudahkan untuk dilihat dan di baca oleh setiap calon jamaah haji.
Banner peraturan yang harus di patuhi oleh setiap jamaah


Sangat saya akui bahwa banner ini merupakan sebuah alat yang memiliki peranan penting sebagai media info. Banner ini tidak hanya menyajikan peta lokasi setiap maktab yang ada, tapi banner ini juga menampilkan beberapa info lain diantaranya peraturan yang harus di patuhi oleh setiap jamaah, petunjuk keselamatan dan juga jadwal untuk melontar jumrah musim haji tahun 1437 H / 2016 M.
Banner petunjuk keselamatan dan peta lokasi setiap maktab


Dengan design banner yang dibuat bagus dan menarik mau tidak mau membuat minat setiap orang yang lewat untuk sekedar melihat atau membacanya sampai selesai. Malah tidak sedikit juga saya melihat para jamaah keliling satu per satu menyelesaikan bacaan yang ditampilkan di banner tersebut.
Banner jadwal untuk melontar jumrah musim haji tahun 1437 H / 2016 M


Saat ini waktu baru menunjukkan sekitar pukul 07.30 Waktu Arab Saudi. Puluhan jamaah haji memadati jalan aspal di luar pagar maktab, termasuk saya dan istri. Para jamaah sedang menikmati udara pagi Arafah sembari berjalan-jalan. Matahari mulai tampak muncul dari balik bukit di Padang Arafah saat para jamaah berjalan-jalan pagi. Cahaya sunrise ditambah kesejukan udara Arafah membuat jamaah semakin nyaman berjalan-jalan. Tidak lupa kami berfoto mengukir kenangan di padang Arafah pada pagi ini. Sebagian jamaah lain tampak duduk bersantai-santai bersama teman-temannya di tenda payung yang lengkap dengan sofa yang telah disediakan. Di setiap maktab memang telah disediakan tempat duduk untuk sekedar bersantai bagi jamaah haji.
Suasana pagi di Arafah


Waktu pagi saat ini baru menunjukkan jam 08.00 WAS. Jelang wukuf, suasana pagi menjelang siang didalam perkemahan, tampak sibuk. Para jamaah tampak melakukan aktivitas yang sangat beragam, ada yang diam di tenda sembari berdzikir, ada yang beristirahat tidur di tenda menjelang wukuf, ada pula yang mengisi waktu mengobrol dengan teman satu tenda sambil memakan cemilan. 

Pagi ini kami pun manfaatkan istirahat, sambil beribadah, berzikir dan berdoa sambil menunggu wukuf. Kami mempersiapkan diri dengan banyak berdoa untuk keselamatan diri dan keluarga, termasuk tidak lupa berdoa untuk keselamatan dan kesejahteraan bangsa dan negara Indonesia. 

Tidak terasa ternyata waktu sudah menunjukkan jam 11.00 WAS. Sekarang saatnya semua calon jamaah haji di persilakan makan siang terlebih dahulu sebelum masuknya saat wukuf. Disetiap tenda tempat makan, kita dapat melihat banner yang ditempelin daftar menu makan sejak dari tanggal 08 Dzhulhijjah sampai tanggal 13 Dzhulhijjah. Menu makan pagi, siang dan malam setiap harinya akan berbeda. Selama pelaksanaan ibadah haji ini kita akan mendapat makan pagi dari jam 06.00-09.00 WAS, lalu makan siang dari jam 11.00-13.00 WAS dan makan malam dari jam 18.00-20.00 WAS.
Banner menu makanan musim haji tahun 1437 H / 2016 M



Saat mengantri untuk makan, tampak terlihat suasana dapur umum yang menggunakan panci-panci raksasa. Para tukang masak sebagian besar juga didatangkan dari Indonesia. Sama seperti saat sarapan pagi tadi, makanan untuk makan siang ini bagi saya enak dan pas di lidah. Ada sayur dan selalu pakai daging sapi atau ayam.
Saat kami makan siang di Arafah


Selesai makan siang, semua jamaah bersiap-siap untuk melaksanakn puncak ibadah haji, yaitu wukuf di Padang Arafah. Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang paling utama, sehingga Rasulullah bersabda, “Al-Hajju Arafah” Haji adalah (wukuf) di Arafah. 

Ini adalah waktu 5 jam terpenting dan sangat berharga dalam hidup saya dan istri, yaitu saatnya wukuf di Arafah. Bagi kami disinilah waktu sekitar 5 jam yang paling pas untuk meminta kehadirat-Nya. Disinilah nikmatnya kita mendekatkan diri dan meminta ke Allah sebagai sang Rabb... 

Inilah inti dari haji. Melaksanakan wukuf di Arafah. Tidak sah haji seseorang jika tidak melaksanakan wukuf. 

Setiap tahun, jutaan jamaah haji dari seluruh penjuru dunia berkumpul di tempat ini. Menanggalkan status sosial, karena semua berpakaian sama. Ihram !!!. 

Mungkin seperti inilah gambaran padang Mahsyar. Di mana seluruh manusia kelak dikumpulkan setelah dibangkitkan untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah diperbuat di dunia.
Suasana di dalam tenda pria saat melaksanakan wukuf di Arafah



Hari ini menjadi sangat istimewa bagi saya dan istri. Masih belum percaya rasanya berada di tengah jutaan manusia karena proses keberangkatan kami berdua yang terhitung mendadak. Di tempat yang jutaan orang lainnya rela mengantri bertahun-tahun untuk bisa hadir dan berada di sini. Tempat dimana do'a-do'a diijabah, dan ampunan Allah S.W.T diturunkan disaksikan para malaikat... 

Wukuf ini dimulai sejak tergelincirnya matahari, atau sejak masuknya waktu Zuhur pada jam 12.23 WAS. Dimulai dengan mendengarkan khutbah, lalu mengumandangkan azan, kemudian iqamah. Setelah itu lakukan shalat Zuhur dua rakaat, kemudian iqamah lagi, lalu lakukan shalat Ashar dua rakaat, dengan cara qashar dan jama' pada waktu Zuhur (jama' taqdim).

Selesai shalat Zuhur dan Ashar dengan satu azan dan dua iqamah tersebut, kami seluruh jamaah menghadapkan diri ke arah kiblat, lalu kami semua memperbanyak membaca doa, zikir, tilawatul qur'an. Karena doa yang paling utama adalah doa pada hari Arafah. Sejak siang ini, ketika matahari mulai tergelincir ke arah barat dan waktu Shalat zuhur dimulai, kegiatan ibadah wukuf kami di Arafah mencapai puncaknya. Semua tenda-tenda semakin penuh dan lorong-lorong di luar tenda juga semakin padat. Baik di dalam ataupun diluar tenda-tenda dapat kita lihat suasana yang seragam, semua jamaah tertunduk dalam doa dan kekhusyukan.
Suasana di dalam tenda wanita saat melaksanakan wukuf di Arafah



Saat itu kita semua berada di tempat dan waktu yang sangat berharga dan sangat mustajabah. Saat itu Allah membanggakan hamba-hamba-Nya yang datang dari berbagai penjuru memenuhi panggilan-Nya, karenanya Dia akan memenuhi apa yang mereka minta dan mengampuni orang-orang yang bertaubat. Tampak jelas suasana wukuf di Lembah Arafah ini sungguh sangat mengharukan. Rombongan-rombongan jamaah yang sudah datang sejak semalam, tidak pernah meninggalkan aktifitas ibadah. Tenda-tenda dan semua tempat di Arafah ini selalu dipenuhi jamaah yang sedang berdzikir dan bertafakkur. Semua jamaah tidak lagi beranjak dari tempatnya masing-masing. Mereka terus menerus berdoa dan berdzikir kepada Allah SWT. Masing-masing terpekur dengan pikiran dan persiimpuhan munajatnya masing-masing. 

Maka, jangan lewatkan waktu yang sangat berharga ini dengan hal-hal yang sepele, seperti jalan kesana kemari, mengobrolkan hal yang tidak penting, belanja atau malah poto sana-sini. Manfaatkan dengan banyak beribadah. Jika merasa letih, kita boleh istirahat sebentar, atau makan dan minum untuk mengembalikan stamina. 

Suasana siang menjelang sore ini masih terlihat cukup sepi, karena sebagian besar jamaah masih khusyu' berdoa didalam tenda. Sesekali dapat terlihat suasana pinggiran perkemahan menjelang sore ini juga masih dipenuhi jamaah yang memisahkan diri dari tenda membawa tikarnya untuk lebih khusyu' berdoa sendiri di luar tenda. Memang didalam tenda relatif lebih banyak jamaah dan lebih ramai. Di luar tenda, di antara sela-sela lorong tenda, trotoar-trotoar dan ruangan-ruangan terbuka atau di bawah-bawah pohon, hampir-hampir tidak ada yang sepi dari jamaah yang sedang berdoa, berdzikir maupun membaca Al-Qur`an. Pemandangan seperti ini berlangsung hingga sore hari. 

Upayakan untuk membaca doa dan zikir yang telah ada ketetapannya dalam Al-Quran dan Sunnah. Perbanyaklah membacanya dengan khusyu dan penuh penghayatan, begitu pula dengan zikir dan doa-doa yang lain. Tidak ada batasan jumlah yang dibaca. Jangan lupa doakan orang-orang terdekat dengan kita, dan kaum muslimin secara umum, khususnya mereka yang tertimpa kemalangan. Jika letih duduk, maka kita dapat berdiri, atau mencari tempat lain yang lebih sepi untuk berdoa.
Suasana siang di luar tenda saat melaksanakan wukuf di Arafah



Wukuf ini kami laksanakan dengan berdiam sebentar di Arafah setelah matahari tergelincir pada tanggal 9 Dzulhijjah, dan wajib bagi setiap jamaah untuk berdiam di Arafah ini hingga matahari terbenam. 

Saat ketika matahari semakin rendah dan bayang-bayang mentari telah melebihi benda-benda di atas bumi, dan waktu saat itu sudah menunjukkan jam 16.30 WAS, pemandangan mendadak berubah. Pemandangan ini rupanya sangat berbeda dari waktu zuhur tadi. Sore ini Padang Arafah pun berubah menjadi lembah yang dipenuhi keharuan oleh hujan tangis. Suasana haru kini meliputi wajah setiap jamaah, mata-mata menjadi sembab memerah dan suara-suara tertahan dalam isak parau. Sementara lantunan doa terus mengalun di setiap tenda dengan air mata yang bercucuran dari tiap pasang mata jamaah. Hingga akhirnya keharuan berangsur reda dengan sendirinya. Para jamaah haji di semua tenda hampir serempak berdiri dan bersalam-salaman. Mereka berbaris berjajar dan saling berpelukan dengan mata berkaca-kaca. 

Alhamdulilah, seluruh jamaah hari ini berhasil melaksanakan wukuf di Arafah. Ya Allah, jadikan haji kami ini haji yang mabrur... Amiiin.
Haji Hari Kedua



"Hai malaikat-Ku ! Apa balasan (bagi) hamba-Ku, ia bertasbih kepada-Ku, ia bertahlil kepada-Ku, ia mengangungkan-Ku, ia mengenali-Ku, ia memuji-Ku, ia bershalawat kepada nabi-Ku. Wahai para malaikat-Ku ! Saksikanlah, bahwasanya Aku telah mengampuninya. Aku memberi syafaat (bantuan) kepadanya. Jika hambaku memintanya tentu akan Kuberikan untuk semua yang wukuf di Arafah ini" (Imam al-Ghozali).
Alhamdulilah, bersama teman hari ini sesaat setelah  melaksanakan wukuf di Arafah


Selesai melaksanakan wukuf, pada jam 17.00 WAS semua jamaah haji di persilakan untuk makan sore menjelang malam. Sebenarnya jadwal makan malam baru akan di mulai pada jam 18.00 WAS. Tetapi jadwal makan malam ini memang sengaja dipercepat, karena penyelenggara ibadah haji ingin memberikan pelayanan terbaik. Dimana saat sore mulai menjelang, jamaah haji di tenda-tenda telah tampak memulai kesibukan. Jamaah haji semua akan bergerak menuju ke Muzdalifah untuk melaksanakan mabit (bermalam/menginap) di sana. Karena akan segera berangkat lebih awal sebelum matahari terbenam, makanya penyelenggara ibadah haji tidak akan membiarkan tamu Allah ini berangkat menuju ke Muzdalifah dalam keadaan perut kosong. Alhamdulilah, kami sudah makan malam sebelum bergerak menuju Muzdalifah.
Saat kami makan sore menjelang malam di Arafah


Selesai makan sore ini, tepatnya jam 17.30 WAS, saya dan istri menyempatkan diri untuk jalan keliling perkemahan sejenak dan keluar dari pagar area maktab 113. Ternyata di bagian luar area kemah kami terdapat area terbuka yang di penuhi jamaah. Saat ini kami melintasi menyebrang jalan menjauhi pagar maktab 113. Dengan suasana di jalan yang tertata rapi di area Arafah, tampak kami lihat light box berjajar menandakan nomor area kemah (maktab). Di depan pagar-pagar maktab yang bercat putih sudah banyak jamaah haji yang masuk dan keluar area maktab. Diluar area maktab juga terlihat banyak para jamaah yang sudah berjalan kaki untuk menuju ke Muzdalifah.
Suasana sore di luar pagar maktab 113 di Arafah


Suhu sore ini di Arafah sudah cukup nyaman bagi para jamaah. Dengan suhu yang nyaman ini, tidak hanya kami saja yang keluar dari area maktab, ternyata banyak juga para jamaah lain yang mau beraktivitas di luar tenda. Sinar mentari perlahan tenggelam dan memerahkan langit di Padang Arafah. Akhirnya perjalanan sore kami ini terhenti di satu tempat yang cukup bagus untuk menyaksikan indahnya sore Padang Arafah. Ditempat ini kami banyak bertemu jamaah lain dari berbagai negara.
Suasana sore di Arafah


Dari tempat kami berdiri ini, kami bisa menyaksikan secara jelas bukit yang sangat terkenal, yaitu Jabal Al-Rahmah yang lengkap dengan tugu beton persegi empat yang tegak berdiri tepat diatas bukit tersebut. Hari ini Jabal Al-Rahmah benar-benar berbeda. Jabal Al-Rahmah bukan lagi sebuah bukit batu yang sepi tanpa kerumunan orang-orang seperti yang kami lihat saat City Tour tanggal 29 Dzulqa’dah  1437 H (Kamis, 01 September 2016) kemarin. 
 
Saat mengunjungi Jabal Al-Rahmah, bukit cinta Adam dan Hawa, yang terletak di kawasan Arafah, 10 hari yang lalu, belum ada satu tenda pun yang dipasang di Arafah. Padahal, pada hari itu jutaan jamaah dari seluruh dunia akan datang ke Arafah, untuk menunggu waktu wukuf yang merupakan puncak ibadah haji. Tetapi hari ini Padang Arafah sudah di penuhi dengan tenda-tenda dan Jabal Al-Rahmah pun semua telah tampak putih, karena dipenuhi oleh para jamaah yang ingin mendaki bukit tersebut.
Suasana sore di Arafah, tampak Jabal Al-Rahmah telah menjadi putih


Di Padang Arafah ini selain sudah dipenuhi dengan tenda dan jutaan jamaah haji, dari tempat kami berdiri ini juga kami dapat menyaksikan bahwa Padang Arafah ini memang bukan lagi padang tandus, pasir berbatu-batu. Kawasan ini sekarang telah hijau royo-royo. Pemandangan menghijau tampak hampir diseluruh kawasan Padang Arafah. Meski hanya ada satu jenis pohon yang tumbuh, warna hijau daunnya paling tidak menyegarkan mata. Panas terik udara padang pasir Jazirah Arab paling tidak akan terkurangi dengan kesejukan dari pepohonan yang tumbuh di Arafah ini. 
 
Kondisi Padang Arafah saat ini menurut saya “Bukan Padang Arafah, yang tepat adalah Taman Arafah”. Kondisi Arafah yang hijau royo-royo, tidak terlepas dari peran dan gagasan Bung Besar kita, Presiden Soekarno. Ide menghijaukan Padang Arafah muncul saat presiden pertama Republik Indonesia itu sedang wukuf menunaikan ibadah haji pada awal tahun 1960-an.
Suasana sore di Arafah, tampak kondisi Arafah yang hijau royo-royo


Pohon setinggi empat meter hingga enam meter, yang kini tumbuh di Arafah ini adalah jenis pohon Mindi (Melia azedarach). Pohon ini di Arafah dikenal dengan nama ”Pohon Soekarno”. Jenis pohon mindi ini memang langsung dibawa dari Indonesia. Pohon ini tahan hidup di padang pasir. 

Penanaman pohon Soekarno di padang seluas 1.250 hektar itu oleh Pemerintah Arab Saudi merupakan bentuk penghargaan atas gagasan Bung Karno menghijaukan Padang Arafah. Pemerintah Arab Saudi mengundang ahli kehutanan Indonesia untuk menjalankan program itu. Upaya itu membuahkan hasil. Sejak bertahun-tahun lalu, Arafah sudah hijau royo-royo. Kelestarian pohon itu diharapkan tetap terjaga meskipun jutaan lebih jamaah akan datang setiap tahunnya, baik saat menunggu maupun saat wukuf berlangsung.
Suasana sore di Arafah, “Bukan Padang Arafah, yang tepat adalah Taman Arafah”



Pada saat berjalan pulang untuk menuju ke maktab 113, dijalanan Arafah ini dapat kami lihat bus-bus yang telah terparkir rapi dan siap mengantar para jamaah menuju ke Muzdalifah. Lalu lintas yang menuju ke Muzdalifah nantinya akan sangat ketat dengan kendaraan yang bergerak sangat lambat sebelum matahari terbenam. Karena pada saat yang sama seluruh jamaah haji yang jumlahnya jutaan orang akan menuju tempat yang sama, sehingga semua bus harus tertib menaati jadwal yang sudah disepakati agar membantu kelancaran angkutan.
Suasana sore di Arafah, tampak puluhan bus yang telah terparkir rapi



Seluruh komponen pemerintah Arab telah memobilisasi sumber daya manusia untuk menyambut jamaah. Semua fasilitas untuk jamaah di kota-kota suci ada di titik maksimal mengingat atmosfir spiritual yang sangat tinggi. Penjaga Dua Masjid Suci, Raja Salman, telah memberi instruksi kepada departemen pemerintah dan badan publik demi memperluas kenyamanan tamu-tamu Allah SWT selama berada di Makkah dan Madinah. Upaya maksimal dilakukan untuk memberi umat akomodasi yang memadai demi menjaga keamanan dan mengendalikan lalu lintas, sehingga kelancaran arus kendaraan bagi jamaah dari Arafah menuju ke Muzdalifah dapat terjamin.
Suasana sore di Arafah, tampak keramaian jamaah mulai menaiki puluhan bus yang telah terparkir rapi



Matahari telah terbenam. Waktu menunjukkan jam 18.00 WAS, wukuf pun telah berakhir. Ketika matahari terbenam pada hari Arafah, kami semua bersiap-siap akan berangkat ke Muzdalifah untuk mabit pada malam tanggal 10 Dzulhijjah.

Secara teknis masalah keberangkatan dari Arafah ke Muzdalifah sangat tergantung dengan keadaan, arus manusia dan kendaraan yang sangat-sangat padat dan berjubel membuat kita harus ekstra sabar. Sunnahnya ketika matahari terbenam, atau ketika waktu Maghrib tiba, jamaah haji meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah, dengan harapan tiba di Muzdalifah pada pertengahan malam. Lalu setibanya di sana segera lakukan shalat Maghrib dan Isya dengan cara jama' dan qashar.

Tetapi karena kondisi dan situasi Arafah yang begitu padat, maka semua ibadah shalat Maghrib dan Isya dengan cara jama' dan qashar ini kami lakukan di Arafah. Lakukan azan, kemudian iqamah, lalu shalat Maghrib tiga rakaat, lalu iqamah lagi, kemudian shalat Isya dua rakaat. Setelah selesai kami melaksanakan shalat Maghrib dan Isya dengan cara jama' dan qashar, kami semua berberes untuk siap bertolak ke Muzdalifah untuk mabit.

Saat itu waktu sudah menunjukkan jam 19.00 WAS. Jamaah dari tenda kami sudah mulai bersiap-siap untuk melakukan rangkaian ibadah selanjutnya yaitu bermalam di Muzdalifah. Namun rombongan kami belum juga bisa beranjak dari dalam tenda, karena masih menunggu kedatangan bus.

Tampak para petugas haji hilir mudik mengumpulkan dan memastikan semua jamaah harus terangkut dan berangkat menuju ke Muzdalifah. Tim petugas haji benar-benar sweeping ketat, jangan ada sampai jamaah yang tertinggal ketika rombongan akan meninggalkan Arafah dan semua jamaah harus terangkut ke Muzdalifah. 

Demi kelancaran angkutan, maka di depan setiap tenda maktab ada disediakan ruang khusus yang berfungsi sebagai halte. Nantinya para jamaah akan naik bus dari halte ini lanjut ke Muzdalifah.

Akhirnya bus yang di tunggu-tunggu datang juga. Bus kami berhenti tepat persis didepan gerbang pintu exit/entrance maktab 113. Segera kami satu per satu antri naik ke dalam bus. Tepat jam 20.00 WAS kami semua berangkat dari Arafah menuju ke Muzdalifah. Selamat tinggal Arafah... Insya Allah saya sekeluarga masih bisa diberi kesempatan lagi untuk datang kesini... Amiiin...
Suasana malam di Arafah, Selamat tinggal Arafah...



Jamaah yang telah melakukan wukuf di Arafah ini akan diangkut ke Muzdalifah untuk mabit sekaligus mencari batu untuk lempar jumrah. Para jamaah sudah menyiapkan kantong sebagai tempat menyimpan dan mengumpulkan kerikil. Karena kondisi jalanan yang macet, maka tampak jamaah haji hampir seluruhnya mulai bergerak menuju Muzdalifah sejak selepas maghrib. Dan untuk menjamin kelancaran, masih tampak para petugas haji yang terus memeriksa seluruh jamaah yang sudah harus terangkut semua ke Muzdalifah sebelum jam 24.00 WAS malam atau 10 Dzulhijah dinihari waktu setempat.

Untuk rute Arafah ke Muzalifah sebenarnya jaraknya cukup pendek. Jarak Arafah ke Muzdalifah sekitar 3 kilometer. Seperti yang direncanakan, rombongan kami akan berangkat ke Muzdalifah dengan bus. Tetapi banyak juga kami lihat para jamaah yang berjalan kaki, mengingat jalan yang pasti penuh sesak dengan kendaraan dan lautan manusia.

Diperkirakan perjalanan dari Arafah ke Muzdalifah dengan bus memakan waktu 3 hingga 4 jam. Padahal normalnya hanya sekitar 15 menit saja. Jadi jalan kaki adalah pilihan yang realistis, daripada hanya duduk 3-4 jam didalam bus. Tapi pilihan ini harus butuh kondisi yang benar-benar prima untuk perjalanan kaki ini. Informasi dari pihak PT. Siar Haramain International Wisata, bus yang mengangkut jamaah maktab 113 dari Arafah ini akan tiba di Muzdalifah sekitar pukul 23.00.

Situasi jalanan tampak sangat crowded sekali pada malam ini. Tampak mobil, bus ditambah gelombang manusia tumplek jadi satu memenuhi jalanan. Sangkin macetnya, bus yang kami tumpangi hanya terdiam ditengah jalan tak bergerak sama sekali.

Diluar tampak asap kendaraan bermotor benar-benar amat menyiksa. Belum lagi debu gurun dan suhu udara yang lumayan panas. Jadi buat yang memilih berjalan kaki dari Arafah ke Muzdalifah malam ini juga akan sangat menyulitkan. Tetapi tidak sedikit pula saya melihat orang-orang tua renta berjalan dengan langkah kaki cepat, orang yang mendorong orang tuanya dengan kursi roda, menggendong dan menuntun anak-anak dengan semangat untuk segera sampai di tujuan.

Alhamdulilah, meskipun bus kami jalan lambat tertatih-tatih. Tetapi kabar gembira sudah mulai tampak di depan mata. Muzdalifah 1 km lagi, begitulah petunjuk yang terpampang dipinggiran jalan. Sudah banyak orang-orang yang berhenti di lapangan terbuka sambil beristirahat sebelum melanjutkan perjalanannya.
Suasana crowded jalanan dari Arafah menuju ke Muzdalifah



Alhamdulilah, karena jalanan yang sangat macet akhirnya rombongan kami sampai di Muzdalifah pada jam 23.30 WAS. Mabit di Muzdalifah artinya barmalam atau berhenti sejenak atau menginap di Muzdalifah pada malam 10 Dzulhijjah selepas wukuf di Arafah. Oh ya begitu sampai di Muzdalifah, jangan kaget. Fasilitasnya apa adanya, kita tidak akan menemukan tenda dan alas.

Berbeda dengan yang ada dalam bayangan saya, ternyata di Muzdalifah ini tidak disediakan tenda seperti halnya di Arafah. Kita tidur ngemper di sembarang tempat. Tidak ada ibadah khusus ketika mabit di Muzdalifah ini.

Di Muzdalifah ini, sajadah yang biasa kami gunakan sehari-hari berfungsi sebagai alas sholat, beralih fungsi menjadi untuk alas tidur. Tidur kami malam ini benar-benar beralaskan tanah dan beratapkan langit. Berada diantara jutaan manusia dengan tujuan yang sama.

Bagi kami mabit dan istirahat di Muzdalifah itu bagai pasukan tentara yang sedang menyiapkan tenaga. Dan memungut kerikil di Muzdalifah itu bagaikan menyiapkan senjata dalam rangka berperang melawan musuh manusia, yaitu setan. Karena melempar jumrah adalah lambang memerangi setan.

Mabit di Muzdalifah merupakan bagian dari rangkaian ibadah Haji. Semua calon Haji yang menginginkan ibadah hajinya sempurna dan mabrur di mata Allah, harus Mabit di Muzdalifah.

Selanjutnya kami tertunduk di Muzdalifah ini, kami akan mencari batu senjata rahasia untuk melawan setan yang telah menantikan kedatangan kami di Mina nanti. Setan di Mina seolah tak pernah mati, walau jutaan batu yang dibalut dengan sentuhan keikhlasan, dilemparkan oleh jutaan jamaah haji di hari adha dan di hari-hari tasyrik.
Suasana malam di Muzdalifah, saat istirahat beralaskan tanah dan beratapkan langit



Di Muzdalifah ini para jamaah akan mengambil batu kerikil untuk bekal melempar jumrah di Mina. Ada 49 batu kerikil yang harus dikumpulkan untuk jamaah yang melaksanakan nafar awal dan ditambah 21 kerikil lagi bagi jamaah yang yang melaksanakan nafar tsani. Mencari batu kerikil pada malam hari saat berada di Muzdalifah bukanlah hal yang sulit, karena lampu yang tersedia sangat terang seperti lampu stadion sepak bola di Eropa.

Kerikil yang dikumpulkan untuk melontar jumrah di nafar awal sebanyak 49 butir kerikil itu akan digunakan 7 butir untuk lontar jumrah aqabah, dan 42 sisanya untuk melontar di 3 jamarat 2 hari kedepan. Sedangkan yang melakukan nafar tsani, kerikil yang dikumpulkan sebanyak 70 butir kerikil. 7 butir untuk lontar jumrah aqabah, dan 63 sisanya untuk melontar di 3 jamarat 3 hari kedepan. Akhirnya kami pun berhasil mengumpulkan 49 butir kerikil yang kira-kira mantap buat kami lontarkan ke dinding jamarat esok hari.

Mengenai batu kerikil untuk melontar jumrah, tidak harus diambil di Muzdalifah, dapat juga di ambil di Mina atau di mana saja di tanah haram. Namun jika sudah anda siapkan sejak di Muzdalifah akan lebih baik dan lebih mudah. Ukuran batu kerikil tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Kurang lebih ukuran sebiji kelereng, standarnya batu tersebut dapat disentil dengan jari. Tidak juga disyariatkan untuk mencuci batu tersebut, karena tidak ada contohnya dari Rasulullah.
Kerikil hasil memungut di Muzdalifah



Sebaiknya setelah beres keperluan pribadi, segera tidur untuk istirahat dan mengembalikan stamina. Dengan fasilitas apa adanya, mabit di Muzdalifah memang berat, namun justeru disanalah kita dapat merasakan kenikmatan beribadah haji yang sesuai dengan tuntunan dan ajaran Rasulullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar