By Aidil espeogeh
Labbaikawloohumma labbaik,
Labbaika laa syariika laka labbaik,
Innalhamda wanni'mata laka wal mulk,
Laa syariika lak.
10 Dzulhijjah 1437 H (Senin, 12 September 2016)
(Muzdalifah - Makkah Al Mukkarammah - Mina)
King Fahd Gate dan Kompleks Abraj Al Bait, Masjidil Al-Haram, Makkah Al-Mukkarammah |
Ibadah haji adalah ibadah fisik. Karenanya membutuhkan stamina tubuh yang sehat dan prima. Untuk bisa menjalankan ibadah tersebut, jamaah dianjurkan untuk istirahat sejenak, untuk memulihkan kembali kesehatan fisik dan mental agar tetap terjaga.
Salah satunya adalah Mabit (bermalam) di Muzdalifah sebagai rangkaian ibadah sebelum melanjutkan ritual ibadah berikutnya. Mabit di Muzdalifah ini dilakukan pada malam 10 Dzulhijjah selepas wukuf di Arafah. Memang, kegiatan mabit atau bermalam di Muzdalifah bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada jamaah haji untuk beristirahat. Sebab, rangkaian kegiatan ibadah haji keesokan harinya sangat berat. Karena selanjutnya besok hari, jamaah haji bisa melakukan Thawaf Ifadah di Masjidil Al-Haram dan melempar jumrah Aqabah di Mina.
Suasana malam di Muzdalifah |
Muzdalifah adalah tempat jamaah haji diperintahkan untuk singgah dan bermalam setelah bertolak dari Arafah pada malam hari. Muzdalifah disebut juga dengan Jama’ (perkumpulan). Dinamakan demikian, karena orang-orang berkumpul di sana.
Muzdalifah merupakan Masy’aril Haram yang disebutkan Allah SWT dalam Alquran, “Bukanlah suatu dosa bagi kalian mencari karunia dari Rabb kalian. Maka apabila kalian bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril Haram. Dan berzikirlan kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepada kalian, sekalipun sebelumnya kalian benar-benar termasuk orang yang tidak tahu.” (QS Al-Baqarah: 198).
Di Muzdalifah tidak ada tenda khusus, di sini siapapun dan apapun derajatnya, kaya-miskin, pejabat-rakyat, semuanya tidur beralaskan tanah dan beratapkan langit dengan berselimutkan bintang-bintang.
Di dalam Haji, semua status pribadi disingkirkan, dan semua harus seperti lainnya dan bersama-sama merampungkan kegiatan ibadah haji. Baik secara perorangan, berkelompok dan bersama-sama, janganlah kalian merasa berhak mendapat superioritas dari orang lain. Semua tidak ada beda dihadapan Allah.
Muzdalifah merupakan Masy’aril Haram yang disebutkan Allah SWT dalam Alquran, “Bukanlah suatu dosa bagi kalian mencari karunia dari Rabb kalian. Maka apabila kalian bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril Haram. Dan berzikirlan kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepada kalian, sekalipun sebelumnya kalian benar-benar termasuk orang yang tidak tahu.” (QS Al-Baqarah: 198).
Di Muzdalifah tidak ada tenda khusus, di sini siapapun dan apapun derajatnya, kaya-miskin, pejabat-rakyat, semuanya tidur beralaskan tanah dan beratapkan langit dengan berselimutkan bintang-bintang.
Di dalam Haji, semua status pribadi disingkirkan, dan semua harus seperti lainnya dan bersama-sama merampungkan kegiatan ibadah haji. Baik secara perorangan, berkelompok dan bersama-sama, janganlah kalian merasa berhak mendapat superioritas dari orang lain. Semua tidak ada beda dihadapan Allah.
Suasana malam di Muzdalifah |
Saat ini waktu di Muzdalifah sudah menunjukkan jam 00.30 WAS. Saat berada di Muzdalifah ini tidak ada ibadah dan amalan khusus, sunnahnya adalah segera tidur di awal malam. Mabit di Muzdalifah ini adalah wajib haji, jika tidak maka bayar dam haji.
Bagi kami berada di Muzdalifah ini cukup nyaman. Batas Muzdalifah adalah dari Ma’zamain Arafah hingga perbatasan Muhassir yang mencakup semua tempat di sisi kanan dan kiri, depan dan belakang, jalan-jalan di sela-sela bukit dan pepohonan, semuanya termasuk Muzdalifah. Jadi semua tempat di Muzdalifah ini bisa kita gunakan dan yang dilakukan jamaah haji di Muzdalifah ini adalah hanya bermalam saja dan beristirahat untuk aktifitas esok hari yang padat dan bisa jadi melelahkan.
Dari info yang kami peroleh, bahwa kawasan Muzdalifah, Arab Saudi ini, diharapkan telah bersih dari calon jamaah haji sebelum pukul 07.00 Waktu Arab Saudi sebagai antisipasi cuaca ekstrim yang dikhawatirkan akan meningkatkan risiko kesehatan jamaah. Untuk mengosongkan kawasan Muzdalifah sebelum pukul 07.00 Waktu Arab Saudi, maka semua pemberangkatan jamaah ke Makkah Al-Mukkarammah maupun ke Mina akan dilakukan tepat setelah lewat tengah malam atau dini hari.
Dengan pemberangkatan jamaah segera setelah tengah malam, diharapkan pada pukul 07.00 Waktu Arab Saudi tidak ada lagi jamaah yang tertinggal di Muzdalifah, sebab di Muzdalifah tidak ada layanan tenda sehingga jamaah berada di tempat terbuka. Keputusan itu diambil mengingat suhu udara di Kota Makkah yang diperkirakan terus naik. Hingga hari ke-14 yaitu 9 Dzulhijjah 1437 H saat kami berada di Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji, tercatat suhu maksimal Kota Makkah sudah mencapai 43 derajat Celcius, sementara menurut catatan bahwa suhu saat puncak haji di Arafah pada hari ke-14 kemarin sudah mencapai 50 derajat Celcius. Ini dikarena prosesi haji tahun ini terjadi saat puncak musim panas dunia.
Maka untuk kelancaran pemberangkatan, bus yang akan kami tumpangi pada pukul 00.45 Waktu Arab Saudi sudah ada di pintu naiknya jamaah. Semua diutamakan bagi jamaah-jamaah yang memerlukan bantuan khusus, yang pakai kursi roda, pakai tongkat, yang sakit, yang sepuh dan lain sebagainya. Proses menaikkan jamaah pun dimulai, sehingga pada pukul 01.00 Waktu Arab Saudi semua jamaah kami sudah berada kembali di dalam bus.
Hanya dari sisi teknis saja bila prosesi penjemputan bus kami ini telat sedikit saja, maka kami akan terlambat 1 sampai 1,5 jam untuk sampai di Makkah Al-Mukkarammah. Kami akan diangkut dari Muzdalifah menuju Makkah Al-Mukkarammah dengan menggunakan bus dan segera kami akan melaksanakan Thawaf Ifadah.
Bagi kami berada di Muzdalifah ini cukup nyaman. Batas Muzdalifah adalah dari Ma’zamain Arafah hingga perbatasan Muhassir yang mencakup semua tempat di sisi kanan dan kiri, depan dan belakang, jalan-jalan di sela-sela bukit dan pepohonan, semuanya termasuk Muzdalifah. Jadi semua tempat di Muzdalifah ini bisa kita gunakan dan yang dilakukan jamaah haji di Muzdalifah ini adalah hanya bermalam saja dan beristirahat untuk aktifitas esok hari yang padat dan bisa jadi melelahkan.
Dari info yang kami peroleh, bahwa kawasan Muzdalifah, Arab Saudi ini, diharapkan telah bersih dari calon jamaah haji sebelum pukul 07.00 Waktu Arab Saudi sebagai antisipasi cuaca ekstrim yang dikhawatirkan akan meningkatkan risiko kesehatan jamaah. Untuk mengosongkan kawasan Muzdalifah sebelum pukul 07.00 Waktu Arab Saudi, maka semua pemberangkatan jamaah ke Makkah Al-Mukkarammah maupun ke Mina akan dilakukan tepat setelah lewat tengah malam atau dini hari.
Dengan pemberangkatan jamaah segera setelah tengah malam, diharapkan pada pukul 07.00 Waktu Arab Saudi tidak ada lagi jamaah yang tertinggal di Muzdalifah, sebab di Muzdalifah tidak ada layanan tenda sehingga jamaah berada di tempat terbuka. Keputusan itu diambil mengingat suhu udara di Kota Makkah yang diperkirakan terus naik. Hingga hari ke-14 yaitu 9 Dzulhijjah 1437 H saat kami berada di Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji, tercatat suhu maksimal Kota Makkah sudah mencapai 43 derajat Celcius, sementara menurut catatan bahwa suhu saat puncak haji di Arafah pada hari ke-14 kemarin sudah mencapai 50 derajat Celcius. Ini dikarena prosesi haji tahun ini terjadi saat puncak musim panas dunia.
Maka untuk kelancaran pemberangkatan, bus yang akan kami tumpangi pada pukul 00.45 Waktu Arab Saudi sudah ada di pintu naiknya jamaah. Semua diutamakan bagi jamaah-jamaah yang memerlukan bantuan khusus, yang pakai kursi roda, pakai tongkat, yang sakit, yang sepuh dan lain sebagainya. Proses menaikkan jamaah pun dimulai, sehingga pada pukul 01.00 Waktu Arab Saudi semua jamaah kami sudah berada kembali di dalam bus.
Hanya dari sisi teknis saja bila prosesi penjemputan bus kami ini telat sedikit saja, maka kami akan terlambat 1 sampai 1,5 jam untuk sampai di Makkah Al-Mukkarammah. Kami akan diangkut dari Muzdalifah menuju Makkah Al-Mukkarammah dengan menggunakan bus dan segera kami akan melaksanakan Thawaf Ifadah.
Suasana crowded jalanan di Muzdalifah |
Alhamdulilah, proses wukuf di Arafah dan mabit (bermalam) di Muzdalifah kami telah berjalan dengan lancar dan aman. Meski pun begitu kami masih terus tetap menjaga kesehatan dan tetap waspada untuk prosesi haji selanjutnya, berupa pelemparan jumrah di Mina, Thawaf Ifadah, Sa'i hingga Thawaf Wada.
Tepat pada pukul 01.00 WAS, bus yang membawa rombongan kami bergerak meninggalkan Muzdalifah. Semua jamaah tertib menaati jadwal yang sudah disepakati agar membantu kelancaran angkutan. Karena pada saat yang sama seluruh jamaah haji yang jumlahnya jutaan orang akan menuju tempat yang sama, sehingga kalau tidak tertib, justru yang akan terjadi adalah angkutan tidak lancar dan malah tidak sampai ke tujuan. Pada dini hari ini tampak jutaan jamaah mulai bergerak secara bersamaan dari Muzdalifah untuk menuju ke Makkah Al-Mukkarammah ataupun ke Mina.
Tepat pada pukul 01.00 WAS, bus yang membawa rombongan kami bergerak meninggalkan Muzdalifah. Semua jamaah tertib menaati jadwal yang sudah disepakati agar membantu kelancaran angkutan. Karena pada saat yang sama seluruh jamaah haji yang jumlahnya jutaan orang akan menuju tempat yang sama, sehingga kalau tidak tertib, justru yang akan terjadi adalah angkutan tidak lancar dan malah tidak sampai ke tujuan. Pada dini hari ini tampak jutaan jamaah mulai bergerak secara bersamaan dari Muzdalifah untuk menuju ke Makkah Al-Mukkarammah ataupun ke Mina.
Suasana dini hari di Muzdalifah, Selamat tinggal Muzdalifah... |
Saat perjalanan dari Muzdalifah menuju ke kota Makkah Al-Mukkarammah tampak jelas jalanan dipenuhi dengan antrian bus dan jamaah di sepanjang jalan. Semua bus-bus akan sulit mendekati Masjidil Al-Haram maupun gedung-gedung yang berada di sekitarnya. Jadi sebenarnya di mana bus kami ini akan berhenti ?
Iya seperti pada perjalanan kami pada 04 Dzulhijjah 1437 H (Selasa, 06 September 2016) kemarin saat kami berangkat dari apartemen menuju ke Masjidil Al-Haram, maka pada dini hari ini kami juga akan menuju ke Terminal Kuday, lalu dengan Bus Saudi Public Transport Company “SAPTCO” merah menyala dari Terminal Kuday, Makkah Al-Mukkarammah kami akan menuju ke Masjidil Al-Haram.
Tepat jam 02.00 WAS bus kami sampai di Terminal Kuday. Di Terminal Kuday ini, sebelum kami melanjutkan perjalanan kami semua berwudhu di toilet umum di stasiun bus Terminal Kuday ini. Berwudhu di Terminal Kuday ini kami lakukan agar begitu sampai di Masjidil Al-Haram kami semua bisa langsung melakukan Thawaf Ifadah. Tidak perlu lagi antri di toilet yang bakalan penuh dengan jutaan jamaah.
Selesai urusan wudhu, lalu jam 02.15 WAS kami melanjutkan perjalanan dengan free shuttle bus services “SAPTCO” ke Al Haram. Terminal Kuday tampak begitu ramai. Kami ikut mengantri bersama para jamaah lain dari seluruh dunia untuk mengambil bus yang akan membawa kami semuanya ke Masjidil Al-Haram. Dalam waktu 15 menit perjalanan dari Terminal Kuday, akhirnya kami semua penumpang diturunkan tepat di UnderPass di bawah Al Haram. Bus SAPTCO pun berhenti dan jamaah dipersilakan jalan kaki, karena memang bus tidak bisa mendekat ke Masjidil Al-Haram.
Tepat jam 02.30 WAS kami semua sudah berada di pelataran luar Al Haram. Semua kendaraan hanya bisa berhenti sampai radius 1 km dari Masjidil Al-Haram. Lalu semua jamaah diwajibkan berjalan kaki untuk menuju ke Masjidil Al-Haram. Berhubung kami berada di UnderPass bawah Al Haram, maka kami harus naik 1 kali Eskalator. Dan begitu sampai diatas lalu arahkan pandangan kearah kanan, maka kami sudah berada tepat di pelataran Al Haram depan King Fahd Gate (Gate no. 79). Hanya cukup 6-7 menit berjalan kaki dari terminal yang berada di UnderPass untuk sampai ke Pelataran Masjidil Al-Haram ini. Sebelum memulai Thawaf Ifadah ini, kita selalu diingatkan agar tetap berada di regu dan rombongan, tidak ambil inisiatif sendiri.
Pada tanggal 10 Dzulhijjah hari ini adalah hari Idul Adha, namun bagi jamaah haji, pada hari tersebut tidak melakukan shalat Id, tapi ada beberapa amalan haji yang dilakukan. Amalan bagi jamaah haji yang melakukan Tamattu seperti kami ini adalah, melontar jumrah Aqabah, menggundul kepala atau memendekkan rambut, baik bagi laki-laki, sedangkan bagi wanita menggunting rambut seukuran ujung jari, lalu Thawaf Ifadah dan Sa’i. Ditambah dengan menyembelih seekor kambing jika mampu sebagai hadyu, atau lebih dikenal sebagai Dam. Namun jika tidak mampu mendapatkannya atau membelinya, kewajiban tersebut dapat diganti dengan puasa sepuluh hari, tiga hari pada saat haji, dan tujuh hari di kampung halaman. Untuk urusan menyembelih seekor kambing sebagai hadyu, yaitu Dam Tamattu / Dam bagi Haji Tamattu ini kami telah menitipkannya kepada PT. Siar Haramain International Wisata dengan membayar 100 USD / orang untuk di lakukan penyembelihan.
Tapi apakah boleh mendahulukan Thawaf Ifadah dan Sa'i sebelum melontar jumrah Aqabah atau sebelum wukuf di Arafah ? Berdasarkan petunjuk nabi, amalan-amalan pada hari ini dapat dimundur-majukan. Boleh mendahulukan Thawaf Ifadah dan Sa'i haji sebelum melontar jumrah Aqabah, tapi tidak boleh melakukan Thawaf Ifadah sebelum wukuf di Arafah atau sebelum tengah malam Idul Adha. Namun jika seseorang bertolak dari Arafah dan singgah di Muzdalifah pada malam Idul Adha maka dia boleh Thawaf dan Sa’i pada paruh kedua malam Idul Adha atau pada hari Idul Adha sebelum melontar jumrah Aqabah. Sebab dalam hadits disebutkan. “Artinya : Seseorang bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata : ‘Saya Thawaf Ifadah sebelum melontar ?’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Tidak mengapa’. [Hadits Riwayat Darimi dan Ibnu Hibban].
Sehingga jika seseorang mendahulukan sebagian atas sebagian yang lain, misalnya seseorang Thawaf dahulu baru kemudian dia melontar, atau mencukur habis dahulu baru dia melontar, atau mencukur habis sebelum menyembelih kurban, atau Thawaf sebelum menyembelih kurban, atau Thawaf sebelum mencukur, maka masing-masing tersebut telah mencukupi dan hal tersebut tidak mengapa. Sebab ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang mendahulukan dan mengakhirkan maka beliau bersabda : “Tidak mengapa, tidak mengapa”.
Jika seorang jamaah haji telah melakukan dua dari tiga perbuatan berikut, melontar Jumrah, menggundul atau memendekkan serta Thawaf dan Sa'i, maka dia telah mendapatkan tahallul awwal, dan jika semuanya telah dilaksanakan, maka dia sudah mendapatkan tahallul tsani. Tahallul awwal adalah anda terbebas dari larangan-larangan ihram, kecuali berhubungan intim dengan isteri. Maka anda sudah boleh mandi dengan memakai wewangian dan mengenakan pakaian biasa. Sedangkan tahallul tsani, adalah dibebaskannya jamaah haji dari seluruh larangan ihram termasuk berhubungan intim dengan isteri. Secara teknis, pelaksanaan masing-masing amalan di atas sangat disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Bukan langkah bijak mengejar keutamaan jika harus mengorbankan keselamatan dan keamanan diri, selama di sana masih ada keleluasaan dalam syariat.
Setelah proses ritual haji di Arafah dan Muzdalifah, kami semua akan melaksanakan Thawaf Ifadah yang disebut sebagai thawaf rukun karena merupakan rukun haji. Ifadah sendiri artinya adalah ‘meninggalkan’ atau thawaf setelah meninggalkan Arafah. Thawaf Ifadah adalah di antara rukun haji yang mesti dilakukan. Jika tidak melakukan thawaf yang satu ini, maka hajinya tidak sah atau batal. Sebagian jamaah haji melaksanakan Thawaf Ifadah pada hari raya Idul Adha. Dengan status hukum Thawaf Ifadah sebagai rukun haji dan sebagian besar melaksanakan pada saat bersamaan pada 10 Dzulhijjah, maka tingkat kepadatan Masjidil Al-Haram meningkat tajam.
Saat ini waktu sudah menunjukkan jam 03.00 WAS, sekarang saatnya kami semua akan melaksanakan Thawaf Ifadah. Kami memulai ibadah Thawaf Ifadah ini bersama-sama. Saat melakukan Thawaf Ifadah ini kami berada pada lantai dasar yang cukup dekat ke Ka’bah. Saat itu jamaah thawaf sangat padat. Semua orang dari berbagai bangsa di dunia melebur menjadi satu. Tidak ada lagi perbedaan si kaya dan si miskin, berpangkat atau tidak, pejabat atau rakyat biasa, semua sama di hadapan Allah, sama-sama berputar mengelilingi Ka’bah.
Adapun cara melaksanakan Thawaf Ifadah ini sama dengan sebagaimana thawaf lainnya. Thawaf Ifadah dilakukan dengan tujuh kali putaran. Dimana posisi Ka'bah berada di sebelah kiri jamaah. Setiap putaran tersebut merupakan rukun. Sebelum thawaf, pastikan anda telah bersuci dari hadats besar dan hadats kecil. Kemudian, karena ini adalah Thawaf Ifadah yang kami lakukan sebelum melontar jumrah Aqabah serta belum menggundul kepala atau memendekkan rambut, maka kami masih lengkap dengan berpakaian ihram, maka disunnahkan bagi orang laki untuk melakukan idhtiba' (membuka pundak kanannya). Thawaf diawali dan diakhiri sejajar dan searah dengan Hajar Aswad yang di beri tanda lampu hijau pada sisi kanan kita. Karena posisi Ka'bah berada di sebelah kiri jamaah, berarti orang yang Thawaf berputar mengelilingi Ka'bah pada posisi berlawanan arah jarum jam.
Setelah selesai Thawaf, pundak kanan bagi laki-laki kembali ditutup dengan kain ihram. Kemudian setelah itu menuju Maqam Ibrahim. Setelah melaksanakan thawaf, kami pun sholat sunnah dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim. Usai melaksanakan sholat sunnah, dan setelah salam kami berdoa memohon kepada Allah. Tiada daya dan upaya melainkan hanya karena kekuasaan dan Rahmat Allah, semoga semua doa yang kami panjatkan di kabulkan Allah. Amin...
Selanjutnya kami bergerak untuk meminum air zam-zam yang memang disediakan persis di area seputaran Ka’bah. Air zam-zam di area lantai dasar yang cukup dekat dengan Ka’bah ini tersedia cukup banyak. Setelah selesai minum air zam-zam kami langsung menuju ke tempat Sa'i. Tempat Sa'i ini juga berada di dalam kompleks Masjidil Al-Haram.
Bagi yang melaksanakan haji Tamattu seperti kami, maka harus menunaikan Sa'i haji setelah Thawaf Ifadah. Maka setelah mengerjakan Thawaf Ifadah kemudian kami melaksanakan Sa’i dari bukit Safa ke bukit Marwah yang jarak keduanya sekitar 450 meter. Bukit Safa dan bukit Marwah yang berjarak sekitar 450 meter itu sangat penuh disetiap lantainya. Saat itu jamaah Sa'i haji juga tidak kalah sangat padat. Prosesi Sa’i dilakukan sebanyak tujuh kali dan setiap perjalanan dari bukit Safa ke bukit Marwah dihitung satu kali, begitu juga sebaliknya perjalanan dari bukit Marwah ke bukit Safa dihitung satu kali. Total jarak yang harus di tempuh pada saat melaksanakan Sa'i ini adalah 3,150 km.
Selesai thawaf dan sa'i, bagi mereka yang berhaji Tamattu seperti kami, maka dapat bertahallul dengan menggundul kepala atau memendekkan rambut. Dengan bertahallul maka sudah diperbolehkan atau dibebaskannya seseorang dari larangan atau pantangan ihram. Pembebasan tersebut ditandai dengan tahallul yaitu dengan mencukur atau memotong rambut sedikitnya 3 helai rambut dan bagi laki-laki disunahkah mencukur bersih atau gundul. Disini saya hanya memotong dan memendekkan beberapa helai rambut saja, dan saya berencana nanti akan menggundul kepala dan mencukur habis rambut saya pada saat selesai melontar Jumrah Aqabah di Mina. Dengan melakukan tahallul, maka selesailah sudah semua rangkaian ibadah haji Tamattu dan sejak saat itu maka semua larangan selama berihram menjadi tidak berlaku lagi. Kami sudah boleh memakai pakaian biasa.
Alhamdulilah, pada jam 04.40 WAS kami semua selesai melakukan Thawaf Ifadah, Sa’i haji dan bertahallul memotong rambut di bukit Marwah (Qureish Gate). Segera kami langsung mengambil posisi di pelataran jalan bukit Marwah ke bukit Safa untuk mengatur shaf shalat subuh berjamaah. Tidak lama kemudian pada jam 04.45 WAS adzan subuh di Masjidil Al-Haram pun berkumandang. Rerata jeda antara adzan dan iqomat subuh di Masjidil Al-Haram sekitar 25-30 menit. Waktu menunggu shalat subuh yang jarang terjadi di masjid-masjid di tanah air, kecuali tukang adzannya bangun kesiangan. Khe ... Khe ... Khe ...
Tiba saatnya kami melaksanakan shalat subuh berjamaah dan setelah selesai melaksanakan shalat subuh segera kami keluar menuju ke pelataran luar Masjidil Al-Haram. Waktu saat itu menunjukan jam 05.35 WAS. Ada pemandangan yang menarik saat pagi Idul Adha di Masjidil Al-Haram hari ini.
Saat kami berada di pelataran luar Masjidil Al-Haram mendadak kami terkejut. Masjidil Al-Haram menjadi lautan warna seperti pelangi pada pelataran luarnya. Lautan anak-anak bak pelangi menghiasi pelataran luar Masjidil Al-Haram. Warna-warni seperti pelangi ini berasal dari warna baju yang di pakai anak-anak tersebut. Anak-anak ini ada yang memakai baju berwarna merah, biru, hijau, kuning, ungu dan lainnya. Suasana itu bak pelangi yang sedap dipandang mata.
Banyak kami melihat pakaian lebaran anak laki-laki dan perempuan yang branded dengan model terbaru. Ternyata meskipun orang dewasanya mengenakan busana muslim, tetapi buat lebaran Idul Adha ini baju anak-anaknya dapat kami temukan dengan berbagai model yang keren, juga mengalami inovasi dan modifikasi dengan kombinasi warna-warna cerah yang membuat tampilan anak-anaknya semakin lucu, modis dan modern.
Dress ala balerina dengan panjangnya yang mencapai lutut dengan bagian bawahnya yang melebar dipadukan dengan aksesoris dan model rambut berpita banyak kami jumpai. Pemandangan seperti ini tidak pernah kami jumpai pada hari-hari sebelumnya. Bagi kami hari ini saat berada di Masjidil Al-Haram sangat berbeda. Pagi Idul Adha di Masjidil Al-Haram hari ini benar-benar terasa suasana lebaran.
Makkah Al-Mukkarammah adalah kota yang tak pernah tidur. Rasanya setiap saat selalu sibuk, ada saja orang yang berlalu lalang kesana kemari. Saat ini Makkah juga masih selalu sibuk berdandan untuk mempercantik dirinya, dimana-mana ada pembangunan. Gunung-gunung batu yang memeluk kota Makkah sepertinya dari hari ke hari semakin terkikis dengan bangunan-bangunan baru yang saling bermunculan dimana-mana.
Bangunan raksasa Masjidil Al-Haram yang dikenal sebagai masjid terbesar didunia dan sebagai denyut nadi kota Makkah selalu sibuk setiap waktu. Makkah adalah kota impian bagi setiap muslim. Dan kesempatan berhaji ditempat suci ini selalu akan kami kenang. Kami mensyukuri sebuah berkah yang akhirnya menghantarkan kami ke tempat mulia yang banyak dirindukan orang ini.
Bagi orang yang tidak sering datang ke Masjidil Al-Haram seperti kami ini, maka setiap sudut bangunan di Masjidil Al-Haram begitu menarik untuk saya amati, dari mulai lampu-lampu cantik yang bergantung diseluruh langit-langit Masjidil Al-Haram sampai deretan botol-botol air zam-zam begitu juga dengan setiap sudut bangunan-bangunannya saya amati lekat-lekat ketika sudah selesai melaksanakan ibadah. Begitu juga ketika di pelataran luar Masjidil Al-Haram saya selalu mengawasi tempat-tempat disekitarnya.
Setiap saat tampak merpati-merpati disekitar pelataran luar Masjidil Al-Haram dan sepertinya hidup dengan senang, tak perlu susah untuk mencari makanan, banyak jamaah yang memberikan makanan. Mereka sepertinya sudah akrab dengan lautan manusia yang hilir mudik kesana kemari, merpati-merpati Makkah itu juga menambah cantik kota Makkah Al-Mukkarammah.
Waktu masih menunjukkan jam 05.40 WAS saat kami berada di bagian luar King Fahd Gate (Gate no. 79), Masjidil Al-Haram, Makkah Al-Mukkarammah dan rombongan masih belum terkumpul semuanya, maka kami pun segera melangkahkan kaki menuju ke zam-zam Tower. Kami langsung menuju ke lantai 4 food court zam-zam Tower buat sarapan. Di food court yang ada di lantai 4 zam-zam Tower ini ada Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, Texas Fried Chicken dan lainnya. Kami tidak mau terlalu lama pilih sana pilih sini, jadi pada kesempatan ini kami memilih untuk membeli Texas Fried Chicken untuk sarapan pagi kami. Selesai sarapan, segera kami kembali ke lobby zam-zam Tower yang terletak tepat di depan King Abdul Aziz Gate (Gate no.1), Masjidil Al-Haram. Ternyata kami belum telat dari jadwal janjian yang telah di sepakati bersama.
Akhirnya pada jam 06.20 WAS kami meninggalkan Masjidil Al-Haram menuju ke terminal shuttle bus dari Saudi Public Transport Company “SAPTCO”. Karena sebelumnya kami sudah pernah pulang dengan bus SAPTCO ini, maka kami tidak menemukan kesulitan untuk mencapai stasiun bus tersebut.
Saat menuju pulang dan keluar dari area Al Haram ini tidak akan semudah pada saat kita datang tadi. Karena pada saat kita mau pulang semua kendaraan kosong yang tidak berpenumpang tidak bisa mendapat ijin masuk alias dilarang masuk ke area UnderPass Masjidil Al-Haram. Sehingga semua para jamaah di haruskan berjalan kaki untuk menuju Shuttle bus dari Saudi Public Transport Company “SAPTCO” yang berada 1 km di belakang dari Makkah Clock Royal Tower. Untuk menuju ke terminal shuttle bus SAPTCO dari King Abdul Aziz Gate (Gate no.1), kita tinggal berjalan lurus menuju ke arah Makkah Clock Royal Tower. Nah nanti kita akan menemukan UnderPass dengan petunjuk "Shuttle bus", maka ikuti petunjuk tersebut dan kita akan sampai di terminal Shuttle bus SAPTCO.
Saat di terminal Shuttle bus SAPTCO, busnya cukup banyak dan tiap saat ada, sehingga tidak perlu saling berebutan. Bus SAPTCO yang berwarna merah menyala ini akan membawa kami dari Al Haram menuju ke Terminal Kuday dengan ongkosnya free alias gratis.
Tidak kurang dari 15 menit waktu perjalanan kami dari Al Haram menuju ke Terminal Kuday. Pada jam 06.35 WAS kami semua telah sampai di Terminal Kuday, dan bus pariwisata kami pun sudah siap menunggu. Pada jam 06.45 WAS kami semua langsung duduk manis berangkat dari Terminal Kuday menuju ke Apartemen di Nusha Murrur Hashim tempat kami menginap. Alhamdulilah, perjalanan dari Terminal Kuday menuju ke Apartemen hanya berlangsung 15 menit saja. Dan akhirnya pada jam 07.00 WAS kami semua beserta rombong tiba dengan selamat kembali di Apartemen di Nusha Murrur Hashim dan segera kami semua berberes.
Saat tiba di Apartemen di Nusha Murrur Hashim, kami diberi waktu dari jam 07.00-10.00 WAS untuk beres-beres. Dengan sisa waktu yang sempit ini maka hal pertama yang kami lakukan adalah bersih-bersih. Karena kami telah memendekkan rambut serta Thawaf dan Sa'i, maka kami telah mendapatkan tahallul awwal. Dengan Tahallul awwal, maka kami terbebas dari larangan-larangan ihram, kecuali berhubungan intim dengan isteri. Maka kami sudah boleh mandi dengan memakai wewangian dan mengenakan pakaian biasa. Setelah beres bersih-bersih, sarapan pagi pun telah disediakan buat teman-teman yang belum sarapan. Pada pagi ini kami langsung menyempatkan sejenak untuk istirahat sambil cek dan ricek kembali bekal perlengkapan yang akan di bawa ke Mina.
Akhirnya pada jam 10.30 WAS kami berangkat dari Apartemen di Nusha Murrur Hashim menuju ke Mina. Perjalanan ke Kota Mina dari Apartemen di Nusha Murrur Hashim, Makkah ini memakan waktu hampir dua jam karena jalanan yang padat di musim haji. Arus lalu lintas yang tersendat membuat para jamaah merasa bosan. Untuk mengatasinya, pembimbing jamaah memberikan tausiyah di dalam bus kepada jamaah sebelum tiba di Mina.
Tepat jam 12.00 WAS bus yang kami tumpangi sampai di Kota Mina. Bus ini tidak boleh masuk melintasi area perkemahan. Jadilah kami semua di turunkan dipinggir jalan tepat di atas King Khaled Bridge. Lalu untuk sampai ke Maktab nomor 113 di Mina kami semua harus berjalan kaki kurang lebih 1 km di sepanjang King Fahd Road. Maktab nomor 113 di Mina ini sama seperti nomor maktab kami di Arafah.
Saat berada di atas King Khaled Bridge, saya sempat mengabadikan Kota Mina ini dari ketinggian. Mina adalah perkampungan kecil yang dihuni oleh manusia hanya setahun sekali dengan tujuan mabit (bermalam) dalam rangka ibadah haji. Mina merupakan tempat Masy’aril Haram dan termasuk juga Tanah Haram (Tanah Suci) karena sangat berdekatan dengan Makkah. Jaraknya dengan Makkah kurang lebih 5 km.
Mina ini terletak di antara Makkah dan Muzdalifah. Dari atas King Khaled Bridge, bila kita melihat ke sisi kanan kearah Muzdalifah maka akan tampak ribuan tenda dan bila kita melihat ke sisi kiri kearah Makkah maka selain kita bisa melihat ribuan tenda kita juga dapat melihat tempat melempar jumrah. Karena berisi ribuan tenda-tenda di hamparan padang pasir untuk digunakan oleh jutaan jamaah haji seluruh dunia menginap tidak salah kalau Mina mendapat julukan sebagai kota tenda. Dimana sejauh mata memandang, akan tampak tenda-tenda menutupi ruang area kota Mina, yang disusun baris berbaris dan semua tenda-tenda tersebut diatur dengan pendekatan sains.
Di Mina setiap tahun hanya ramai pada waktu jamaah haji mabit, yaitu bermalam beberapa hari saja. Selebihnya, kota tua ini sepi dan hanya dihuni oleh beberapa penduduk saja. Hampir tidak ada bangunan permanen di Mina, yang tampak adalah tenda-tenda kerucut warna putih tempat para jemaah menginap. Tanah di Mina ini tidak boleh dimiliki oleh perorangan, yang boleh adalah menempati untuk keperluan ibadah saja.
Dengan riwayat kebakaran tenda pada tahun 1997 yang meletus di kamp-kamp, membakar tenda-tenda kain dan membunuh ratusan orang, terus menghantui pihak berwenang. Maka sejak saat itu mereka mengganti tenda tua dengan yang terbuat dari fiberglass yang dilapisi dengan Teflon dan penyiram air panas yang sensitif. Tenda baru yang berbentuk kerucut warna putih itu berukuran 8 x 8 meter, dan dibangun secara permanen oleh pemerintah Saudi dengan kualitas tenda tahan api. Mina yang luasnya sekitar 600 hektar dipenuhi dengan bangunan tenda yang bentuk, ukuran dan modelnya sama dengan warna putih sama semuanya. Karena bentuk, ukuran, model dan warna tenda di Mina yang sama sering membuat jamaah haji kehilangan orientasi arah, bingung menentukan arah untuk pulang.
Tenda-tenda di Mina ini tetap berdiri sepanjang tahun meski musim haji tidak berlangsung dan kita dapat melihatnya disepanjang perjalanan. Jadi dengan demikian tenda-tenda jamaah di Mina sifatnya adalah permanen. Tenda di Mina ini terbagi-bagi dalam beberapa wilayah. Ada penomoran khusus.
Selanjutnya dari King Khaled Bridge ini kami menyusuri King Fahd Road untuk menuju ke Maktab nomor 113 di Mina. Karena semua tenda di Mina ini memiliki bentuk, ukuran, model dan warna tenda yang sama, maka oleh pembimbing diberitahu bahwa Maktab nomor 113 di Mina itu terletak dekat dengan Mena Towers. Jadi bila mengalami disorientasi arah, bingung menentukan arah untuk pulang maka sebagai patokan adalah Mena Towers.
Pada awalnya pihak berwenang Saudi melarang kamp / tenda VIP di Mina sebagai kota tenda terbesar di dunia, karena mereka "menentang semangat haji", yang seharusnya tentang daya tahan dan ketaatan kepada Allah. Di Kota Mina tua, selama ratusan tahun dulu peziarah berkemah di lingkungan sekitar dan di antara penduduk Mina. Dulu, Mina adalah lingkungan yang sebenarnya diduduki oleh penduduk dan semarak dengan pasar dan dagangan. Tapi satu dekade yang lalu, lingkungan itu benar-benar dihancurkan, membuat jalan bagi kota tenda dengan jembatan, jalan setapak pejalan kaki, stasiun kereta api dan fasilitas kesehatan. Saat sekarang Mina benar-benar sepi sepanjang tahun, kecuali untuk periode haji, ketika lebih dari satu juta orang menghabiskan beberapa malam di Mina, kota tenda terbesar di dunia sebagai bagian ziarah yang dipersyaratkan. Dan pada hari ini jutaan orang mulai membanjiri kota tenda terbesar di dunia ini.
Semua orang di Mina menjadi musafir. Jamaah haji dari seluruh dunia meninggalkan kenyamanan peradaban dan membubarkan perbedaan kelas dan budaya. Mina mencakup area seluas sekitar 20 kilometer persegi atau kurang dari dua meter persegi untuk setiap peziarah. Pengalaman tinggal selama tiga sampai empat malam di Mina ini akan memberikan pengalaman baru bagi kami. Sebagian besar peziarah akan tinggal di kota tenda Mina, di mana lebih dari 100.000 tenda putih dibangun berdampingan di lembah rendah Kota Mina. Mayoritas satu tenda ini bisa menampung sekitar 50 orang, dan harga rata-rata untuk setiap peziarah adalah $ 500.
Saat sekarang ini di dekat tenda-tenda dan di antara pegunungan berbatu di lingkungan Mina, baru-baru ini berdiri enam menara menjulang tinggi yang digunakan untuk mengakomodasi jumlah jamaah yang melonjak. Sejak tahun 2015, terdapat ruang VIP seharga $ 7.000 semalamnya di lingkungan perkemahan ini, yaitu Mena Towers yang dimiliki oleh pengusaha Saudi Saad Qurashi.
Mena Towers itu berada di lingkungan Makkah yang tandus di Mina, sebuah daerah yang menjadi pusat ziarah Muslim tahunan ke Arab Saudi. Meskipun kami tidak menginap di Mena Towers ini, tapi dari info yang didapat meski harganya lumayan mahal, kamarnya bahkan tidak setara dengan kamar hotel bintang lima. Ini adalah kamar polos, dua kali dua meter yang hanya dilengkapi dengan dua tempat tidur dan sebuah lemari kecil dan toilet kecil dengan dinding berpanel putih yang di bandrol dengan label harga $ 3.500 untuk setiap orang semalam. Sehingga ruang darurat di Mina ini berharga senilai $ 7.000 per malamnya. Masing-masing menara berkapasitas 1.500 peziarah, dengan jumlah lebih dari $ 16 juta per tahun, dan disewakannya hanya pada masa haji saja.
Sangat Waaaaaaaw ya harganya… Bayangkan saja harga “SEMALAM” nya kamar di Mena Towers ini hampir sama mewahnya dengan biaya perjalanan Keberangkatan Haji Khusus Kuota Kementerian Agama Republik Indonesia yang saya dan istri bayar untuk 26 hari. Jadi bila menetap di Mena Towers hanya selama 3-4 hari saja, maka total biayanya bahkan lebih mahal lagi dari seluruh total biaya Keberangkatan Haji Khusus kami pada tahun 1437 H / 2016 M ini. Jadi pantas saja saya bilang harga Mena Towers ini sangat fantastis.
Pemerintah mencoba untuk waktu yang lama untuk melestarikan sifat Mina, tapi ini menjadi semakin tidak mungkin. Kamp / tenda VIP sekarang telah mengambil tempat yang sangat dibutuhkan untuk sejuta setengah peziarah haji. Semuanya demi kenyamanan para peziarah.
Alhamdulilah, tepat jam 12.15 WAS kami sudah sampai di tenda maktab nomor 113 di Mina. Kami langsung masuk ke area perkemahan kami. Sama seperti saat di Arafah, pada saat hendak masuk ke area dalam maktab 113, tepat didepan pintu maktab 113 dilakukan pengecekan oleh para penjaga pintu dengan menunjukkan gelang ber barcode warna hijau, lalu setelah itu baru boleh masuk. Saat kami sampai, sudah banyak jamaah lain di tenda Mina ini.
Sebenarnya Mina ini sudah mulai didatangi oleh jamaah haji sejak tanggal 8 Dzulhijjah atau sehari sebelum wukuf di Arafah. Jamaah haji tinggal di sini sehari semalam sehingga dapat melakukan shalat Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh. Kemudian setelah shalat Subuh tanggal 9 Dzulhijjah, jamaah haji berangkat ke Arafah.
Jamaah haji datang lagi ke Mina ini setelah selesai melaksanakan wukuf di Arafah dan selesai mabit di Muzdalifah, yaitu pada tanggal 10 Dzulhijjah sampai dengan tanggal 13 Dzulhijjah dan wajib untuk bermalam dan melempar jumrah pada hari-hari tersebut. Jamaah haji ke Mina lagi karena para jamaah haji akan melempar jumrah. Tempat atau lokasi melempar jumrah ada 3 yaitu Jumrah Aqabah, Jumrah Wusta dan Jumrah Ula.
Di Mina jamaah haji wajib melaksanakan mabit (bermalam) yaitu malam tanggal 11, 12 Dzulhijjah bagi jamaah haji yang melaksanakan Nafar Awal atau malam tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah bagi jamaah yang melaksanakan Nafar Tsani. Adapun pergi ke Mina pada tanggal 8 Dzulhijjah (Tarwiyyah) hukumnya sunah. Sementara itu mabit atau menginap di Mina sejak tanggal 10 Dzulhijjah sampai dengan tanggal 12 Dzulhijjah atau 13 Dzulhijah dan melontar Jumrah merupakan wajib haji, artinya bila tidak dikerjakan maka hajinya tetap sah namun dia harus membayar denda /dam.
Tepat jam 12.23 WAS kami semua bersiap untuk melaksanakan shalat Zuhur. Saat jamaah haji berada beberapa hari di Mina pada hari Idul Adha dan hari-hari Tasyriq (10-13 Dzulhijjah) banyak aktivitas ibadah yang dilakukan di sana. Di antaranya adalah mabit (bermalam), melontar jumrah, shalat lima waktu, dan ibadah-ibadah sunah lainnya.
Ada tuntunan Rasulullah SAW dalam menjalani hari-hari di Mina, salah satunya adalah pelaksanaan shalat lima waktu yang sedikit berbeda dengan pelaksanaan yang biasa dilakukan. Ketika berada di Mina, semua shalat yang empat rakaat di qashar menjadi dua rakaat. Shalat-shalat yang di qashar itu adalah Zuhur, Ashar, dan Isya. Sehingga pada hari-hari Mina ada empat shalat yang dilakukan dua rakaat. Shalat yang satunya lagi tentulah shalat Subuh, sedangkan Maghrib tetap dilakukan tiga rakaat.
Kesemua shalat ini dilakukan pada waktunya masing-masing tanpa jamak. Maka itu, semua shalat yang bilangan rakaatnya empat di qashar menjadi dua rakaat, namun tidak di jamak. Di qasharnya shalat yang empat rakaat ini, sebagaimana disampaikan dari para sahabat yang menyaksikan secara langsung sunah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dari Abdullah bin Umar RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW melakukan shalat di Mina dua rakaat. Hal ini juga dilakukan oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Usman bin Affan radhiyallahu anhum. ( HR Bukhari 1572 ).
Dari Haritsah bin Wahab Al Khuza’i RA yang berkata, “Kami shalat bersama Rasulullah SAW dan belum pernah kami shalat dengan jamaah sebanyak itu. Kami shalat bersama Nabi SAW di Mina dua rakaat.” ( HR Bukhari 1573 ).
Dari Abdurrahman bin Yazid dari Abdullah RA yang berkata, “Aku shalat (di Mina) bersama Nabi SAW dua rakaat. Aku pun shalat bersama Abu Bakar RA juga dua rakaat. Bersama Umar RA, aku pun melakukannya dua rakaat. Namun, rupanya kalian berada di persimpangan jalan (ada yang melakukan dua rakaat, ada yang empat rakaat). Aku beruntung pernah mengikuti dari mereka empat shalat yang dilakukan dengan dua rakaat.” ( HR Bukhari 1574 ).
Itulah tiga hadis yang menceritakan kepada kita bahwa Rasulullah SAW dan para sahabat yang utama juga mengqashar shalat yang empat menjadi dua rakaat selama berada di Mina. Karena kami sedang dalam perjalanan dan kami juga sedang berada di Mina, maka kami juga akan mengqashar shalat.
Setelah mengqashar shalat Zuhur, pada jam 13.00 WAS kami pun makan siang bersama. Sekarang saatnya kami semua di persilakan makan siang terlebih dahulu sebelum pergi melontar Jumrah. Sama seperti saat di Arafah, di Mina ini juga terdapat banner menu makanan musim haji tahun 1437 H / 2016 M. Kita dapat melihat banner yang ditempelin daftar menu makan sejak dari tanggal 10 Dzhulhijjah sampai tanggal 13 Dzhulhijjah. Menu makan pagi, siang dan malam setiap harinya akan berbeda. Selama pelaksanaan ibadah haji ini, selama di Mina kita akan mendapat makan pagi dari jam 06.00-09.00 WAS, lalu makan siang dari jam 11.00-13.00 WAS dan makan malam dari jam 18.00-20.00 WAS. Dan untuk yang melakukan Nafar Tsani sampai tanggal 13 Dzhulhijjah akan tetap mendapat makan siang sebelum meninggalkan Mina.
Selesai makan siang, sambil menunggu keberangkatan untuk melontar Jumrah kami sempatkan untuk beristirahat sebentar di dalam tenda. Mina telah mengalami perubahan luar biasa saat pemerintah mengucurkan milyaran riyal untuk proyek infrastruktur guna memberi kenyamanan selama masa ibadah haji. Penyelenggara ibadah haji terus berupaya meningkatkan fasilitas bagi jamaah haji.
Di Mina tenda dalam jumlah yang massif di ruang terbuka ini dilengkapi dengan fasilitas tenda yang cukup nyaman. Tenda kami selama di Mina ini berukuran lebih besar dari pada tenda yang ada di Arafah. Di Mina ini tenda kami berukuran kurang lebih 10 x 15 meter dengan daya tampung 78 jamaah haji. Satu tenda ini di bagi dua. Pria berada di barisan depan, sedangkan wanita berada di barisan belakang yang hanya di batasi dengan terpal panjang.
Saya juga sempat mendokumentasi suasana bagian dalam tenda kami di Mina. Tenda Mina jamaah haji khusus PT. Siar Haramain International Wisata tahun 2016 ini dilengkapi dengan kasur lipat tebal, bantal dan selimut. Tenda-tenda jamaah haji di Mina, Arab Saudi, akan terasa lebih nyaman dengan AC dan karpet tebal, sehingga membuat jamaah terasa lebih nyaman beristirahat. Di bagian luar tenda dapat juga di temukan beberapa unit kipas angin besar yang dilengkapi dengan spray air. AC dan kipas angin dengan spray air ini sangat diperlukan, karena suhu udara pada puncak haji 2016 yang sangat panas. Dengan cuaca panas, risiko calon jamaah haji mengalami heatstroke sangat tinggi.
Sedangkan untuk urusan toilet khususnya toilet pria di Mina ini hampir sama dengan toilet di Arafah. Ketersediaan toilet di Mina ini sangat memadai. Fasilitas toilet yang tersedia di Mina ini terdiri dari 5 deretan kamar mandi yang tersusun dua lapis saling bertolak belakang. Jadi totalnya terdapat 10 kamar mandi. Setiap kamar mandi masing-masing di lengkapi dengan kloset jongkok, kran air + selang air untuk cebok / membasuh setelah buang hajat serta tempat sampah. Kamar mandi ini juga dilengkapi dengan pancuran / Shower yang memiliki banyak lubang air kecil yang digunakan untuk mandi. Airnya melimpah sekali dan semuanya tersedia dalam sediaan air hangat. Semua airnya kencang, tekanan semprotannya tinggi.
Setelah makan siang dan sejenak beristirahat, maka pada jam 14.15 WAS kami semua bersiap-siap untuk berangkat melempar jumrah Aqabah. Tidak ada persiapan khusus. Kami hanya perlu membawa 7 butir kerikil dalam kantong sebagai senjata dalam rangka berperang melawan musuh manusia, yaitu setan. Karena melempar jumrah adalah lambang memerangi setan.
Tiap-tiap maktab sudah mendapatkan jadwal resmi tertulis dari kerajaan Arab Saudi dan harus menandatangani surat pernyataan bahwa akan mengikuti kegiatan melempar jumrah sesuai jadwal. Bila tidak mengikuti aturan akan di kenakan sangsi keras dari pihak keraajaan Arab Saudi.
Berdasarkan hasil keputusan kerajaan Arab Saudi maka maktab 113 yang terdiri dari 4 agen biro perjalanan dengan total kurang lebih 250 jamaah haji mendapatkan jadwal kegiatan melontar pada tanggal 10 Dzulhijjah jam 15.00 WAS, pada tanggal 11 Dzulhijjah jam 03.00 WAS dan pada tanggal 12 Dzulhijjah jam 21.00 WAS.
Jam 14.30 WAS sekarang saatnya kami jalan berangkat melempar jumrah Aqabah. Ini merupakan tantangan terbesar, karena tragedi di Jamarat sudah menjadi sebuah momok yang menakutkan. Tetapi saat ini, menjalankan ritual melempar jumrah ini sudah sangat mudah.
Dengan di berlakukannya Barcode identitas untuk setiap jamaah haji, maka semua sistem melontar jumrah sekarang sangat tertib dan sangat teratur. Selain itu juga pemerintah Saudi juga telah memutuskan untuk merubah alur pejalan kaki dengan sebuah kompleks besar untuk menghindari kepadatan jamaah. Arus pergi jamaah untuk melempar jumrah di bedakan dari arus pulang jamaah dari melempar jumrah. Milyaran uang dihabiskan untuk membangun semua fasilitas jalan, konstruksi bertingkat dengan banyak pintu keluar, bahkan di lokasi tersebut terdapat sebuah helipad untuk mengevakuasi jamaah saat dibutuhkan ketika terjadi kepadatan.
Jadwal melontar Maktab 113 pada tanggal 10 Dzulhijjah 1437 H / 12 September 2016 ini adalah jam 15.00 WAS. Dan 30 menit sebelum jadwal melontar kami semua sudah diperbolehkan berangkat menuju ke area jamarat. Setiap pintu keluar dari maktab ini semuanya terjaga secara ketat. Sebelum dapat ijin keluar gerbang, pimpinan rombongan maktab akan dicek ketepatan jadwal keluar dari aturan. Jamaah harus tertib berbaris secara teratur 2 barisan.
Setiap rombongan jamaah yang akan keluar dari gerbang maktab, maka akan di pimpin oleh 1 pemandu yang memegang tulisan nomor maktab. Semua jamaah harus tertib mengikuti pemandu tersebut agar prosesi melontar jumrah ini berlangsung aman. Yang mana kita ketahui bahwa mengerjakan amalan haji pada tanggal 10 Dzulhijjah adalah dikerjakan secara serentak di waktu dan tempat yang sama yaitu di Mina oleh seluruh umat muslim di seluruh dunia.
Bayangkan betapa banyaknya jumlah jamaah haji dari seluruh dunia hadir untuk melontar jumrah Aqabah. Tetapi semuanya bisa tertib dan mengikuti aturan baru dari kerajaan Arab Saudi. Semuanya serba teratur dan tertib. Semoga dengan diterapkannya jadwal melontar sebagai aturan baru ini bisa mengurangi risiko kepadatan jamaah haji.
Perjalanan pergi dari Maktab 113 untuk menuju ke area jamarat kami tempuh dalam jarak 800 meter. Kami akan melalui jalur yang berbeda untuk saat pergi dan saat pulang nanti. Dengan semua aturan yang super ketat ini, maka melontar jumrah saat sekarang ini sangat-sangat tertib. Semua sistem ini di terapkan untuk mengurangi resiko jamaah bertemu dan berdesakan dengan jamaah lain dari negara-negara lain.
Pada saat pergi melempar jumrah Aqabah tanggal 10 Dzulhijjah ini, kami menuju jamarat melalui jalan King Fahd Road. Sebelum sampai ke area melempar jumrah yang akan kami lempar, dari kejauhan kami hanya bisa melihat gedung tinggi 5 lantai yang dikelilingi oleh 11 gedung melingkar mirip ramp parkiran yang banyak bisa kita temui di mall-mall besar.
Perkembangan jamarat dari waktu ke waktu selalu mendapatkan perhatian. Karena dalam ibadah haji pada tahun-tahun sebelum jembatan jamarat dan gedung tinggi 5 lantai yang sekarang ini dibuat, melempar jumrah merupakan titik rawan dari semua kegiatan ibadah haji. Bagaimana tidak, jika ribuan jamaah haji berkumpul pada satu titik di jamarat yang sempit untuk melempar jumrah, menjadikan jamarat suatu lokasi yang penuh sesak oleh jamaah. Tentu saja keadaan ini sering menimbulkan korban karena saling berdesakan. Oleh karena itu bangunan Jamarat terus diperluas agar bisa menampung jumlah jamaah sebanyak-banyaknya.
Kami terus berjalan mendekati gedung melingkar mirip ramp parkiran tersebut. Setelah dekat barulah kami sadar bahwa 11 gedung melingkar tersebut merupakan ruangan escalator building. Tujuan dibuatkan building yang demikian banyak adalah untuk mendistribusikan jamaah agar bisa merata tersebar di semua lantai jamarat. Selain menggunakan escalator building, ke jamarat juga bisa diakses melalui beberapa jembatan yang langsung diarahkan ke lantai 2 dan lantai 3 bangunan jamarat dengan berjalan kaki. Jumlah pintu masuk menuju jamarat ada 11 buah dan pintu keluar sebanyak 12 buah. Saat ini kami masuk melalui escalator building (2) dan akan keluar dari sisi gedung yang lain.
Pengaturan jamaah menuju jamarat ini diatur sedemikian rupa sehingga jamaah yang masuk melalui suatu pintu tidak akan bertubrukan dengan jamaah yang masuk melalui pintu lain. Misalnya Jamaah yang datang dari Mina barat langsung mengarah ke lantai satu, yang datang dari Mina selatan langsung menuju ke lantai dua, yang datang dari Mina pusat seperti kami dari jalan King Fahd Road langsung menuju ke lantai 3, sedangkan jamaah yang masuk melalui jalan King Abdul Aziz akan diarahkan langsung menuju lantai 2. Sedangkan lantai 4 digunakan bagi jamaah yang menggunakan kereta api, dan lantai paling atas yaitu lantai 5 digunakan untuk para orang tua dan atau penyandang cacat untuk melempar jumrah yang dibantu dengan menggunakan kendaraan mobil listrik yang membawa jamaah dari lantai dasar sampai lantai paling atas.
Dari tahun ke tahun gedung yang terdiri dari 5 lantai ini memang terus dibenahi, dilengkapi fasilitas seperti escalator dan sistem pendingin udara yang menyemprotkan butir-butir uap air untuk menjaga suhu udara agar tidak lebih dari 29 derajat Celcius.
Begitu kami masuk melalui escalator building (2) maka kami langsung disambut dengan para penjaga berseragam militer dan polisi kerajaan Arab Saudi yang selalu menyemprotkan spray air kewajah para jamaah dengan maksud memberi kesegaran kembali kepada setiap jamaah yang telah berjalan jauh di bawah teriknya panas matahari. Selain faktor tempat jamarat yang lebih baik dari tahun ke tahun, pengamanan jamaah haji juga terus mendapatkan perhatian kerajaan Arab Saudi. Petugas berseragam ini tersebar di berbagai tempat suci termasuk di jamarat.
Escalator yang kami naiki ini cukup panjang dan cukup tinggi dari biasanya. Saat ini bangunan jamarat terdiri dari lima lantai, setiap lantai bisa menampung ribuan jamaah yang akan melakukan melempar jumrah. Dan kami yang datang dari Mina pusat, King Fahd Road diarahkan langsung menuju ke lantai 3.
Tepat jam 15.00 WAS kami tiba di lantai 3 tempat melontar jumrah. Saat keluar dari escalator, semua jamaah diarahkan ke jalan sebelah kiri. Dengan ditetapkan aturan jadwal melontar ini, maka daerah melontar saat sekarang ini benar-benar sepi tidak perlu berdesak-desakan. Cukup nyaman bagi setiap jamaah haji. Seluruh jamaah haji khusus maupun reguler dari seluruh dunia harus mengikuti aturan dan penjadwalan yang diterapkan oleh kerajaan Arab Saudi ini.
Tanpa diduga saat di lantai 3 tempat melontar jumrah ini ternyata kami bertemu dengan sepupu dari ibu mertua saya. Dan kami sempat sejenak mengobrol saling menanyakan kabar dan menanyakan tempat dan maktab beliau. Tidak lupa juga kami mengabadikan momen pertemuan ini dengan berfoto bersama untuk memberi kabar kepada ibu mertua bahwa kami sempat bertemu dengan saudara saat sedang berada di Mina.
Tidak lama, kami pun harus berpisah dengan saudara kami dan kami melanjutkan perjalanan untuk menuju ke area melempar jumrah Aqabah. Saudara kami mengikuti rombongan maktabnya dan kami mengikuti rombongan maktab kami.
Lantai-lantai di gedung jamarat ini sangat luas, sehingga sangat leluasa bagi para jamaah untuk berjalan menuju area melempar jumrah. Kami berjalan dengan mengikuti petunjuk yang begitu banyak terpasang di setiap pojok gedung dengan cukup besar dan jelas. Disini dapat kita lihat, bahwa dengan di terapkannya peraturan baru dari kerajaan Arab Saudi tentang aturan jadwal melontar maka dapat dilihat betapa sunyi dan sepinya kondisi melontar jumrah di Mina.
Kami terus berjalan menuju ke tempat melempar jumrah Aqabah. Letak jumrah Aqabah jika kita datang dari arah Mina atau dari arah Muzdalifah, maka letaknya yang paling ujung. Kita akan melalui Jumrah Ula dan Jumrah Wushtha terlebih dahulu.
Iya seperti pada perjalanan kami pada 04 Dzulhijjah 1437 H (Selasa, 06 September 2016) kemarin saat kami berangkat dari apartemen menuju ke Masjidil Al-Haram, maka pada dini hari ini kami juga akan menuju ke Terminal Kuday, lalu dengan Bus Saudi Public Transport Company “SAPTCO” merah menyala dari Terminal Kuday, Makkah Al-Mukkarammah kami akan menuju ke Masjidil Al-Haram.
Tepat jam 02.00 WAS bus kami sampai di Terminal Kuday. Di Terminal Kuday ini, sebelum kami melanjutkan perjalanan kami semua berwudhu di toilet umum di stasiun bus Terminal Kuday ini. Berwudhu di Terminal Kuday ini kami lakukan agar begitu sampai di Masjidil Al-Haram kami semua bisa langsung melakukan Thawaf Ifadah. Tidak perlu lagi antri di toilet yang bakalan penuh dengan jutaan jamaah.
Selesai urusan wudhu, lalu jam 02.15 WAS kami melanjutkan perjalanan dengan free shuttle bus services “SAPTCO” ke Al Haram. Terminal Kuday tampak begitu ramai. Kami ikut mengantri bersama para jamaah lain dari seluruh dunia untuk mengambil bus yang akan membawa kami semuanya ke Masjidil Al-Haram. Dalam waktu 15 menit perjalanan dari Terminal Kuday, akhirnya kami semua penumpang diturunkan tepat di UnderPass di bawah Al Haram. Bus SAPTCO pun berhenti dan jamaah dipersilakan jalan kaki, karena memang bus tidak bisa mendekat ke Masjidil Al-Haram.
Tepat jam 02.30 WAS kami semua sudah berada di pelataran luar Al Haram. Semua kendaraan hanya bisa berhenti sampai radius 1 km dari Masjidil Al-Haram. Lalu semua jamaah diwajibkan berjalan kaki untuk menuju ke Masjidil Al-Haram. Berhubung kami berada di UnderPass bawah Al Haram, maka kami harus naik 1 kali Eskalator. Dan begitu sampai diatas lalu arahkan pandangan kearah kanan, maka kami sudah berada tepat di pelataran Al Haram depan King Fahd Gate (Gate no. 79). Hanya cukup 6-7 menit berjalan kaki dari terminal yang berada di UnderPass untuk sampai ke Pelataran Masjidil Al-Haram ini. Sebelum memulai Thawaf Ifadah ini, kita selalu diingatkan agar tetap berada di regu dan rombongan, tidak ambil inisiatif sendiri.
Haji Hari Ketiga |
Pada tanggal 10 Dzulhijjah hari ini adalah hari Idul Adha, namun bagi jamaah haji, pada hari tersebut tidak melakukan shalat Id, tapi ada beberapa amalan haji yang dilakukan. Amalan bagi jamaah haji yang melakukan Tamattu seperti kami ini adalah, melontar jumrah Aqabah, menggundul kepala atau memendekkan rambut, baik bagi laki-laki, sedangkan bagi wanita menggunting rambut seukuran ujung jari, lalu Thawaf Ifadah dan Sa’i. Ditambah dengan menyembelih seekor kambing jika mampu sebagai hadyu, atau lebih dikenal sebagai Dam. Namun jika tidak mampu mendapatkannya atau membelinya, kewajiban tersebut dapat diganti dengan puasa sepuluh hari, tiga hari pada saat haji, dan tujuh hari di kampung halaman. Untuk urusan menyembelih seekor kambing sebagai hadyu, yaitu Dam Tamattu / Dam bagi Haji Tamattu ini kami telah menitipkannya kepada PT. Siar Haramain International Wisata dengan membayar 100 USD / orang untuk di lakukan penyembelihan.
Tapi apakah boleh mendahulukan Thawaf Ifadah dan Sa'i sebelum melontar jumrah Aqabah atau sebelum wukuf di Arafah ? Berdasarkan petunjuk nabi, amalan-amalan pada hari ini dapat dimundur-majukan. Boleh mendahulukan Thawaf Ifadah dan Sa'i haji sebelum melontar jumrah Aqabah, tapi tidak boleh melakukan Thawaf Ifadah sebelum wukuf di Arafah atau sebelum tengah malam Idul Adha. Namun jika seseorang bertolak dari Arafah dan singgah di Muzdalifah pada malam Idul Adha maka dia boleh Thawaf dan Sa’i pada paruh kedua malam Idul Adha atau pada hari Idul Adha sebelum melontar jumrah Aqabah. Sebab dalam hadits disebutkan. “Artinya : Seseorang bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata : ‘Saya Thawaf Ifadah sebelum melontar ?’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Tidak mengapa’. [Hadits Riwayat Darimi dan Ibnu Hibban].
Sehingga jika seseorang mendahulukan sebagian atas sebagian yang lain, misalnya seseorang Thawaf dahulu baru kemudian dia melontar, atau mencukur habis dahulu baru dia melontar, atau mencukur habis sebelum menyembelih kurban, atau Thawaf sebelum menyembelih kurban, atau Thawaf sebelum mencukur, maka masing-masing tersebut telah mencukupi dan hal tersebut tidak mengapa. Sebab ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang mendahulukan dan mengakhirkan maka beliau bersabda : “Tidak mengapa, tidak mengapa”.
Jika seorang jamaah haji telah melakukan dua dari tiga perbuatan berikut, melontar Jumrah, menggundul atau memendekkan serta Thawaf dan Sa'i, maka dia telah mendapatkan tahallul awwal, dan jika semuanya telah dilaksanakan, maka dia sudah mendapatkan tahallul tsani. Tahallul awwal adalah anda terbebas dari larangan-larangan ihram, kecuali berhubungan intim dengan isteri. Maka anda sudah boleh mandi dengan memakai wewangian dan mengenakan pakaian biasa. Sedangkan tahallul tsani, adalah dibebaskannya jamaah haji dari seluruh larangan ihram termasuk berhubungan intim dengan isteri. Secara teknis, pelaksanaan masing-masing amalan di atas sangat disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Bukan langkah bijak mengejar keutamaan jika harus mengorbankan keselamatan dan keamanan diri, selama di sana masih ada keleluasaan dalam syariat.
Perjalanan Sa'i Haji dari bukit Safa ke bukit Marwah, Masjidil Al-Haram, Makkah Al-Mukkarammah |
Setelah proses ritual haji di Arafah dan Muzdalifah, kami semua akan melaksanakan Thawaf Ifadah yang disebut sebagai thawaf rukun karena merupakan rukun haji. Ifadah sendiri artinya adalah ‘meninggalkan’ atau thawaf setelah meninggalkan Arafah. Thawaf Ifadah adalah di antara rukun haji yang mesti dilakukan. Jika tidak melakukan thawaf yang satu ini, maka hajinya tidak sah atau batal. Sebagian jamaah haji melaksanakan Thawaf Ifadah pada hari raya Idul Adha. Dengan status hukum Thawaf Ifadah sebagai rukun haji dan sebagian besar melaksanakan pada saat bersamaan pada 10 Dzulhijjah, maka tingkat kepadatan Masjidil Al-Haram meningkat tajam.
Saat ini waktu sudah menunjukkan jam 03.00 WAS, sekarang saatnya kami semua akan melaksanakan Thawaf Ifadah. Kami memulai ibadah Thawaf Ifadah ini bersama-sama. Saat melakukan Thawaf Ifadah ini kami berada pada lantai dasar yang cukup dekat ke Ka’bah. Saat itu jamaah thawaf sangat padat. Semua orang dari berbagai bangsa di dunia melebur menjadi satu. Tidak ada lagi perbedaan si kaya dan si miskin, berpangkat atau tidak, pejabat atau rakyat biasa, semua sama di hadapan Allah, sama-sama berputar mengelilingi Ka’bah.
Adapun cara melaksanakan Thawaf Ifadah ini sama dengan sebagaimana thawaf lainnya. Thawaf Ifadah dilakukan dengan tujuh kali putaran. Dimana posisi Ka'bah berada di sebelah kiri jamaah. Setiap putaran tersebut merupakan rukun. Sebelum thawaf, pastikan anda telah bersuci dari hadats besar dan hadats kecil. Kemudian, karena ini adalah Thawaf Ifadah yang kami lakukan sebelum melontar jumrah Aqabah serta belum menggundul kepala atau memendekkan rambut, maka kami masih lengkap dengan berpakaian ihram, maka disunnahkan bagi orang laki untuk melakukan idhtiba' (membuka pundak kanannya). Thawaf diawali dan diakhiri sejajar dan searah dengan Hajar Aswad yang di beri tanda lampu hijau pada sisi kanan kita. Karena posisi Ka'bah berada di sebelah kiri jamaah, berarti orang yang Thawaf berputar mengelilingi Ka'bah pada posisi berlawanan arah jarum jam.
Setelah selesai Thawaf, pundak kanan bagi laki-laki kembali ditutup dengan kain ihram. Kemudian setelah itu menuju Maqam Ibrahim. Setelah melaksanakan thawaf, kami pun sholat sunnah dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim. Usai melaksanakan sholat sunnah, dan setelah salam kami berdoa memohon kepada Allah. Tiada daya dan upaya melainkan hanya karena kekuasaan dan Rahmat Allah, semoga semua doa yang kami panjatkan di kabulkan Allah. Amin...
Selanjutnya kami bergerak untuk meminum air zam-zam yang memang disediakan persis di area seputaran Ka’bah. Air zam-zam di area lantai dasar yang cukup dekat dengan Ka’bah ini tersedia cukup banyak. Setelah selesai minum air zam-zam kami langsung menuju ke tempat Sa'i. Tempat Sa'i ini juga berada di dalam kompleks Masjidil Al-Haram.
Bagi yang melaksanakan haji Tamattu seperti kami, maka harus menunaikan Sa'i haji setelah Thawaf Ifadah. Maka setelah mengerjakan Thawaf Ifadah kemudian kami melaksanakan Sa’i dari bukit Safa ke bukit Marwah yang jarak keduanya sekitar 450 meter. Bukit Safa dan bukit Marwah yang berjarak sekitar 450 meter itu sangat penuh disetiap lantainya. Saat itu jamaah Sa'i haji juga tidak kalah sangat padat. Prosesi Sa’i dilakukan sebanyak tujuh kali dan setiap perjalanan dari bukit Safa ke bukit Marwah dihitung satu kali, begitu juga sebaliknya perjalanan dari bukit Marwah ke bukit Safa dihitung satu kali. Total jarak yang harus di tempuh pada saat melaksanakan Sa'i ini adalah 3,150 km.
Selesai thawaf dan sa'i, bagi mereka yang berhaji Tamattu seperti kami, maka dapat bertahallul dengan menggundul kepala atau memendekkan rambut. Dengan bertahallul maka sudah diperbolehkan atau dibebaskannya seseorang dari larangan atau pantangan ihram. Pembebasan tersebut ditandai dengan tahallul yaitu dengan mencukur atau memotong rambut sedikitnya 3 helai rambut dan bagi laki-laki disunahkah mencukur bersih atau gundul. Disini saya hanya memotong dan memendekkan beberapa helai rambut saja, dan saya berencana nanti akan menggundul kepala dan mencukur habis rambut saya pada saat selesai melontar Jumrah Aqabah di Mina. Dengan melakukan tahallul, maka selesailah sudah semua rangkaian ibadah haji Tamattu dan sejak saat itu maka semua larangan selama berihram menjadi tidak berlaku lagi. Kami sudah boleh memakai pakaian biasa.
Perjalanan Sa'i Haji dari bukit Marwah ke bukit Safa, Masjidil Al-Haram, Makkah Al-Mukkarammah |
Alhamdulilah, pada jam 04.40 WAS kami semua selesai melakukan Thawaf Ifadah, Sa’i haji dan bertahallul memotong rambut di bukit Marwah (Qureish Gate). Segera kami langsung mengambil posisi di pelataran jalan bukit Marwah ke bukit Safa untuk mengatur shaf shalat subuh berjamaah. Tidak lama kemudian pada jam 04.45 WAS adzan subuh di Masjidil Al-Haram pun berkumandang. Rerata jeda antara adzan dan iqomat subuh di Masjidil Al-Haram sekitar 25-30 menit. Waktu menunggu shalat subuh yang jarang terjadi di masjid-masjid di tanah air, kecuali tukang adzannya bangun kesiangan. Khe ... Khe ... Khe ...
Tiba saatnya kami melaksanakan shalat subuh berjamaah dan setelah selesai melaksanakan shalat subuh segera kami keluar menuju ke pelataran luar Masjidil Al-Haram. Waktu saat itu menunjukan jam 05.35 WAS. Ada pemandangan yang menarik saat pagi Idul Adha di Masjidil Al-Haram hari ini.
Saat kami berada di pelataran luar Masjidil Al-Haram mendadak kami terkejut. Masjidil Al-Haram menjadi lautan warna seperti pelangi pada pelataran luarnya. Lautan anak-anak bak pelangi menghiasi pelataran luar Masjidil Al-Haram. Warna-warni seperti pelangi ini berasal dari warna baju yang di pakai anak-anak tersebut. Anak-anak ini ada yang memakai baju berwarna merah, biru, hijau, kuning, ungu dan lainnya. Suasana itu bak pelangi yang sedap dipandang mata.
Banyak kami melihat pakaian lebaran anak laki-laki dan perempuan yang branded dengan model terbaru. Ternyata meskipun orang dewasanya mengenakan busana muslim, tetapi buat lebaran Idul Adha ini baju anak-anaknya dapat kami temukan dengan berbagai model yang keren, juga mengalami inovasi dan modifikasi dengan kombinasi warna-warna cerah yang membuat tampilan anak-anaknya semakin lucu, modis dan modern.
Dress ala balerina dengan panjangnya yang mencapai lutut dengan bagian bawahnya yang melebar dipadukan dengan aksesoris dan model rambut berpita banyak kami jumpai. Pemandangan seperti ini tidak pernah kami jumpai pada hari-hari sebelumnya. Bagi kami hari ini saat berada di Masjidil Al-Haram sangat berbeda. Pagi Idul Adha di Masjidil Al-Haram hari ini benar-benar terasa suasana lebaran.
Pelangi menghiasi pelataran luar Masjidil Al-Haram |
Makkah Al-Mukkarammah adalah kota yang tak pernah tidur. Rasanya setiap saat selalu sibuk, ada saja orang yang berlalu lalang kesana kemari. Saat ini Makkah juga masih selalu sibuk berdandan untuk mempercantik dirinya, dimana-mana ada pembangunan. Gunung-gunung batu yang memeluk kota Makkah sepertinya dari hari ke hari semakin terkikis dengan bangunan-bangunan baru yang saling bermunculan dimana-mana.
Bangunan raksasa Masjidil Al-Haram yang dikenal sebagai masjid terbesar didunia dan sebagai denyut nadi kota Makkah selalu sibuk setiap waktu. Makkah adalah kota impian bagi setiap muslim. Dan kesempatan berhaji ditempat suci ini selalu akan kami kenang. Kami mensyukuri sebuah berkah yang akhirnya menghantarkan kami ke tempat mulia yang banyak dirindukan orang ini.
Bagi orang yang tidak sering datang ke Masjidil Al-Haram seperti kami ini, maka setiap sudut bangunan di Masjidil Al-Haram begitu menarik untuk saya amati, dari mulai lampu-lampu cantik yang bergantung diseluruh langit-langit Masjidil Al-Haram sampai deretan botol-botol air zam-zam begitu juga dengan setiap sudut bangunan-bangunannya saya amati lekat-lekat ketika sudah selesai melaksanakan ibadah. Begitu juga ketika di pelataran luar Masjidil Al-Haram saya selalu mengawasi tempat-tempat disekitarnya.
Setiap saat tampak merpati-merpati disekitar pelataran luar Masjidil Al-Haram dan sepertinya hidup dengan senang, tak perlu susah untuk mencari makanan, banyak jamaah yang memberikan makanan. Mereka sepertinya sudah akrab dengan lautan manusia yang hilir mudik kesana kemari, merpati-merpati Makkah itu juga menambah cantik kota Makkah Al-Mukkarammah.
King Fahd Gate dan Kompleks Abraj Al Bait, Masjidil Al-Haram, Makkah Al-Mukkarammah |
Waktu masih menunjukkan jam 05.40 WAS saat kami berada di bagian luar King Fahd Gate (Gate no. 79), Masjidil Al-Haram, Makkah Al-Mukkarammah dan rombongan masih belum terkumpul semuanya, maka kami pun segera melangkahkan kaki menuju ke zam-zam Tower. Kami langsung menuju ke lantai 4 food court zam-zam Tower buat sarapan. Di food court yang ada di lantai 4 zam-zam Tower ini ada Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, Texas Fried Chicken dan lainnya. Kami tidak mau terlalu lama pilih sana pilih sini, jadi pada kesempatan ini kami memilih untuk membeli Texas Fried Chicken untuk sarapan pagi kami. Selesai sarapan, segera kami kembali ke lobby zam-zam Tower yang terletak tepat di depan King Abdul Aziz Gate (Gate no.1), Masjidil Al-Haram. Ternyata kami belum telat dari jadwal janjian yang telah di sepakati bersama.
Akhirnya pada jam 06.20 WAS kami meninggalkan Masjidil Al-Haram menuju ke terminal shuttle bus dari Saudi Public Transport Company “SAPTCO”. Karena sebelumnya kami sudah pernah pulang dengan bus SAPTCO ini, maka kami tidak menemukan kesulitan untuk mencapai stasiun bus tersebut.
Saat menuju pulang dan keluar dari area Al Haram ini tidak akan semudah pada saat kita datang tadi. Karena pada saat kita mau pulang semua kendaraan kosong yang tidak berpenumpang tidak bisa mendapat ijin masuk alias dilarang masuk ke area UnderPass Masjidil Al-Haram. Sehingga semua para jamaah di haruskan berjalan kaki untuk menuju Shuttle bus dari Saudi Public Transport Company “SAPTCO” yang berada 1 km di belakang dari Makkah Clock Royal Tower. Untuk menuju ke terminal shuttle bus SAPTCO dari King Abdul Aziz Gate (Gate no.1), kita tinggal berjalan lurus menuju ke arah Makkah Clock Royal Tower. Nah nanti kita akan menemukan UnderPass dengan petunjuk "Shuttle bus", maka ikuti petunjuk tersebut dan kita akan sampai di terminal Shuttle bus SAPTCO.
Saat berada di UnderPass untuk menuju ke terminal Shuttle bus dari Saudi Public Transport Company “SAPTCO” |
Saat di terminal Shuttle bus SAPTCO, busnya cukup banyak dan tiap saat ada, sehingga tidak perlu saling berebutan. Bus SAPTCO yang berwarna merah menyala ini akan membawa kami dari Al Haram menuju ke Terminal Kuday dengan ongkosnya free alias gratis.
Tidak kurang dari 15 menit waktu perjalanan kami dari Al Haram menuju ke Terminal Kuday. Pada jam 06.35 WAS kami semua telah sampai di Terminal Kuday, dan bus pariwisata kami pun sudah siap menunggu. Pada jam 06.45 WAS kami semua langsung duduk manis berangkat dari Terminal Kuday menuju ke Apartemen di Nusha Murrur Hashim tempat kami menginap. Alhamdulilah, perjalanan dari Terminal Kuday menuju ke Apartemen hanya berlangsung 15 menit saja. Dan akhirnya pada jam 07.00 WAS kami semua beserta rombong tiba dengan selamat kembali di Apartemen di Nusha Murrur Hashim dan segera kami semua berberes.
Terminal Kuday, Makkah Al-Mukkarammah |
Saat tiba di Apartemen di Nusha Murrur Hashim, kami diberi waktu dari jam 07.00-10.00 WAS untuk beres-beres. Dengan sisa waktu yang sempit ini maka hal pertama yang kami lakukan adalah bersih-bersih. Karena kami telah memendekkan rambut serta Thawaf dan Sa'i, maka kami telah mendapatkan tahallul awwal. Dengan Tahallul awwal, maka kami terbebas dari larangan-larangan ihram, kecuali berhubungan intim dengan isteri. Maka kami sudah boleh mandi dengan memakai wewangian dan mengenakan pakaian biasa. Setelah beres bersih-bersih, sarapan pagi pun telah disediakan buat teman-teman yang belum sarapan. Pada pagi ini kami langsung menyempatkan sejenak untuk istirahat sambil cek dan ricek kembali bekal perlengkapan yang akan di bawa ke Mina.
Akhirnya pada jam 10.30 WAS kami berangkat dari Apartemen di Nusha Murrur Hashim menuju ke Mina. Perjalanan ke Kota Mina dari Apartemen di Nusha Murrur Hashim, Makkah ini memakan waktu hampir dua jam karena jalanan yang padat di musim haji. Arus lalu lintas yang tersendat membuat para jamaah merasa bosan. Untuk mengatasinya, pembimbing jamaah memberikan tausiyah di dalam bus kepada jamaah sebelum tiba di Mina.
Tepat jam 12.00 WAS bus yang kami tumpangi sampai di Kota Mina. Bus ini tidak boleh masuk melintasi area perkemahan. Jadilah kami semua di turunkan dipinggir jalan tepat di atas King Khaled Bridge. Lalu untuk sampai ke Maktab nomor 113 di Mina kami semua harus berjalan kaki kurang lebih 1 km di sepanjang King Fahd Road. Maktab nomor 113 di Mina ini sama seperti nomor maktab kami di Arafah.
Lokasi maktab nomor 113 di Mina |
Lokasi tempat kami turun di King Khaled Bridge, Mina |
Saat berada di atas King Khaled Bridge, saya sempat mengabadikan Kota Mina ini dari ketinggian. Mina adalah perkampungan kecil yang dihuni oleh manusia hanya setahun sekali dengan tujuan mabit (bermalam) dalam rangka ibadah haji. Mina merupakan tempat Masy’aril Haram dan termasuk juga Tanah Haram (Tanah Suci) karena sangat berdekatan dengan Makkah. Jaraknya dengan Makkah kurang lebih 5 km.
Mina ini terletak di antara Makkah dan Muzdalifah. Dari atas King Khaled Bridge, bila kita melihat ke sisi kanan kearah Muzdalifah maka akan tampak ribuan tenda dan bila kita melihat ke sisi kiri kearah Makkah maka selain kita bisa melihat ribuan tenda kita juga dapat melihat tempat melempar jumrah. Karena berisi ribuan tenda-tenda di hamparan padang pasir untuk digunakan oleh jutaan jamaah haji seluruh dunia menginap tidak salah kalau Mina mendapat julukan sebagai kota tenda. Dimana sejauh mata memandang, akan tampak tenda-tenda menutupi ruang area kota Mina, yang disusun baris berbaris dan semua tenda-tenda tersebut diatur dengan pendekatan sains.
Melihat dari King Khaled Bridge ke kearah Makkah maka akan tampak ribuan tenda dan tempat melempar jumrah di Mina |
Di Mina setiap tahun hanya ramai pada waktu jamaah haji mabit, yaitu bermalam beberapa hari saja. Selebihnya, kota tua ini sepi dan hanya dihuni oleh beberapa penduduk saja. Hampir tidak ada bangunan permanen di Mina, yang tampak adalah tenda-tenda kerucut warna putih tempat para jemaah menginap. Tanah di Mina ini tidak boleh dimiliki oleh perorangan, yang boleh adalah menempati untuk keperluan ibadah saja.
Dengan riwayat kebakaran tenda pada tahun 1997 yang meletus di kamp-kamp, membakar tenda-tenda kain dan membunuh ratusan orang, terus menghantui pihak berwenang. Maka sejak saat itu mereka mengganti tenda tua dengan yang terbuat dari fiberglass yang dilapisi dengan Teflon dan penyiram air panas yang sensitif. Tenda baru yang berbentuk kerucut warna putih itu berukuran 8 x 8 meter, dan dibangun secara permanen oleh pemerintah Saudi dengan kualitas tenda tahan api. Mina yang luasnya sekitar 600 hektar dipenuhi dengan bangunan tenda yang bentuk, ukuran dan modelnya sama dengan warna putih sama semuanya. Karena bentuk, ukuran, model dan warna tenda di Mina yang sama sering membuat jamaah haji kehilangan orientasi arah, bingung menentukan arah untuk pulang.
Tenda-tenda di Mina ini tetap berdiri sepanjang tahun meski musim haji tidak berlangsung dan kita dapat melihatnya disepanjang perjalanan. Jadi dengan demikian tenda-tenda jamaah di Mina sifatnya adalah permanen. Tenda di Mina ini terbagi-bagi dalam beberapa wilayah. Ada penomoran khusus.
Melihat dari King Khaled Bridge ke kearah Muzdalifah maka akan tampak ribuan tenda di Mina |
Selanjutnya dari King Khaled Bridge ini kami menyusuri King Fahd Road untuk menuju ke Maktab nomor 113 di Mina. Karena semua tenda di Mina ini memiliki bentuk, ukuran, model dan warna tenda yang sama, maka oleh pembimbing diberitahu bahwa Maktab nomor 113 di Mina itu terletak dekat dengan Mena Towers. Jadi bila mengalami disorientasi arah, bingung menentukan arah untuk pulang maka sebagai patokan adalah Mena Towers.
Dari King Khaled Bridge tampak Mena Towers dikejauhan |
Pada awalnya pihak berwenang Saudi melarang kamp / tenda VIP di Mina sebagai kota tenda terbesar di dunia, karena mereka "menentang semangat haji", yang seharusnya tentang daya tahan dan ketaatan kepada Allah. Di Kota Mina tua, selama ratusan tahun dulu peziarah berkemah di lingkungan sekitar dan di antara penduduk Mina. Dulu, Mina adalah lingkungan yang sebenarnya diduduki oleh penduduk dan semarak dengan pasar dan dagangan. Tapi satu dekade yang lalu, lingkungan itu benar-benar dihancurkan, membuat jalan bagi kota tenda dengan jembatan, jalan setapak pejalan kaki, stasiun kereta api dan fasilitas kesehatan. Saat sekarang Mina benar-benar sepi sepanjang tahun, kecuali untuk periode haji, ketika lebih dari satu juta orang menghabiskan beberapa malam di Mina, kota tenda terbesar di dunia sebagai bagian ziarah yang dipersyaratkan. Dan pada hari ini jutaan orang mulai membanjiri kota tenda terbesar di dunia ini.
Semua orang di Mina menjadi musafir. Jamaah haji dari seluruh dunia meninggalkan kenyamanan peradaban dan membubarkan perbedaan kelas dan budaya. Mina mencakup area seluas sekitar 20 kilometer persegi atau kurang dari dua meter persegi untuk setiap peziarah. Pengalaman tinggal selama tiga sampai empat malam di Mina ini akan memberikan pengalaman baru bagi kami. Sebagian besar peziarah akan tinggal di kota tenda Mina, di mana lebih dari 100.000 tenda putih dibangun berdampingan di lembah rendah Kota Mina. Mayoritas satu tenda ini bisa menampung sekitar 50 orang, dan harga rata-rata untuk setiap peziarah adalah $ 500.
Saat sekarang ini di dekat tenda-tenda dan di antara pegunungan berbatu di lingkungan Mina, baru-baru ini berdiri enam menara menjulang tinggi yang digunakan untuk mengakomodasi jumlah jamaah yang melonjak. Sejak tahun 2015, terdapat ruang VIP seharga $ 7.000 semalamnya di lingkungan perkemahan ini, yaitu Mena Towers yang dimiliki oleh pengusaha Saudi Saad Qurashi.
Mena Towers itu berada di lingkungan Makkah yang tandus di Mina, sebuah daerah yang menjadi pusat ziarah Muslim tahunan ke Arab Saudi. Meskipun kami tidak menginap di Mena Towers ini, tapi dari info yang didapat meski harganya lumayan mahal, kamarnya bahkan tidak setara dengan kamar hotel bintang lima. Ini adalah kamar polos, dua kali dua meter yang hanya dilengkapi dengan dua tempat tidur dan sebuah lemari kecil dan toilet kecil dengan dinding berpanel putih yang di bandrol dengan label harga $ 3.500 untuk setiap orang semalam. Sehingga ruang darurat di Mina ini berharga senilai $ 7.000 per malamnya. Masing-masing menara berkapasitas 1.500 peziarah, dengan jumlah lebih dari $ 16 juta per tahun, dan disewakannya hanya pada masa haji saja.
Sangat Waaaaaaaw ya harganya… Bayangkan saja harga “SEMALAM” nya kamar di Mena Towers ini hampir sama mewahnya dengan biaya perjalanan Keberangkatan Haji Khusus Kuota Kementerian Agama Republik Indonesia yang saya dan istri bayar untuk 26 hari. Jadi bila menetap di Mena Towers hanya selama 3-4 hari saja, maka total biayanya bahkan lebih mahal lagi dari seluruh total biaya Keberangkatan Haji Khusus kami pada tahun 1437 H / 2016 M ini. Jadi pantas saja saya bilang harga Mena Towers ini sangat fantastis.
Pemerintah mencoba untuk waktu yang lama untuk melestarikan sifat Mina, tapi ini menjadi semakin tidak mungkin. Kamp / tenda VIP sekarang telah mengambil tempat yang sangat dibutuhkan untuk sejuta setengah peziarah haji. Semuanya demi kenyamanan para peziarah.
Mena Towers dikejauhan |
Alhamdulilah, tepat jam 12.15 WAS kami sudah sampai di tenda maktab nomor 113 di Mina. Kami langsung masuk ke area perkemahan kami. Sama seperti saat di Arafah, pada saat hendak masuk ke area dalam maktab 113, tepat didepan pintu maktab 113 dilakukan pengecekan oleh para penjaga pintu dengan menunjukkan gelang ber barcode warna hijau, lalu setelah itu baru boleh masuk. Saat kami sampai, sudah banyak jamaah lain di tenda Mina ini.
Sebenarnya Mina ini sudah mulai didatangi oleh jamaah haji sejak tanggal 8 Dzulhijjah atau sehari sebelum wukuf di Arafah. Jamaah haji tinggal di sini sehari semalam sehingga dapat melakukan shalat Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh. Kemudian setelah shalat Subuh tanggal 9 Dzulhijjah, jamaah haji berangkat ke Arafah.
Jamaah haji datang lagi ke Mina ini setelah selesai melaksanakan wukuf di Arafah dan selesai mabit di Muzdalifah, yaitu pada tanggal 10 Dzulhijjah sampai dengan tanggal 13 Dzulhijjah dan wajib untuk bermalam dan melempar jumrah pada hari-hari tersebut. Jamaah haji ke Mina lagi karena para jamaah haji akan melempar jumrah. Tempat atau lokasi melempar jumrah ada 3 yaitu Jumrah Aqabah, Jumrah Wusta dan Jumrah Ula.
Di Mina jamaah haji wajib melaksanakan mabit (bermalam) yaitu malam tanggal 11, 12 Dzulhijjah bagi jamaah haji yang melaksanakan Nafar Awal atau malam tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah bagi jamaah yang melaksanakan Nafar Tsani. Adapun pergi ke Mina pada tanggal 8 Dzulhijjah (Tarwiyyah) hukumnya sunah. Sementara itu mabit atau menginap di Mina sejak tanggal 10 Dzulhijjah sampai dengan tanggal 12 Dzulhijjah atau 13 Dzulhijah dan melontar Jumrah merupakan wajib haji, artinya bila tidak dikerjakan maka hajinya tetap sah namun dia harus membayar denda /dam.
Papan petunjuk Maktab nomor 113 di Mina tepat berada dibawah Mena Towers |
Tepat jam 12.23 WAS kami semua bersiap untuk melaksanakan shalat Zuhur. Saat jamaah haji berada beberapa hari di Mina pada hari Idul Adha dan hari-hari Tasyriq (10-13 Dzulhijjah) banyak aktivitas ibadah yang dilakukan di sana. Di antaranya adalah mabit (bermalam), melontar jumrah, shalat lima waktu, dan ibadah-ibadah sunah lainnya.
Ada tuntunan Rasulullah SAW dalam menjalani hari-hari di Mina, salah satunya adalah pelaksanaan shalat lima waktu yang sedikit berbeda dengan pelaksanaan yang biasa dilakukan. Ketika berada di Mina, semua shalat yang empat rakaat di qashar menjadi dua rakaat. Shalat-shalat yang di qashar itu adalah Zuhur, Ashar, dan Isya. Sehingga pada hari-hari Mina ada empat shalat yang dilakukan dua rakaat. Shalat yang satunya lagi tentulah shalat Subuh, sedangkan Maghrib tetap dilakukan tiga rakaat.
Kesemua shalat ini dilakukan pada waktunya masing-masing tanpa jamak. Maka itu, semua shalat yang bilangan rakaatnya empat di qashar menjadi dua rakaat, namun tidak di jamak. Di qasharnya shalat yang empat rakaat ini, sebagaimana disampaikan dari para sahabat yang menyaksikan secara langsung sunah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dari Abdullah bin Umar RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW melakukan shalat di Mina dua rakaat. Hal ini juga dilakukan oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Usman bin Affan radhiyallahu anhum. ( HR Bukhari 1572 ).
Dari Haritsah bin Wahab Al Khuza’i RA yang berkata, “Kami shalat bersama Rasulullah SAW dan belum pernah kami shalat dengan jamaah sebanyak itu. Kami shalat bersama Nabi SAW di Mina dua rakaat.” ( HR Bukhari 1573 ).
Dari Abdurrahman bin Yazid dari Abdullah RA yang berkata, “Aku shalat (di Mina) bersama Nabi SAW dua rakaat. Aku pun shalat bersama Abu Bakar RA juga dua rakaat. Bersama Umar RA, aku pun melakukannya dua rakaat. Namun, rupanya kalian berada di persimpangan jalan (ada yang melakukan dua rakaat, ada yang empat rakaat). Aku beruntung pernah mengikuti dari mereka empat shalat yang dilakukan dengan dua rakaat.” ( HR Bukhari 1574 ).
Itulah tiga hadis yang menceritakan kepada kita bahwa Rasulullah SAW dan para sahabat yang utama juga mengqashar shalat yang empat menjadi dua rakaat selama berada di Mina. Karena kami sedang dalam perjalanan dan kami juga sedang berada di Mina, maka kami juga akan mengqashar shalat.
Setelah mengqashar shalat Zuhur, pada jam 13.00 WAS kami pun makan siang bersama. Sekarang saatnya kami semua di persilakan makan siang terlebih dahulu sebelum pergi melontar Jumrah. Sama seperti saat di Arafah, di Mina ini juga terdapat banner menu makanan musim haji tahun 1437 H / 2016 M. Kita dapat melihat banner yang ditempelin daftar menu makan sejak dari tanggal 10 Dzhulhijjah sampai tanggal 13 Dzhulhijjah. Menu makan pagi, siang dan malam setiap harinya akan berbeda. Selama pelaksanaan ibadah haji ini, selama di Mina kita akan mendapat makan pagi dari jam 06.00-09.00 WAS, lalu makan siang dari jam 11.00-13.00 WAS dan makan malam dari jam 18.00-20.00 WAS. Dan untuk yang melakukan Nafar Tsani sampai tanggal 13 Dzhulhijjah akan tetap mendapat makan siang sebelum meninggalkan Mina.
Banner menu makanan musim haji tahun 1437 H / 2016 M |
Selesai makan siang, sambil menunggu keberangkatan untuk melontar Jumrah kami sempatkan untuk beristirahat sebentar di dalam tenda. Mina telah mengalami perubahan luar biasa saat pemerintah mengucurkan milyaran riyal untuk proyek infrastruktur guna memberi kenyamanan selama masa ibadah haji. Penyelenggara ibadah haji terus berupaya meningkatkan fasilitas bagi jamaah haji.
Di Mina tenda dalam jumlah yang massif di ruang terbuka ini dilengkapi dengan fasilitas tenda yang cukup nyaman. Tenda kami selama di Mina ini berukuran lebih besar dari pada tenda yang ada di Arafah. Di Mina ini tenda kami berukuran kurang lebih 10 x 15 meter dengan daya tampung 78 jamaah haji. Satu tenda ini di bagi dua. Pria berada di barisan depan, sedangkan wanita berada di barisan belakang yang hanya di batasi dengan terpal panjang.
Saya juga sempat mendokumentasi suasana bagian dalam tenda kami di Mina. Tenda Mina jamaah haji khusus PT. Siar Haramain International Wisata tahun 2016 ini dilengkapi dengan kasur lipat tebal, bantal dan selimut. Tenda-tenda jamaah haji di Mina, Arab Saudi, akan terasa lebih nyaman dengan AC dan karpet tebal, sehingga membuat jamaah terasa lebih nyaman beristirahat. Di bagian luar tenda dapat juga di temukan beberapa unit kipas angin besar yang dilengkapi dengan spray air. AC dan kipas angin dengan spray air ini sangat diperlukan, karena suhu udara pada puncak haji 2016 yang sangat panas. Dengan cuaca panas, risiko calon jamaah haji mengalami heatstroke sangat tinggi.
Sedangkan untuk urusan toilet khususnya toilet pria di Mina ini hampir sama dengan toilet di Arafah. Ketersediaan toilet di Mina ini sangat memadai. Fasilitas toilet yang tersedia di Mina ini terdiri dari 5 deretan kamar mandi yang tersusun dua lapis saling bertolak belakang. Jadi totalnya terdapat 10 kamar mandi. Setiap kamar mandi masing-masing di lengkapi dengan kloset jongkok, kran air + selang air untuk cebok / membasuh setelah buang hajat serta tempat sampah. Kamar mandi ini juga dilengkapi dengan pancuran / Shower yang memiliki banyak lubang air kecil yang digunakan untuk mandi. Airnya melimpah sekali dan semuanya tersedia dalam sediaan air hangat. Semua airnya kencang, tekanan semprotannya tinggi.
Suasana dalam tenda kami di Mina |
Setelah makan siang dan sejenak beristirahat, maka pada jam 14.15 WAS kami semua bersiap-siap untuk berangkat melempar jumrah Aqabah. Tidak ada persiapan khusus. Kami hanya perlu membawa 7 butir kerikil dalam kantong sebagai senjata dalam rangka berperang melawan musuh manusia, yaitu setan. Karena melempar jumrah adalah lambang memerangi setan.
Tiap-tiap maktab sudah mendapatkan jadwal resmi tertulis dari kerajaan Arab Saudi dan harus menandatangani surat pernyataan bahwa akan mengikuti kegiatan melempar jumrah sesuai jadwal. Bila tidak mengikuti aturan akan di kenakan sangsi keras dari pihak keraajaan Arab Saudi.
Berdasarkan hasil keputusan kerajaan Arab Saudi maka maktab 113 yang terdiri dari 4 agen biro perjalanan dengan total kurang lebih 250 jamaah haji mendapatkan jadwal kegiatan melontar pada tanggal 10 Dzulhijjah jam 15.00 WAS, pada tanggal 11 Dzulhijjah jam 03.00 WAS dan pada tanggal 12 Dzulhijjah jam 21.00 WAS.
Jam 14.30 WAS sekarang saatnya kami jalan berangkat melempar jumrah Aqabah. Ini merupakan tantangan terbesar, karena tragedi di Jamarat sudah menjadi sebuah momok yang menakutkan. Tetapi saat ini, menjalankan ritual melempar jumrah ini sudah sangat mudah.
Dengan di berlakukannya Barcode identitas untuk setiap jamaah haji, maka semua sistem melontar jumrah sekarang sangat tertib dan sangat teratur. Selain itu juga pemerintah Saudi juga telah memutuskan untuk merubah alur pejalan kaki dengan sebuah kompleks besar untuk menghindari kepadatan jamaah. Arus pergi jamaah untuk melempar jumrah di bedakan dari arus pulang jamaah dari melempar jumrah. Milyaran uang dihabiskan untuk membangun semua fasilitas jalan, konstruksi bertingkat dengan banyak pintu keluar, bahkan di lokasi tersebut terdapat sebuah helipad untuk mengevakuasi jamaah saat dibutuhkan ketika terjadi kepadatan.
Tampak jalanan sepi jamaah saat pergi melempar jumrah dan jalanan ramai jamaah saat pulang melempar jumrah |
Jadwal melontar Maktab 113 pada tanggal 10 Dzulhijjah 1437 H / 12 September 2016 ini adalah jam 15.00 WAS. Dan 30 menit sebelum jadwal melontar kami semua sudah diperbolehkan berangkat menuju ke area jamarat. Setiap pintu keluar dari maktab ini semuanya terjaga secara ketat. Sebelum dapat ijin keluar gerbang, pimpinan rombongan maktab akan dicek ketepatan jadwal keluar dari aturan. Jamaah harus tertib berbaris secara teratur 2 barisan.
Gerbang Maktab 113 yang selalu dijaga oleh petugas |
Setiap rombongan jamaah yang akan keluar dari gerbang maktab, maka akan di pimpin oleh 1 pemandu yang memegang tulisan nomor maktab. Semua jamaah harus tertib mengikuti pemandu tersebut agar prosesi melontar jumrah ini berlangsung aman. Yang mana kita ketahui bahwa mengerjakan amalan haji pada tanggal 10 Dzulhijjah adalah dikerjakan secara serentak di waktu dan tempat yang sama yaitu di Mina oleh seluruh umat muslim di seluruh dunia.
Bayangkan betapa banyaknya jumlah jamaah haji dari seluruh dunia hadir untuk melontar jumrah Aqabah. Tetapi semuanya bisa tertib dan mengikuti aturan baru dari kerajaan Arab Saudi. Semuanya serba teratur dan tertib. Semoga dengan diterapkannya jadwal melontar sebagai aturan baru ini bisa mengurangi risiko kepadatan jamaah haji.
Pemandu Maktab 113 |
Perjalanan pergi dari Maktab 113 untuk menuju ke area jamarat kami tempuh dalam jarak 800 meter. Kami akan melalui jalur yang berbeda untuk saat pergi dan saat pulang nanti. Dengan semua aturan yang super ketat ini, maka melontar jumrah saat sekarang ini sangat-sangat tertib. Semua sistem ini di terapkan untuk mengurangi resiko jamaah bertemu dan berdesakan dengan jamaah lain dari negara-negara lain.
Perjalanan pergi dari Maktab 113 untuk menuju ke area jamarat |
Pada saat pergi melempar jumrah Aqabah tanggal 10 Dzulhijjah ini, kami menuju jamarat melalui jalan King Fahd Road. Sebelum sampai ke area melempar jumrah yang akan kami lempar, dari kejauhan kami hanya bisa melihat gedung tinggi 5 lantai yang dikelilingi oleh 11 gedung melingkar mirip ramp parkiran yang banyak bisa kita temui di mall-mall besar.
Perkembangan jamarat dari waktu ke waktu selalu mendapatkan perhatian. Karena dalam ibadah haji pada tahun-tahun sebelum jembatan jamarat dan gedung tinggi 5 lantai yang sekarang ini dibuat, melempar jumrah merupakan titik rawan dari semua kegiatan ibadah haji. Bagaimana tidak, jika ribuan jamaah haji berkumpul pada satu titik di jamarat yang sempit untuk melempar jumrah, menjadikan jamarat suatu lokasi yang penuh sesak oleh jamaah. Tentu saja keadaan ini sering menimbulkan korban karena saling berdesakan. Oleh karena itu bangunan Jamarat terus diperluas agar bisa menampung jumlah jamaah sebanyak-banyaknya.
Kami terus berjalan mendekati gedung melingkar mirip ramp parkiran tersebut. Setelah dekat barulah kami sadar bahwa 11 gedung melingkar tersebut merupakan ruangan escalator building. Tujuan dibuatkan building yang demikian banyak adalah untuk mendistribusikan jamaah agar bisa merata tersebar di semua lantai jamarat. Selain menggunakan escalator building, ke jamarat juga bisa diakses melalui beberapa jembatan yang langsung diarahkan ke lantai 2 dan lantai 3 bangunan jamarat dengan berjalan kaki. Jumlah pintu masuk menuju jamarat ada 11 buah dan pintu keluar sebanyak 12 buah. Saat ini kami masuk melalui escalator building (2) dan akan keluar dari sisi gedung yang lain.
Pengaturan jamaah menuju jamarat ini diatur sedemikian rupa sehingga jamaah yang masuk melalui suatu pintu tidak akan bertubrukan dengan jamaah yang masuk melalui pintu lain. Misalnya Jamaah yang datang dari Mina barat langsung mengarah ke lantai satu, yang datang dari Mina selatan langsung menuju ke lantai dua, yang datang dari Mina pusat seperti kami dari jalan King Fahd Road langsung menuju ke lantai 3, sedangkan jamaah yang masuk melalui jalan King Abdul Aziz akan diarahkan langsung menuju lantai 2. Sedangkan lantai 4 digunakan bagi jamaah yang menggunakan kereta api, dan lantai paling atas yaitu lantai 5 digunakan untuk para orang tua dan atau penyandang cacat untuk melempar jumrah yang dibantu dengan menggunakan kendaraan mobil listrik yang membawa jamaah dari lantai dasar sampai lantai paling atas.
Pintu masuk kami menuju jamarat melalui escalator building (2) |
Dari tahun ke tahun gedung yang terdiri dari 5 lantai ini memang terus dibenahi, dilengkapi fasilitas seperti escalator dan sistem pendingin udara yang menyemprotkan butir-butir uap air untuk menjaga suhu udara agar tidak lebih dari 29 derajat Celcius.
Begitu kami masuk melalui escalator building (2) maka kami langsung disambut dengan para penjaga berseragam militer dan polisi kerajaan Arab Saudi yang selalu menyemprotkan spray air kewajah para jamaah dengan maksud memberi kesegaran kembali kepada setiap jamaah yang telah berjalan jauh di bawah teriknya panas matahari. Selain faktor tempat jamarat yang lebih baik dari tahun ke tahun, pengamanan jamaah haji juga terus mendapatkan perhatian kerajaan Arab Saudi. Petugas berseragam ini tersebar di berbagai tempat suci termasuk di jamarat.
Saat naik escalator di escalator building (2) untuk menuju ke lantai 3 |
Escalator yang kami naiki ini cukup panjang dan cukup tinggi dari biasanya. Saat ini bangunan jamarat terdiri dari lima lantai, setiap lantai bisa menampung ribuan jamaah yang akan melakukan melempar jumrah. Dan kami yang datang dari Mina pusat, King Fahd Road diarahkan langsung menuju ke lantai 3.
Saat naik escalator di escalator building (2) untuk menuju ke lantai 3 |
Saat naik escalator di escalator building (2) untuk menuju ke lantai 3 |
Tepat jam 15.00 WAS kami tiba di lantai 3 tempat melontar jumrah. Saat keluar dari escalator, semua jamaah diarahkan ke jalan sebelah kiri. Dengan ditetapkan aturan jadwal melontar ini, maka daerah melontar saat sekarang ini benar-benar sepi tidak perlu berdesak-desakan. Cukup nyaman bagi setiap jamaah haji. Seluruh jamaah haji khusus maupun reguler dari seluruh dunia harus mengikuti aturan dan penjadwalan yang diterapkan oleh kerajaan Arab Saudi ini.
Tanpa diduga saat di lantai 3 tempat melontar jumrah ini ternyata kami bertemu dengan sepupu dari ibu mertua saya. Dan kami sempat sejenak mengobrol saling menanyakan kabar dan menanyakan tempat dan maktab beliau. Tidak lupa juga kami mengabadikan momen pertemuan ini dengan berfoto bersama untuk memberi kabar kepada ibu mertua bahwa kami sempat bertemu dengan saudara saat sedang berada di Mina.
Saat bertemu saudara di lantai 3 tempat melontar jumrah, Mina |
Tidak lama, kami pun harus berpisah dengan saudara kami dan kami melanjutkan perjalanan untuk menuju ke area melempar jumrah Aqabah. Saudara kami mengikuti rombongan maktabnya dan kami mengikuti rombongan maktab kami.
Lantai-lantai di gedung jamarat ini sangat luas, sehingga sangat leluasa bagi para jamaah untuk berjalan menuju area melempar jumrah. Kami berjalan dengan mengikuti petunjuk yang begitu banyak terpasang di setiap pojok gedung dengan cukup besar dan jelas. Disini dapat kita lihat, bahwa dengan di terapkannya peraturan baru dari kerajaan Arab Saudi tentang aturan jadwal melontar maka dapat dilihat betapa sunyi dan sepinya kondisi melontar jumrah di Mina.
Sepinya jalanan lantai 3 saat menuju area melempar jumrah, Mina. |
Sepinya jalanan lantai 3 saat menuju area melempar jumrah, Mina. |
Kami terus berjalan menuju ke tempat melempar jumrah Aqabah. Letak jumrah Aqabah jika kita datang dari arah Mina atau dari arah Muzdalifah, maka letaknya yang paling ujung. Kita akan melalui Jumrah Ula dan Jumrah Wushtha terlebih dahulu.
Saat ini pemerintah Kerajaan Arab Saudi membangun tempat pelemparan jumrah di Mina yang aman, dengan lima tingkat jalur lalu lintas jamaah yang tidak saling bertabrakan.
Oleh karena harus bisa menampung banyak jamaah dalam satu waktu, BinLaden Corporation membangun jembatan tanpa kolom di tengahnya pada setiap lantai. Tempat pelemparan Jumrah Ula, Jumrah Wushtha dan Jumrah Aqabah jaraknya sangat berdekatan. Sehingga gedung jamarat ini dibangun dengan panjang 950 meter dan lebar 80 meter, sedangkan tugu Jumrah yang akan dilempar memiliki bentangan 20 meter.
Saat ini jemaah bisa melempar jumrah tanpa harus saling berpapasan alias satu jalur searah, sehingga lebih aman. Ini adalah proyek raksasa dengan dana raksasa. Bayangkan, dana yang dikeluarkan untuk sesuatu yang hanya dipakai tiga hari saja setiap tahun.
Oleh karena harus bisa menampung banyak jamaah dalam satu waktu, BinLaden Corporation membangun jembatan tanpa kolom di tengahnya pada setiap lantai. Tempat pelemparan Jumrah Ula, Jumrah Wushtha dan Jumrah Aqabah jaraknya sangat berdekatan. Sehingga gedung jamarat ini dibangun dengan panjang 950 meter dan lebar 80 meter, sedangkan tugu Jumrah yang akan dilempar memiliki bentangan 20 meter.
Saat ini jemaah bisa melempar jumrah tanpa harus saling berpapasan alias satu jalur searah, sehingga lebih aman. Ini adalah proyek raksasa dengan dana raksasa. Bayangkan, dana yang dikeluarkan untuk sesuatu yang hanya dipakai tiga hari saja setiap tahun.
Perjalanan menuju ke Jumrah Aqabah setelah melalui Jumrah Ula dan Jumrah Wushtha |
Selain gedung Jamarat yang terdiri dari 5 lantai yang terus dibenahi, ternyata langkah cerdas juga dilakukan pemerintah Saudi pada tempat pelemparan batu yang dibuat jauh lebih mudah dengan mengubah bentuk pilar yang melambangkan Setan.
Terdapat pilar bulat di masa lalu dimana jamaah akan melempar dan kadangkala mengenai orang lain dengan lemparan batu. Terkadang juga mereka akan meleset dan akan mengulangi ritual lagi dan lagi sehingga mengarah ke bencana.
Bentuk pilar dirubah dari bulat menjadi elips. Ketika anda mendekatinya, bentuk Jumrah Ula, Jumrah Wushtha dan Jumrah Aqabah sekarang lebih pada bentuk dinding tembok "V" dengan panjang lebih kurang 20 meter dan tinggi lebih kurang 4,5 meter. Hal ini dimaksudkan agar para jamaah haji tidak berdesak-desakan lagi dalam melempar jumrah, sehingga sangat mudah untuk melemparnya.
Di gedung jamarat ini juga dilengkapi menara pengendali, CCTV, sejumlah exhaust fan, toilet, keran air dan pos keamanan sehingga menambah suasana nyaman saat melempar jumrah. Namun saat kami jalan untuk melempar Jumrah Aqabah ini sama sekali kami tidak menemukan adanya toilet di dalam gedung.
Terdapat pilar bulat di masa lalu dimana jamaah akan melempar dan kadangkala mengenai orang lain dengan lemparan batu. Terkadang juga mereka akan meleset dan akan mengulangi ritual lagi dan lagi sehingga mengarah ke bencana.
Bentuk pilar dirubah dari bulat menjadi elips. Ketika anda mendekatinya, bentuk Jumrah Ula, Jumrah Wushtha dan Jumrah Aqabah sekarang lebih pada bentuk dinding tembok "V" dengan panjang lebih kurang 20 meter dan tinggi lebih kurang 4,5 meter. Hal ini dimaksudkan agar para jamaah haji tidak berdesak-desakan lagi dalam melempar jumrah, sehingga sangat mudah untuk melemparnya.
Di gedung jamarat ini juga dilengkapi menara pengendali, CCTV, sejumlah exhaust fan, toilet, keran air dan pos keamanan sehingga menambah suasana nyaman saat melempar jumrah. Namun saat kami jalan untuk melempar Jumrah Aqabah ini sama sekali kami tidak menemukan adanya toilet di dalam gedung.
Dinding Jumrah Aqabah yang berbentuk elips |
Melontar jumrah pada tanggal 10 Dzulhijjah ini hanya melontar di satu jumrah dengan tujuh lontaran, yaitu Jumrah Aqabah. Perlu diketahui, bahwa dalam melontar, yang paling penting adalah agar batu tersebut jatuh ke dalam wadah penampung batu, bukan harus mengenai tembok.
Lakukanlah melontar dengan tenang, satu demi satu, tidak sekaligus dan tidak terburu-buru serta tidak dengan emosi berlebihan, tapi bacalah “Allahu Akbar” setiap lontaran. Karena, seperti halnya thawaf dan sa'i, melontar sebagaimana dikatakan Aisyah radhiallah'anha disyariatkan untuk berzikir kepada Allah. Melontar tidak boleh sekaligus dengan tujuh batu, tapi satu demi satu. Kalau ada yang melontar sekaligus dengan tujuh batu, itu dianggap satu lontaran.
Sebenarnya hakekat melempar jumrah ini adalah antara kecintaan Nabi Ibrahim as pada puteranya Ismail dan kewajibannya untuk mentaati perintah Allah. Kecintaan pada Ismail merupakan ujian bagi Ibrahim, kehidupan Ismail sedang dipertaruhkan, oleh karena itu Nabi Ibrahim as digoda oleh setan.
Ismail bukan hanya seorang putera bagi Ibrahim, ia adalah buah yang didambakan seumur hidupnya dan hadiah yang diterimanya sebagai imbalan karena telah memenuhi hidupnya dengan ketaatan kepada Allah. Namun tiba-tiba Allah mewahyukan untuk menyembelih Ismail dengan tangannya sendiri, maka kedudukan hatinya tidak terbayangkan, ia gemetar, goyah sekan-akan hendak akan roboh, batinnya sangat goncang menerima wahyu itu. Tetapi wahyu itu adalah perintah Allah.
Di akhir kisah sejarah Ibrahim, bapak dari nabi Islam, tokoh yang paling mulia karena memiliki semangat kemanusiaan dan dikasihi Allah, berada di pinggir jurang karena ”kecintaannya yang wajar pada puteranya Ismail”. Setelah hidup sebagai manusia yang sholeh dan beriman, Ibrahim hendak diperdayakan oleh setan.
Apabila merenungi bahwa keharusan itu adalah perintah Allah, maka ia benar-benar pasrah, tetapi apabila ia merenungi pula bahwa yang harus dikorbankan itu adalah puteranya Ismail, maka ia merasakan kegundahan yang tidak tertanggungkan. Menyaksikan Ibrahim dalam keadaan kegundahan dan sengsara itu setan berusaha untuk memperdayanya.
Setan adalah musuh manusia ! Dimana saja, kapan saja dan siapa saja yang memperlihatkan tanda-tanda ketakutan, kelemahan, keraguan, kecemburuan, kebodohan dan bahkan cinta, maka disitulah setan tampil untuk melancarkan tipu dayanya yang jahat. Setan membuat kita terlengah dari kewajiban sehingga kebenaran perintah Allah, tidak dapat kita pahami.
Akhirnya Ibrahim pasrah kepada Allah. Kemudian Ibrahim mulai membunuh perasaannya yang terpusat pada dirinya sendiri dan pasrah kepada Allah dan membawa Ismail untuk disembelih. Sebelum pisau menyentuh kulit Ismail, tiba-tiba Allah menggantinya dengan seekor domba yang didatangkan dari surga.
Maha Besar Allah telah memberikan sebuah pelajaran kepada kita, bahwa sejak saat itu tidak ada lagi manusia yang harus dikorbankan sebagai persembahan kepada Allah, namun yang di korbankan adalah domba-domba. Pelajaran penting lagi bahwa sesungguhnya Allah tidak haus darah manusia, berbeda dengan tuhan-tuhan lain yang lapar, penganiaya manusia dan mengharapkan persembahan manusia. Allah yang Maha besar tidak membutuhkan sesuatu apapun juga, Ia tidak seperti kita yang memiliki segala macam kebutuhan.
Lakukanlah melontar dengan tenang, satu demi satu, tidak sekaligus dan tidak terburu-buru serta tidak dengan emosi berlebihan, tapi bacalah “Allahu Akbar” setiap lontaran. Karena, seperti halnya thawaf dan sa'i, melontar sebagaimana dikatakan Aisyah radhiallah'anha disyariatkan untuk berzikir kepada Allah. Melontar tidak boleh sekaligus dengan tujuh batu, tapi satu demi satu. Kalau ada yang melontar sekaligus dengan tujuh batu, itu dianggap satu lontaran.
Sebenarnya hakekat melempar jumrah ini adalah antara kecintaan Nabi Ibrahim as pada puteranya Ismail dan kewajibannya untuk mentaati perintah Allah. Kecintaan pada Ismail merupakan ujian bagi Ibrahim, kehidupan Ismail sedang dipertaruhkan, oleh karena itu Nabi Ibrahim as digoda oleh setan.
Ismail bukan hanya seorang putera bagi Ibrahim, ia adalah buah yang didambakan seumur hidupnya dan hadiah yang diterimanya sebagai imbalan karena telah memenuhi hidupnya dengan ketaatan kepada Allah. Namun tiba-tiba Allah mewahyukan untuk menyembelih Ismail dengan tangannya sendiri, maka kedudukan hatinya tidak terbayangkan, ia gemetar, goyah sekan-akan hendak akan roboh, batinnya sangat goncang menerima wahyu itu. Tetapi wahyu itu adalah perintah Allah.
Di akhir kisah sejarah Ibrahim, bapak dari nabi Islam, tokoh yang paling mulia karena memiliki semangat kemanusiaan dan dikasihi Allah, berada di pinggir jurang karena ”kecintaannya yang wajar pada puteranya Ismail”. Setelah hidup sebagai manusia yang sholeh dan beriman, Ibrahim hendak diperdayakan oleh setan.
Apabila merenungi bahwa keharusan itu adalah perintah Allah, maka ia benar-benar pasrah, tetapi apabila ia merenungi pula bahwa yang harus dikorbankan itu adalah puteranya Ismail, maka ia merasakan kegundahan yang tidak tertanggungkan. Menyaksikan Ibrahim dalam keadaan kegundahan dan sengsara itu setan berusaha untuk memperdayanya.
Setan adalah musuh manusia ! Dimana saja, kapan saja dan siapa saja yang memperlihatkan tanda-tanda ketakutan, kelemahan, keraguan, kecemburuan, kebodohan dan bahkan cinta, maka disitulah setan tampil untuk melancarkan tipu dayanya yang jahat. Setan membuat kita terlengah dari kewajiban sehingga kebenaran perintah Allah, tidak dapat kita pahami.
Akhirnya Ibrahim pasrah kepada Allah. Kemudian Ibrahim mulai membunuh perasaannya yang terpusat pada dirinya sendiri dan pasrah kepada Allah dan membawa Ismail untuk disembelih. Sebelum pisau menyentuh kulit Ismail, tiba-tiba Allah menggantinya dengan seekor domba yang didatangkan dari surga.
Maha Besar Allah telah memberikan sebuah pelajaran kepada kita, bahwa sejak saat itu tidak ada lagi manusia yang harus dikorbankan sebagai persembahan kepada Allah, namun yang di korbankan adalah domba-domba. Pelajaran penting lagi bahwa sesungguhnya Allah tidak haus darah manusia, berbeda dengan tuhan-tuhan lain yang lapar, penganiaya manusia dan mengharapkan persembahan manusia. Allah yang Maha besar tidak membutuhkan sesuatu apapun juga, Ia tidak seperti kita yang memiliki segala macam kebutuhan.
Saat melontar kerikil di Jumrah Aqabah 10 Dzulhijjah 1437 H (Senin, 12 September 2016), Mina |
Melempar jumrah ini adalah wajib haji yang sangat berat karena dalam waktu yang sangat terbatas dan dalam ruang yang sangat terbatas, jutaan orang berdesak-desakan untuk berjuang melaksanakan rangkaian ibadah ini. Tetapi berkat perhatian kerajaan Arab Saudi, melempar jumrah saat sekarang ini cukup nyaman. Melempar jumrah dianalogikan perlawanan kita pada setan. Pada hari pertama ini Jumrah Ula dan Jumrah Wushtha dilalui saja, kami langsung menembak Jumrah Aqabah yang terbesar.
Kerikil yang dilemparkan ini ibarat peluru dan kita harus menembakkan batu kerikil yang kita bawa dari Muzdalifah sebanyak 7 butir sebagai peluru kepada musuh di pertemuan Mina. Peluru harus di tembakkan tepat sasaran kearah musuh karena hanya peluru yang tepat sasaran yang akan diperhitungkan. Mina adalah medan tempur. Mina adalah negeri Allah dan setan. Dengan berhasilnya kita melempar jumrah tepat pada sasaran berarti kita telah berhasil melawan setan.
Melempar jumrah adalah simbol perlawanan terhadap setan, musuh abadi kita. Setan telah bersumpah untuk menggelincirkan manusia dari jalan kebenaran. Perlawanan terhadap setan adalah perjuangan sepanjang hidup kita. Kita tidak boleh lengah sedikit pun dan jatuh mengikuti godaan dan rayuan setan. Dengan cara ini, hidup kita akan selamat, di dunia kini, hingga akherat kelak. Insyaallah !
Kerikil yang dilemparkan ini ibarat peluru dan kita harus menembakkan batu kerikil yang kita bawa dari Muzdalifah sebanyak 7 butir sebagai peluru kepada musuh di pertemuan Mina. Peluru harus di tembakkan tepat sasaran kearah musuh karena hanya peluru yang tepat sasaran yang akan diperhitungkan. Mina adalah medan tempur. Mina adalah negeri Allah dan setan. Dengan berhasilnya kita melempar jumrah tepat pada sasaran berarti kita telah berhasil melawan setan.
Melempar jumrah adalah simbol perlawanan terhadap setan, musuh abadi kita. Setan telah bersumpah untuk menggelincirkan manusia dari jalan kebenaran. Perlawanan terhadap setan adalah perjuangan sepanjang hidup kita. Kita tidak boleh lengah sedikit pun dan jatuh mengikuti godaan dan rayuan setan. Dengan cara ini, hidup kita akan selamat, di dunia kini, hingga akherat kelak. Insyaallah !
Selesai melontar kerikil di Jumrah Aqabah 10 Dzulhijjah 1437 H (Senin, 12 September 2016), Mina |
Alhamdulilah, pada jam 15.30 WAS kami semua selesai melontar Jumrah Aqabah. Setelah selesai melontar Jumrah Aqabah, maka kegiatan kami berikutnya adalah menyembelih seekor kambing (hadyu) bagi haji Tamattu, lalu menggundul kepala atau memendekkan rambut, baik bagi laki-laki, sedangkan bagi wanita menggunting rambut seukuran ujung jari.
Menyembelih hadyu (dam) untuk haji Tamattu dapat dilakukan dengan menyembelih seekor kambing untuk satu orang, atau bisa juga menyembelih seekor onta yang dapat berlaku untuk tujuh orang. Waktu menyembelih berdasarkan pendapat yang paling kuat, berlaku sejak hari Idul Adha, tanggal 10 Dzulhijjah setelah shalat Id hingga tanggal 13 Dzulhijjah. Semakin cepat semakin baik. Tempat penyembelihan harus di tanah haram. Dagingnya dibagikan kepada kaum fakir di tanah haram, dan boleh dimakan sendiri sebagiannya. Untuk urusan menyembelih seekor kambing sebagai Hadyu atau Dam Tamattu / Dam bagi Haji Tamattu ini PT. Siar Haramain International Wisata yang akan melakukan penyembelihan. Kami sudah menitipkan pembelian hadyu (dam) untuk disembelih kepada PT. Siar Haramain International Wisata.
Selanjutnya selesai melempar Jumrah Aqabah dari segi teknis, kami akan kembali dari tempat melontar jumrah ke maktab 113 dan kami akan melalui jalur yang berbeda dari saat pergi tadi. Perhatikan terus pemandu yang membawa tulisan Maktab 113. Pulang ini kami harus melalui pintu keluar escalator building (7). Saat pulang ini jarak yang akan kami tempuh untuk sampai kembali ke maktab 113 akan lebih jauh dari saat pergi tadi. Jarak dari escalator building (7) ke maktab 113 tempat tenda kami di Mina ini kurang lebih 1 km.
Menyembelih hadyu (dam) untuk haji Tamattu dapat dilakukan dengan menyembelih seekor kambing untuk satu orang, atau bisa juga menyembelih seekor onta yang dapat berlaku untuk tujuh orang. Waktu menyembelih berdasarkan pendapat yang paling kuat, berlaku sejak hari Idul Adha, tanggal 10 Dzulhijjah setelah shalat Id hingga tanggal 13 Dzulhijjah. Semakin cepat semakin baik. Tempat penyembelihan harus di tanah haram. Dagingnya dibagikan kepada kaum fakir di tanah haram, dan boleh dimakan sendiri sebagiannya. Untuk urusan menyembelih seekor kambing sebagai Hadyu atau Dam Tamattu / Dam bagi Haji Tamattu ini PT. Siar Haramain International Wisata yang akan melakukan penyembelihan. Kami sudah menitipkan pembelian hadyu (dam) untuk disembelih kepada PT. Siar Haramain International Wisata.
Selanjutnya selesai melempar Jumrah Aqabah dari segi teknis, kami akan kembali dari tempat melontar jumrah ke maktab 113 dan kami akan melalui jalur yang berbeda dari saat pergi tadi. Perhatikan terus pemandu yang membawa tulisan Maktab 113. Pulang ini kami harus melalui pintu keluar escalator building (7). Saat pulang ini jarak yang akan kami tempuh untuk sampai kembali ke maktab 113 akan lebih jauh dari saat pergi tadi. Jarak dari escalator building (7) ke maktab 113 tempat tenda kami di Mina ini kurang lebih 1 km.
Pintu keluar kami menuju maktab 113 melalui escalator building (7) |
Setelah turun dari escalator building (7) kami berencana mau langsung menggundul kepala. Kami terus berjalan meninggalkan escalator building (7). Tampak restoran ayam goreng Al-Baik dengan warnanya kuning-merah sangat menyolok dan eye catching di sisi kiri kami. Kami bukan berencana mau makan di gerai Al-Baik ini. Tetapi tepat disebelah gerai Al-Baik ini banyak berjejer tempat yang menyediakan layanan untuk mencukur rambut.
Sebenarnya tidak sulit untuk mencari tempat mencukur dan menggundul kepala di Mina ini. Karena memang semua tempat di jadikan tempat mencukur. Ada tempat mencukur yang dibangun permanen, tapi banyak juga kami temukan tempat mencukur dadakan di pinggir-pinggir jalanan. Kami memutuskan berpisah dari rombongan dan berencana akan pulang sendiri ke maktab 113 dan kami segera masuk ke salah satu tempat mencukur dan bersiap untuk menggundul kepala.
Sebenarnya tidak sulit untuk mencari tempat mencukur dan menggundul kepala di Mina ini. Karena memang semua tempat di jadikan tempat mencukur. Ada tempat mencukur yang dibangun permanen, tapi banyak juga kami temukan tempat mencukur dadakan di pinggir-pinggir jalanan. Kami memutuskan berpisah dari rombongan dan berencana akan pulang sendiri ke maktab 113 dan kami segera masuk ke salah satu tempat mencukur dan bersiap untuk menggundul kepala.
Bersiap mencukur dan menggundul kepala di Mina |
Masuk ke tempat mencukur, meskipun jamaah haji ramai yang bercukur tetapi kita tidak perlu mengantri. Karena tukang cukurnya cukup ramai juga. Begitu masuk ke tempat mencukur kita langsung di kasih sebuah bon pembayaran seharga 20 real per orang untuk mencukur dan menggundul kepala di Mina ini. Dan kita harus segera membayarnya.
Fasilitas yang diberikan adalah mencukur dan menggundul kepala dengan menggunakan pisau cukur disposable yang sekali pakai buang. Selain itu kita juga diberikan appron / celemek bahan plastik yang juga disposable. Jadi meskipun sangat-sangat ramai, semua bahan yang di gunakan adalah bahan disposable yang sekali pakai buang. Sehingga kesehatan jamaah tetap terjaga dari tertular penyakit saat mencukur dan menggundul kepala di Mina ini.
Fasilitas yang diberikan adalah mencukur dan menggundul kepala dengan menggunakan pisau cukur disposable yang sekali pakai buang. Selain itu kita juga diberikan appron / celemek bahan plastik yang juga disposable. Jadi meskipun sangat-sangat ramai, semua bahan yang di gunakan adalah bahan disposable yang sekali pakai buang. Sehingga kesehatan jamaah tetap terjaga dari tertular penyakit saat mencukur dan menggundul kepala di Mina ini.
Proses mencukur dan menggundul kepala di Mina |
Menggundul rambut atau memendekkannya tidak identik dengan tahallul. Dia adalah ibadah khusus dalam haji yang di syariatkan sejak tanggal 10 Dzulhijjah. Boleh jadi seseorang belum menggundul rambutnya namun dia sudah tahallul awal, kalau misalnya seperti kami yang sudah melontar dan thawaf ifadah.
Meski bercukur terkesan "REMEH", namun bercukur merupakan wajib haji, sehingga apabila ditinggalkan, maka orang tersebut harus membayar dam yang disembelih dan dibagikan kepada fakir miskin di Tanah Haram, serta tidak diperkenankan baginya untuk mengambil sedikit pun dari dam tersebut, dan hajinya tetap sah. Buat laki-laki yang terbaik adalah dengan menggunduli rambut kepala dan memendekkannya, sesuai dengan Surat Al-Fath ayat 27, yang artinya : Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.
Meski bercukur terkesan "REMEH", namun bercukur merupakan wajib haji, sehingga apabila ditinggalkan, maka orang tersebut harus membayar dam yang disembelih dan dibagikan kepada fakir miskin di Tanah Haram, serta tidak diperkenankan baginya untuk mengambil sedikit pun dari dam tersebut, dan hajinya tetap sah. Buat laki-laki yang terbaik adalah dengan menggunduli rambut kepala dan memendekkannya, sesuai dengan Surat Al-Fath ayat 27, yang artinya : Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.
Selesai mencukur dan menggundul kepala di Mina |
Selesai menggundul rambut kami melanjutkan perjalanan menuju ke maktab 113 di Mina. Jalan yang kami lalui ini berbeda dari pada saat datang tadi. Karena kami sudah memisahkan diri dari pemandu jalan kami, maka kami harus memperhatikan secara detail petunjuk jalan agar kami tidak tersasar. Salah satunya adalah kami harus mencari tahu letak Mena Towers.
Karena berdasarkan info, banyak jamaah haji yang tersasar ketika kembali setelah melontar jumrah. Ini karena ketika berangkat, jalan yang di lalui ketika pulang menempuh jalan yang berbeda. Meskipun ini hanya sekedar masalah teknis, namun jika tersasar cukup lama akan sangat mengganggu kekhusyu'an ibadah kita. Sebab apabila tersesat, anda bisa berjalan berpuluh-puluh kilometer tanpa tujuan jelas, dan tentu saja dapat mengganggu kondisi fisik dan kejiwaan.
Karena itu, setelah melontar jumrah Aqabah, kalau belum mengerti betul jalan yang akan ditempuh atau malah tidak tahu sama sekali patokan letak tenda di Mina, sebaiknya jangan langsung jalan, perhatikan dahulu jalan-jalan yang tampak, atau perhatikan rambu-rambu jalan, atau bertanya kepada petugas.
Alhamdulilah tepat jam 16.00 WAS kami sampai kembali di maktab 113 tenda kami di Mina. Segera kami melakukan shalat ashar yang dilanjut dengan bersih-bersih setelah tadi bercukur menggundul rambut kepala. Jam 17.00 WAS saatnya tiba untuk makan malam. Selesai makan malam kami sempatkan untuk beristirahat sejenak sambil menunggu masuknya waktu magrib dan isya. Selesai melaksanakan kewajiban shalat magrib dan isya, pada jam 21.00 WAS kami putuskan untuk segera tidur. Karena kami harus bangun dini hari pada 11 Dzulhijjah 1437 H (Selasa, 13 September 2016) untuk bersiap-siap melontar ke tiga jumrah.
Karena berdasarkan info, banyak jamaah haji yang tersasar ketika kembali setelah melontar jumrah. Ini karena ketika berangkat, jalan yang di lalui ketika pulang menempuh jalan yang berbeda. Meskipun ini hanya sekedar masalah teknis, namun jika tersasar cukup lama akan sangat mengganggu kekhusyu'an ibadah kita. Sebab apabila tersesat, anda bisa berjalan berpuluh-puluh kilometer tanpa tujuan jelas, dan tentu saja dapat mengganggu kondisi fisik dan kejiwaan.
Karena itu, setelah melontar jumrah Aqabah, kalau belum mengerti betul jalan yang akan ditempuh atau malah tidak tahu sama sekali patokan letak tenda di Mina, sebaiknya jangan langsung jalan, perhatikan dahulu jalan-jalan yang tampak, atau perhatikan rambu-rambu jalan, atau bertanya kepada petugas.
Alhamdulilah tepat jam 16.00 WAS kami sampai kembali di maktab 113 tenda kami di Mina. Segera kami melakukan shalat ashar yang dilanjut dengan bersih-bersih setelah tadi bercukur menggundul rambut kepala. Jam 17.00 WAS saatnya tiba untuk makan malam. Selesai makan malam kami sempatkan untuk beristirahat sejenak sambil menunggu masuknya waktu magrib dan isya. Selesai melaksanakan kewajiban shalat magrib dan isya, pada jam 21.00 WAS kami putuskan untuk segera tidur. Karena kami harus bangun dini hari pada 11 Dzulhijjah 1437 H (Selasa, 13 September 2016) untuk bersiap-siap melontar ke tiga jumrah.
Papan petunjuk Maktab nomor 113 di Mina tepat berada dibawah Mena Towers |
Alhamdulilah, kegiatan melontar Jumrah Aqabah hari ini berjalan lancar. Dapat kami lihat bahwa pada hari ini begitu besar perhatian kerajaan Arab Saudi untuk menjaga keselamatan para tamu Allah untuk kegiatan melontar Jumrah. Semoga area pembangunan yang semakin luas dan dengan jadwal yang ketat untuk waktu melontar serta usaha-usaha yang masih terus di tingkatkan kerajaan Arab Saudi, bisa membuat nyamanan para jamaah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar